Polda Gorontalo Imbau Masyarakat Waspadai Penipuan Baru Skema Segitiga

Biasanya, saat ini banyak masyarakat yang mencari mobil bekas, melalui showroom atau aplikasi jual beli online. Sebab, dibeli secara online, harganya cenderung murah.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 13 Jan 2024, 15:00 WIB
Ilustrasi penipuan aplikasi bodong bermodus undangan pernikahan/Istimewa.

Liputan6.com, Gorontalo - Modus penipuan dengan skema segitiga saat ini tengah marak di media sosial. Bahkan, Polda Gorontalo telah mengeluarkan himbauan agar warga Gorontalo tidak menjadi korban kejahatan ini. 

Biasanya, saat ini banyak masyarakat yang mencari mobil bekas, melalui showroom atau aplikasi jual beli online. Sebab, dibeli secara online, harganya cenderung murah.

Dari sisi penjual pun, menjual secara mandiri melalui aplikasi online lebih murah ketimbang nitip di showroom mobil bekas. Namun, kondisi itu rupanya banyak dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab Dengan menggunakan modus segitiga.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Gorontalo Kombes Pol. Nur Santiko menjelaskan, dalam modus penipuan skema segitiga ini, penipu akan berperan sebagai perantara yang akan menipu pemilik kendaraan atau penjual dan pembeli.

“Dalam arti pelaku penipuan bertindak selaku penjual sekaligus pembeli,”kata Kombes Pol. Nur Santiko .

Ia menjelaskan, ciri-ciri utama modus penipuan baru ini adalah pelaku akan mempengaruhi korban untuk mengatakan pelaku tidak bisa berjumpa. Kemudian ada seseorang yang mewakilkan proses jual beli namun transaksi harus ke pelaku langsung via transfer.

Setelah korban berhasil membujuk dengan melakukan proses transaksi, pelaku akan sulit dihubungi. Pelaku akan membawa kabur uang pembelian yang sudah di transfer.

“Kemudian pelaku langsung menghilang membawa uang hasil kejahatannya," ujar Ditreskrim Polda Gorontalo.

Ia juga meminta kerja sama seluruh masyarakat untuk saling mengingatkan sesama guna mengantisipasi terjadinya tindak kriminal ini. Masyarakat Gorontalo harus berhati-hati dengan modus baru tersebut.

"Jangan lengah, sudah ada beberapa korban di luar saya yang jadi korban modus penipuan skema segitiga tersebut," tegasnya.

Simak juga video pilihan berikut:


Tips Menghindari Penipuan

Penelitian nasional menemukan bahwa wanita lebih cenderung melindungi media sosial dan cenderung tidak memiliki teman yang belum pernah mereka temui dan berbagi detail. Salah satu faktornya karena risiko pencurian identitas.

Terlepas dari itu, 70 persen dari kita membagikan detail pribadi di profil media sosial dan 22 persen profil terbuka, sehingga dapat dilihat oleh siapa saja.

Studi tersebut juga menemukan bahwa 45 persen memiliki teman atau pengikut di media sosial yang belum pernah mereka temui.

“Orang-orang memberi tahu kami segalanya tentang diri mereka di media sosial - seperti apa rumah mereka, tempat favorit mereka, ketakutan mereka, tempat kerja mereka, rekan kerja, teman, keluarga,” kata Jenny Radcliffe salah satu pengamat siber di indonesia.

Dia menambahkan, “Ini adalah sesuatu yang dapat digunakan peretas untuk membuat email phish umum lebih disesuaikan dan karena itu lebih mungkin Anda bereaksi. Berbagi segalanya membuat Anda menjadi sasaran empuk. Jadikan akun pribadi pribadi dan jangan sertakan apa pun yang pribadi jika itu adalah akun terbuka.”

Namun, kata Jenny, tidak pernah ada yang tahu akan terjadi peretasan, pembobolan, atau target seperti sekarang, tetapi ada hal-hal yang dapat dilakukan.

Neil Smith dari Norton, merek keamanan siber konsumen dari Gen digital (gendigital.com), berbagi saran penting tentang cara agar terhindar dari kejahatan siber salah satunya ketika tengah berbelanja online, antara lain sebagai berikut:

a. Pikirkan sebelum Anda mengklik sesuatu

b. Waspadai email, teks, atau pesan langsung yang tidak biasa di media sosial

c. Tetap waspada terhadap setiap pesan yang Anda terima yang secara khusus meminta Anda untuk segera bertindak, menawarkan sesuatu yang kedengarannya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, atau meminta Anda untuk memberikan informasi pribadi

Demi mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, berikut ini pencegahan yang bisa dilakukan:

a. Buat kata sandi serumit yang Anda bisa kelola (kalimat atau frasa, bukan kata)

b. Perbarui aplikasi secara teratur untuk peningkatan keamanan

c. Selalu gunakan autentikasi dua faktor

d. Awasi akun, laporan kredit, dan tagihan, dan verifikasi aktivitas yang tidak biasa

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya