Liputan6.com, Jakarta Pulau Bintan yang terletak Kepulauan Riau merupakan salah satu tujuan wisata populer di kalangan wisatawan. Danau biru ini tidak terbentuk secara alami, melainkan akibat cekungan yang tercipta saat penambangan pasir.
Dirangkum dari berbagai sumber, telaga biru bintan dulunya merupakan kawasan penambangan pasir. Pada tahun 1980 an, hasil pertambangan dari sini diekspor ke Singapura.
Namun pada masa pemerintahan Soeharto, penambangan tersebut dihentikan dan dibiarkan begitu saja. Lubang galian pasir tersebut kemudian terisi air hujan dan membentuk sebuah danau.
Baca Juga
Advertisement
Sesuai dengan namanya, tempat ini memiliki permukaan air berwarna biru. Namun tidak semua permukaan berwarna biru seragam, ada pula yang hijau dan pirus.
Panorama air danaunya semakin spektakuler di bawah sinar matahari. Melihat telaga ini sekilas seperti menyaksikan keindahan lautan.
Sisa-sisa pasir penambangan masih terlihat di pinggir danau dan menyerupai pasir pantai. Telaga Biru dikelilingi oleh sejenis gundukan pasir seluas 6000 hektare dan terbuat dari pasir yang mengeras.
Jalur pasir ini membentuk bukit pasir yang membuat kesan gurun semakin terlihat jelas. Wisatawan bisa menikmati berbagai aktivitas di Danau Biru, mulai dari menikmati keindahan alam, berfoto di berbagai tempat menarik, hingga menyewa rakit atau kano untuk menjelajahi danau.
Akses
Jarak Batam ke Pulau Bintan cukup dekat, hanya sekitar 20 menit menggunakan speedboat atau kapal feri. Ada akses langsung ke pelabuhan Punggur dari Batam.
Dari pelabuhan, Anda bisa naik speedboat menuju Pelabuhan Tanjung Uban. Setelah sampai di Pelabuhan Tanjung Uban, Anda bisa menuju Simpang Korindo menuju Kawal.
Sekitar dua kilometer sebelum pertigaan Kawal, Anda akan melihat tempat Birujärvi. Meski suasana Bintan terkenal panas, namun hembusan angin sepoi-sepoi seolah membawa kesegaran.
Dari atas bukit pasir ini, pengunjung bisa leluasa melihat telaga yang eksotis. Tak hanya itu, embusan angin sepoi-sepoi seolah selalu menemani para penumpang. Pesona telaga seakan tiada habisnya, dikelilingi pepohonan hijau.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement