Liputan6.com, Jakarta Subholding Gas Pertamina terus mengembangkan pemanfaatan biomethane terkompresi yang berasal dari limbah kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) di Indonesia. Produk yang disebut Bio-CNG menjadi yang pertama digunakan konsumen ritel.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Rosa Permata Sari mengatakan, dalam mengembangkan Bio-CNG PT PGN Tbk sebagai Subholding Gas Pertamina melibatkan Anak Perusahaan yakni PT Gagas Energi Indonesia (Gagas) untuk menindaklanjuti kerjasama dengan PT KIS Biofuels Indonesia (KIS). Kerjasama pemanfaatan Bio-CNG untuk pelanggan ritel adalah yang pertama kali dilakukan di Indonesia.
Advertisement
“Kerjasama ini merupakan bentuk komitmen PGN dalam memperluas pemanfaatan energi ramah lingkungan dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh negeri ini serta dapat menjadi contoh bagi pemanfaatan sumber baru terbarukan yang sustainable," kata Rosa, di Jakarta, Jumat (12/1/2024).
Untuk langkah awal, KIS akan menyalurkan sekitar 36.500 MMBTU di tahun pertama kepada Gagas. Selanjutnya kebutuhan ini akan disesuaikan dan dapat meningkat hingga 100 persen di tahun kelima.
Proyek Bio-CNG
Menurut Rosa, pengembangan proyek Bio-CNG potensial menjadi energi baru terbarukan yang dapat membantu menekan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan lebih ramah lingkungan. Karakter Bio CNG yang mirip dengan gas bumi yang dialirkan oleh PGN, memungkinkan fleksibilitas mekanisme swap atau tukar antar kedua jenis komoditas tersebut termasuk pemanfaatan infrastruktur yang dimiliki PGN.
"Kerjasama pemanfaatan Bio-CNG antara Gagas dan KIS untuk pelanggan ritel adalah langkah baru yang kami lakukan untuk mendukung Pemerintah guna mencapai target Net Zero Emission di tahun 2060,” ujar Rosa.
Manfaat Jangka Panjang
Bio-CNG dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang, secara transportasi dan komersial juga sangat memungkinkan dalam bentuk ritel sehingga berpotensi menumbuhkan layanan ke titik-titik ekonomi baru yang selama ini belum terlayani dengan layanan pipa gas bumi.
"Kami berharap ikhtiar ini dapat berdampak untuk pembangunan perekonomian nasional yang memberikan multiplier effect bagi masyarakat. Semoga langkah ini akan menghasilkan sesuatu yang besar yang dapat berdampak siginifikan bukan hanya untuk perusahaan, tetapi untuk masyarakat melalui pemanfaatan energi baru terbarukan,” tutur Rosa.
Direktur Utama Gagas Muhammad Hardiansyah menuturkan, pada skema kerjasama pemanfaatan Bio-CNG, KIS akan mengolah limbah cair kelapa sawit sehingga menghasilkan gas yang karakteristiknya menyerupai gas bumi. Gas tersebut selanjutnya dikompresi dan akan dimanfaatkan oleh Gagas untuk selanjutnya didistribusikan ke pelanggan komersial dan industri.
Advertisement
Tingkatkan Pasokan
Subholding Gas Pertamina pun telah memetakan kedepan Bio-CNG dapat menjadi opsi untuk meningkatkan pasokan gas bumi di wilayah Sumatera, Kalimantan dan sekitarnya.
“Gagas tetap pada perannya sebagai penyedia energi ramah lingkungan melalui moda Beyond Pipeline. Tetapi kali ini salah satu pasokan yang kami peroleh berasal dari sumber energi yang lebih sustainable yaitu limbah cair kelapa sawit yang telah diproses oleh KIS menjadi biomethane yang akan kami transportasikan dalam bentuk BioCNG. Untuk langkah awal, proses kerjasama akan dilakukan di daerah Pekanbaru, Riau. Selanjutnya jika kerjasama berjalan dengan baik, maka kerjasama ini akan diduplikasikan di wilayah lainnya di Indonesia seperti Bangka Belitung, Sumatera dan Kalimantan,” jelasnya.
Direktur KIS K.R. Raghunath mengungkapkan, kerja sama untuk menangkap metana dari limbah cair kelapa sawit akan semakin memperkuat industri biomethane di Indonesia dan membantu menekan emisi gas rumah kaca.
“Proyek kerjasama ini akan membantu mengurangi permasalahan emisi dan mendukung Indonesia mencapai target Net Zero Emission,” tutup Raghunath.