Awas, Krisis Logistik di Laut Merah Bisa Guncang Ekonomi Global

Krisis logistik menimbulkan kekhawatiran baru pada rantai pasok yang dapat berimplikasi terhadap perekonomian global. Baru-baru ini para pengecer mengingatkan akan adanya penundaan pengiriman dan biaya pemindahan barang melalui laut semakin meningkat, menyusul ketegangan militan Houthi di Laut Merah.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 12 Jan 2024, 19:50 WIB
Krisis logistik menimbulkan kekhawatiran baru pada rantai pasok yang dapat berimplikasi terhadap perekonomian global. Baru-baru ini para pengecer mengingatkan akan adanya penundaan pengiriman dan biaya pemindahan barang melalui laut semakin meningkat, menyusul ketegangan militan Houthi di Laut Merah. (Suez Canal Authority via AP)

Liputan6.com, Jakarta Krisis logistik menimbulkan kekhawatiran baru pada rantai pasok yang dapat berimplikasi terhadap perekonomian global. Baru-baru ini para pengecer mengingatkan akan adanya penundaan pengiriman dan biaya pemindahan barang melalui laut semakin meningkat, menyusul ketegangan militan Houthi di Laut Merah.

Enam dari 10 perusahaan pelayaran peti kemas terbesar – yaitu Maersk, MSC, Hapag-Lloyd, CMA CGM, ZIM dan ONE – sebagian besar atau seluruhnya menghindari Laut Merah karena ancaman dari militan Houthi.

Melansir CNN Business, Jumat (12/1/2024) perdagangan global telah menurun 1,3 persen dari bulan November hingga Desember 2023.

Saat ini, biaya pengiriman telah melonjak, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi harga konsumen.

 

"Semakin lama gangguan ini berlangsung, semakin kuat dampak stagflasi terhadap perekonomian global," tulis kepala ekonom di Allianz, Mohamed A. El Erian di platform X.

Bank Dunia juga melihat skenario meningkatnya konflik, pasokan energi juga dapat terganggu secara signifikan, sehingga menyebabkan lonjakan harga.

"Hal ini akan berdampak signifikan terhadap harga komoditas lainnya," ungkap Bank Dunia dalam laporan terbarunya.

Ancaman Terhadap Harga Energi

Adapun Capital Economics yang melihat bahwa ancaman terhadap harga energi adalah risiko terbesar.

"Meskipun gangguan pengiriman saat ini sepertinya tidak akan mengganggu tren penurunan inflasi global, peningkatan konflik militer yang nyata dapat meningkatkan harga energi, yang akan dibebankan kepada konsumen," ungkap Simon MacAdam dan Lily Millard, ekonom di konsultan tersebut dalam sebuah catatan.


Risiko Inflasi Belum Mereda

Kapal kargo Ever Given ditarik oleh salah satu kapal tunda di Terusan Suez, Mesir, Senin (29/3/2021). Lalu lintas Terusan Suez kembali normal setelah kapal kargo Ever Given yang terdampar dan memblokir jalur selama hampir seminggu akhirnya dievakuasi kru penyelamat. (Suez Canal Authority via AP)

Oxford Economics juga memperkirakan inflasi akan terus menurun namun masih melihat risiko kenaikan harga.

Jika biaya transportasi peti kemas tetap berada pada level saat ini, hampir dua kali lipat dibandingkan biaya awal bulan Desember, hal ini mungkin akan meningkatkan inflasi dunia sekitar 0,6 poin persentase, katabBen May, direktur penelitian makroekonomi global di Oxford Economics.


AS dan Eropa Belum Melihat Dampak Signifikan

Ilustrasi Kapal Kargo. Foto: Freepik/Tawatchai07

aat ini, pelabuhan-pelabuhan besar di Eropa dan Amerika Serikat, termasuk Pelabuhan Rotterdam, Pelabuhan Los Angeles, dan Pelabuhan New York dan New Jersey hanya mengalami dampak terbatas dari krisis dinLaut Merah.

Namun mereka sangat waspada terhadap potensi dampak yang dapat muncul.

"Ini merupakan gangguan lain dalam rantai pasokan," kata Gene Seroka, direktur eksekutif Pelabuhan Los Angeles.

"Ini tidak akan hilang dalam tiga atau empat minggu," ucapnya.

Dan bahkan jika serangan-serangan tersebut berhenti saat ini, sehingga memungkinkan sebagian besar kapal untuk transit di Laut Merah, dampak-dampak sebelumnya masih dapat terasa hingga beberapa waktu ke depan, menurut Burgess dari C.H. Robinson.

"Gangguan dan penundaan yang sudah terjadi akan membutuhkan banyak waktu untuk diselesaikan," pungkasnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya