Dari Ancika, Perfilman Banua Kalsel Cukup Menjanjikan

Potensi ini tentu mengangkat citra perfilman nasional dengan kehadiran film-film yang diproduksi langsung di Kalimantan Selatan atau pun keterlibatan putra putri asal Banua

oleh Aslam Mahfuz diperbarui 14 Jan 2024, 17:00 WIB
Produser Ancika 1995, Budi Ismanto (kiri). (Liputan6.com/ist)

Liputan6.com, Banjarmasin - Mengutip laman Kementerian Investasi/BKPM, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan wilayah terluas, tentunya memiliki jumlah warga negara yang sangatlah besar. Tercatat hingga saat ini ada 264 juta warga negara Indonesia.

Hal ini tentunya memberikan potensi yang sangat besar di sektor sumber daya manusia yang bisa membawa efek masif terhadap berbagai industri yang ada di Indonesia, salah satunya adalah industri perfilman.

Produser film Ancika 1995, Budi Ismanto termotivasi dengan perkembangan perfilman di kancah nasional dan mencoba untuk turut tampil. Potensi ini tentu mengangkat citra perfilman nasional dengan kehadiran film-film yang diproduksi langsung di Kalimantan Selatan (Kalsel) atau pun keterlibatan putra putri asal Banua.

“Jadi motivasinya ini, sekarang dunia perfilman di Indonesia itu selalu barometernya itu Jawa; Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya, itu saja berputar, nah sepertinya Kalsel (Indonesia Timur) kurang diperhatikan atau kurang pede untuk terjun,” sebutnya kepada insan pers di di Cafe The Panas Dalam, Banjarmasin, Jumat (12/1/2024).

Padahal, lanjutnya, Banua Kalsel memiliki banyak potensi, buktinya ada beberapa film yang dari Kalsel sekarang. ‘Jendela Seribu Sungai’ dan ‘Saranjana’ film nasional yang diproduksi yang juga mengambil beberapa latar belakang di Kalsel.

“Walaupun film-film itu yang bikinnya tetap orang Jakarta ya itu bagus, tapi sebelum itu saya sudah terjun di dunia perfilman, kita punya potensi untuk mengembangkan itu, 69 Production lahir di Kalsel tentu saja ingin berkontribusi terhadap perfilman nasional,” ujar Budi, yang juga produser ‘Koboy Kampus’, film yang mengambil beberapa lokasi shooting di Banua pada tahun 2019 silam.

Ia juga menyebutkan jika bisnis perfilman bagi daerah cukup menjanjikan. Selain penyerapan tenaga kerja, penyaluran kreativitas pada industri kreatifitas yang tidak akan habis.

“Dibanding kita mengembangkan industri-industri lain, seperti sumber daya alam yang suatu ketika akan habis, tapi yang namanya industri kreatif nggak akan bakal habis gitu karena yang dipakai adalah soal kreatifitas,” lanjut Budi.

Kalsel memiliki peluang besar, Budi yang juga jurnalis senior itu berharap jika bisa Kalsel dapat menjadi pusat perfilman Indonesia Timur. Bukan hal mustahil jika ini mendapatkan dukungan dari pengusaha-pengusaha yang memiliki modal, dan berinvestasi.

“Dunia industri film ini, industri kreatif yang sangat menjanjikan,” tambahnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya