Kerusuhan di 7 Penjara Ekuador, 178 Petugas Disandera

Menurut laporan Anadolu Agency (AA), yang dikutip Jumat (12/1/2024), jumlah petugas yang disandera dilaporkan terus bertambah. 39 orang diculik dalam 24 jam terakhir.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 12 Jan 2024, 13:18 WIB
Pemerintah juga memberlakukan jam malam dari pukul 23.00 hingga 05.00. (AP Photo/Dolores Ochoa)

Liputan6.com, Guayaquil - Berawal dari salah satu penjahat paling berbahaya di Ekuador menghilang dari selnya, penjaga penjara dikalahkan dan disandera di tengah kerusuhan di penjara-penjara di seluruh negeri, diumumkanlah keadaan darurat negara tersebut.

Lalu di tengah perburuan besar-besaran oleh ribuan tentara dan polisi untuk mencari Jose Adolfo Macías 'Fito', terpidana pemimpin geng narkoba Los Choneros, sebuah stasiun televisi yang tengah menggelar siaran langsung di Kota Guayaquil, Ekuador, diserang geng kriminal dengan senjata api. Para staf dipaksa menunduk ke lantai sebelum siaran terputus.

Menurut laporan Anadolu Agency (AA), yang dikutip Jumat (12/1/2024), jumlah petugas yang disandera dilaporkan terus bertambah.

"Jumlah petugas penjara yang disandera dalam kerusuhan serentak di tujuh penjara di Ekuador dilaporkan meningkat pada Kamis (11/1) menjadi 178 orang setelah krisis meluas ke penjara lain," kata badan penjara negara tersebut, SNAI, dalam sebuah pernyataan.

Ada 158 penjaga penjara dan 20 pejabat administrasi ditahan di Machala, Loja, Cuenca dan Azogues, Latacunga, Ambato dan Esmeraldas, menurut SNAI.

Meskipun pihak berwenang melaporkan 139 orang disandera pada hari Rabu (10/1), termasuk 125 penjaga dan 14 pejabat administrasi, Kamis (11/1) pagi penjara di Machala dan Esmeraldas ikut serta dalam kerusuhan, sehingga menambah jumlah tahanan.

Di Esmeraldas, yang terletak dekat perbatasan dengan Kolombia, para tahanan menembaki personel Angkatan Bersenjata yang berada di luar dari dalam penjara dan merespons untuk mengendalikan situasi.

SNAI mengatakan pihaknya terus berupaya memulihkan ketertiban di penjara Ekuador.

 


Selain Gembong Narkoba, Ada Pemimpin Geng yang Kabur

Keadaan darurat itu memberi kekuasaan sementara kepada tentara dan polisi selama 60 hari dan ini merupakan keputusan pertama yang dibuat Noboa sejak ia menjabat pada November lalu. (AP Photo/Dolores Ochoa)

Adapun sebanyak 32 tahanan melarikan diri pada hari Selasa (9/1) dari penjara Riobamba, termasuk Fabricio Colon Pico, pemimpin geng kriminal Los Lobos, yang ditangkap beberapa hari lalu.

Sebelum pelarian Pico, Jose Adolfo Macías 'Fito,' salah satu pemimpin geng paling berbahaya di negara itu, melarikan diri dari Penjara Regional Guayaquil pada akhir pekan sebelum pihak berwenang memindahkannya ke fasilitas dengan keamanan maksimum.


Keadaan Darurat 60 Hari

Tentara berpatroli di sekeliling penjara Inca selama keadaan darurat saat seorang penjual makanan berjualan di trotoar di Quito, Ekuador, Aetelah kaburnya seorang pemimpin geng yang berkuasa dari penjara, Selasa, 9 Januari 2024. (AP Photo/Dolores Ochoa)

Setelah gembong narkoba Jose Adolfo Macías 'Fito' menghilang dari selnya, Presiden Daniel Noboa mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari pada hari Senin (8/1) yang memicu kerusuhan di setidaknya enam lembaga pemasyarakatan di seluruh penjuru Ekuador.

Kerusuhan tersebut merupakan bagian dari aksi kekerasan yang dilakukan minggu ini oleh geng kejahatan terorganisir di Ekuador, yang juga mencakup penculikan di sebuah universitas, penyerangan terhadap petugas polisi, pembakaran kendaraan dan penyerangan bersenjata terhadap sebuah stasiun televisi di Guayaquil.

Sejak presiden mengumumkan keadaan darurat, lebih dari 80 orang telah ditangkap karena diduga terkait dengan aksi teror atau kegiatan kriminal lainnya.​


Kemlu RI: Ada 48 WNI di Ekuador, Tak Ada yang Jadi Korban Kerusuhan Dipicu Kaburnya Gembong Narkoba

Presiden Daniel Noboa pada hari Senin menetapkan keadaan darurat nasional, sebuah langkah yang memungkinkan pihak berwenang untuk menangguhkan hak-hak masyarakat dan memobilisasi militer di tempat-tempat seperti penjara. (AP Photo/Dolores Ochoa)

Menanggapi kondisi keadaan darurat pada Senin (8/1/2024) dan kerusuhan yang dipicu kelompok bersenjata di Ekuador, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) memastikan tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban.

"Berdasarkan komunikasi dengan komunitas WNI, hingga saat ini tidak ada WNI yang menjadi korban," ungkap Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha melalui pesan yang diterima Liputan6.com, Jumat (12/1).

Judha mengatakan ada 48 WNI yang tinggal di Ekuador, di mana sebagian besar merupakan misionaris, dan sebagian lainnya merupakan keluarga dari staf KBRI yang tinggal di Quito.

Infografis Petaka Para Pendaki Saat Erupsi Gunung Marapi. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya