Liputan6.com, Jakarta Seorang miliarder asal China yang memperoleh kekayaannya dari game online, telah menjadi salah satu pemilik tanah terbesar di Amerika Serikat.
Pengusaha bernama Chen Tianqiao, memiliki lahan hutan seluas 80.127 hektar (ha) di Oregon, menjadikannya pemilik properti terbesar ke-82 di Amerika Serikat, menurut peringkat terbaru Laporan Pertanahan negara itu.
Advertisement
Mengutip Business Times, Jumat (12/1/2024) Chen Tianqiao mengakuisisi lahan tersebut dari Fidelity National Financial Ventures senilai USD 85 juta atau setara Rp. 1,3 triliun pada tahun 2015.
Catatan pajak Oregon bulan lalu mengungkapkan nama pemilik manfaat adalah Shanda Asset Management, nama yang sama dengan perusahaan milik Chen yang berbasis di Singapura.
Propertinya di Oregon menjadikannya salah satu pemilik individu terbesar atas tanah Amerika, sebagai warga negara non-AS.
Sementara itu, keluarga Irving di Kanada, yang berada di urutan keenam memiliki sebuah hutan di Maine dengan luas lebih dari 485.623 ha.
Kepemilikan Asing atas Tanah di AS
Diketahui, kepemilikan asing atas tanah di AS, khususnya tanah yang digunakan untuk pertanian telah menjadi isu politik yang sensitif dalam beberapa tahun terakhir.
Sekitar 16,2 juta hektar lahan pertanian di AS dimiliki oleh pihak non-AS pada tahun 2021, menurut data terbaru Departemen Pertanian AS (USDA), dengan entitas dari China memiliki setara dengan 0,03 persen dari seluruh lahan pertanian AS.
Beberapa anggota parlemen telah mendorong peraturan nasional yang membatasi investasi asing di properti pertanian AS.
Senat AS juga melakukan pemungutan suara pada bulan Juli untuk melarang penjualan lahan pertanian di luar area atau nilai tertentu kepada pengusaha dari China, Rusia, Iran, dan Korea Utara, namun tindakan tersebut pada akhirnya tidak ditandatangani menjadi undang-undang.
Hampir separuh negara bagian AS mempunyai semacam pembatasan terhadap kepemilikan asing.
Sosok Chen Tianqiao
Berasal dari Provinsi Zhejiang, China Chen Tianqiao memulai perusahaan game onlinenya, yakni Shanda Interactive, pada tahun 1999.
Dalam waktu lima tahun, perusahaan tersebut telah menjadi salah satu perusahaan Internet terbesar di China dan terdaftar di Nasdaq di AS.
Chen Tianqiao menjadikan perusahaan itu swasta pada tahun 2012 dan memindahkan kantor pusat grup induknya dari China ke Singapura.
Investasinya mencakup ekuitas publik dan swasta, modal ventura dan real estat, menurut situs web Shanda.
Dia dan istrinya, Chrissy Luo memberikan sumbangan awal sebesar USD 115 juta untuk mendirikan Institut Ilmu Saraf Tianqiao dan Chrissy Chen di Institut Teknologi California pada tahun 2016 dengan misi memajukan pemahaman tentang otak.
Advertisement
Sosok Sukanto Tanoto, Miliarder Indonesia yang Beli Hotel Mewah di Shanghai China
Pengusaha sekaligus orang terkaya di Indonesia Sukanto Tanoto membeli hotel mewah di Shanghai, China. Hotel mewah yang dibeli Sukanto Tanoto tersebut sebelumnya menjadi bagian dari pengembang properti grup Dalian Wanda
Mengutip Mingtiandi, hotel mewah yang terletak di bagian Selatan tepi laut Bund yang terkenal di Shanghai diakuisisi unit Pacific Eagle Real Estate yang berbasis di Singapura, perusahaan investasi properti milik konglomerat Sukanto Tanoto pada Desember 2023.
"Sebagai investor jangka panjang, Pacific Eagle Real Estate mengakuisisi Shanghai Wanda Reign di Bund Hotel untuk optimalkan modal,” ujar juru bicara Pasific Eagle kepada Mingtiandi.
Harga akuisisi meski tidak diungkapkan, berdasarkan sumber, aset tersebut berpindah tangan dengan harga diperkirakan mencapai 1,44 miliar-1,66 miliar RMB. Nilai itu sekitar USD 204 juta-USD 234 juta (sekitar Rp 3,16 triliun-Rp 3,63 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.521).
Lantas siapa Sukanto Tanoto?
Sukanto Tanoto memiliki nama asli Tan Kang Hoo. Dia lahir di Belawan, Medan pada 25 Desember 1949.
Dikutip dari laman tanotofoundation.org, Sukanto Tanoto merupakan Pendiri dan Chairman RGE, kelompok perusahaan global di bidang manufaktur berbasis sumber daya dengan kantor perusahaan di Singapura, Hongkong, Jakarta, Beijing, dan Nanjing.
Sukanto Tanoto memulai bisnisnya lebih dari 50 tahun yang lalu dengan memasok suku cadang untuk industri perminyakan dan konstruksi. Sebagai pengusaha dan visioner, Sukanto Tanoto mengembangkan bisnis kayu lapis pada tahun 1967.
Menyusul keberhasilan ini, ia merambah industri berbasis sumber daya lain seperti kelapa sawit, kehutanan, pulp dan kertas, dan pembangkit listrik.
Selain Chairman dan CEO PT Raja Garuda Mas International, Sukanto Tanoto dikenal sebagai Komisaris Utama PT Inti Indorayon Utama.