OJK Ramal Aset Industri Pembiayaan 2024 Bisa Tumbuh hingga 16%

Bahkan, OJK memproyeksikan total aset industri pembiayaan pada triwulan I tahun 2024 akan mengalami pertumbuhan di kisaran 10% sampai 11% YoY.

oleh Tira Santia diperbarui 12 Jan 2024, 11:23 WIB
Pengunjung melihat produk mobil pada pameran kendaraan di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis kinerja industri pembiayaan diproyeksikan terus meningkat. Prediksinya mengalami pertumbuhan aset di kisaran 13% persen sampai dengan 16% secara tahunan pada 2024.

"Berdasarkan rencana bisnis tahun 2024, kinerja industri pembiayaan diperkirakan akan terus meningkat dan mengalami pertumbuhan aset di kisaran 13 persen sampai 16 persen YoY pada Desember 2024," kata Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya, OJK Agusman, dalam keterangan tertulis OJK, Jumat (12/1/2024).

Bahkan, OJK memproyeksikan total aset industri pembiayaan pada triwulan I tahun 2024 akan mengalami pertumbuhan di kisaran 10% sampai 11% YoY.

Adapun pada bulan November 2023, OJK mencatat total aset industri pembiayaan sebesar Rp545,23 triliun mengalami pertumbuhan sebesar 14% YoY.

Kemudian, pada Desember 2023, total aset industri pembiayaan diproyeksikan akan mencapai pertumbuhan di kisaran 14,50% sampai dengan 15% YoY. "Hal ini sesuai dengan rencana bisnis industri Perusahaan Pembiayaan tahun 2023," ujarnya.

Agusman menjelaskan, berdasarkan data November 2023, penyaluran pembiayaan mencatatkan peningkatan pada hampir seluruh sektor ekonomi.

Pertumbuhan pembiayaan terbesar terjadi pada sektor Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan Sepeda Motor, yang diikuti dengan sektor Pertambangan Dan Penggalian.

"Kinerja yang cukup baik dari sektor-sektor tersebut selama tahun 2023 diproyeksikan masih akan mendominasi pertumbuhan di tahun 2024," pungkasnya.


Pertumbuhan Ekonomi Global Melambat, Stabilitas Keuangan Indonesia Tetap Tangguh

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, melaporkan, stabilitas sektor jasa keuangan nasional hingga Desember 2023 tetap terjaga, yang didukung permodalan solid dan likuiditas memadai.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, melaporkan, stabilitas sektor jasa keuangan nasional hingga Desember 2023 tetap terjaga, yang didukung permodalan solid dan likuiditas memadai.

 

"Menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga baik didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terjaga, sehingga diharapkan mampu menghadapi potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global," kata Mahendra dalam Konperensi Pers RDKB Desember 2023, secara virtual, Selasa (9/1/2024).

Mahendra Siregar mengakui, pihaknya baru melaksanakan rapat dewan komisioner bulanan OJK periode Desember pada 3 Januari 2024. Tujuannya untuk melihat perkembangan keseluruhan bulan Desember terhadap beberapa indikator, yang nantinya bisa dilihat lebih lengkap dalam evaluasi dan analisis ke depan.

Lebih lanjut, secara global, indikator perekonomian secara global menunjukkan moderasi ataupun perlambatan pertumbuhan di beberapa negara khususnya di negara-negara Uni Eropa dan Tiongkok.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi itu mendorong inflasi turun mendekati target inflasi, sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk lebih akomodatif.

Hal itu terlihat dari The FED bank sentral Amerika yang mengisyaratkan akan memangkas tingkat suku bunga sebesar 75 basis poin di tahun 2024, dengan pasar menilai ekonomi Amerika Serikat masih cukup resilien dan diperkirakan tidak akan mengalami resesi.

Namun demikian pasar juga mencermati perkembangan geopolitik ke depan, seperti eskalasi ketegangan di Laut Merah imbas dari konflik Palestina-Israel, serta penyelenggaraan pemilihan umum yang mencakup 50 persen populasi dunia, termasuk di Amerika Serikat, Uni Eropa, India dan Indonesia.

 


Suku Bunga

Secara umum sentimen di pasar keuangan Global cenderung positif pada Desember 2023 didukung oleh penurunan suku bunga dan narasi softlanding di Amerika Serikat, sehingga mendorong kembalinya aliran dana masuk ke emerging market, dan penguatan pasar keuangan Global termasuk pasar keuangan di Indonesia. Volatilitas baik di pasar saham, surat utang maupun nilai tukar juga terpantau menurun.

Disisi domestik, leading indicator perekonomian nasional positif, diantaranya ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang surplus dan PMI atau PMI manufaktur yang masih ekspansif, tingkat inflasi juga terjaga rendah di level 2,61 persen dibandingkan November 2,28 persen.

"Namun begitu masih perlu dicermati perkembangan permintaan domestik ke depan seiring masih berlanjutkan penurunan inflasi inti, penurunan optimisme konsumen, serta melandainya pertumbuhan penjualan ritel dan motor," pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya