Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Jerman memperluas kerja sama mereka untuk meningkatkan transportasi umum di Indonesia dan mengembangkan ekosistem pasar untuk keuangan berkelanjutan.
Jerman menggelontorkan dana sebesar 262,82 juta euro atau sekitar Rp4,4 triliun untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Advertisement
"Jerman menyumbang 250 juta EUR sebagai pinjaman bersubsidi dan tambahan 5 juta EUR sebagai hibah mendukung pengembangan sistem Bus Rapid Transit (BRT) yang ramah lingkungan dan iklim di Surabaya. Proyek ini bertujuan untuk mengurangi lalu lintas individu, meningkatkan penggunaan transportasi umum, dan menurunkan emisi gas rumah kaca terkait lalu lintas," jelas pihak Kedutaan Jerman di Indonesia, Minggu (14/1/2024).
Pihak kedutaan menyebut bahwa Bank Pembangunan Jerman KfW akan menyediakan pembiayaan dan keahlian teknis di seluruh proyek.
"Proyek ini berkontribusi pada Green Infrastructure Initiative (GII) atau Inisiatif Infrastruktur Hijau, kemitraan strategis antara Indonesia dan Jerman yang mempromosikan infrastruktur perkotaan ramah lingkungan," jelas pihak kedutaan.
Secara paralel, Jerman, juga melalui KfW, akan mengalokasikan hibah sebesar 7,82 juta EUR untuk memfasilitasi pertumbuhan Green Bond market ecosystem (Ekosistem pasar Obligasi Ramah Lingkungan) Indonesia. "Artinya tidak hanya meningkatkan volume Green Bond issuers (Penerbit Obligasi Hijau) dan juga untuk mendorong emiten menawarkan obligasi standar berkualitas tinggi."
"Sebagian dari hibah akan diberikan untuk memperkuat kapabilitas Green Bond issuers (Penerbit Obligasi Hijau) dan pemerintah Indonesia," jelas pihak kedutaan.
Pendanaan Tambahan untuk Agenda Iklim Indonesia yang Ambisius
Proyek ini, sambung pihak kedutaan Jerman di Indonesia, adalah untuk memobilisasi pendanaan tambahan untuk agenda iklim Indonesia yang ambisius termasuk transisi energi sebagaimana ditetapkan dalam Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) antara Indonesia, Jerman dan anggota lainnya di Grup Mitra Internasional.
"Kerja sama pembangunan Indonesia-Jerman dimulai sejak tahun 1958, dan kedua negara terus menjalin kerja sama, sejak saat itu bersama-sama menuju pembangunan berkelanjutan Indonesia di berbagai bidang. Saat ini, pemerintah Indonesia dan Jerman fokus pada bidang energi dan pembangunan perkotaan berkelanjutan termasuk publik transportasi dan ekonomi sirkular serta pengelolaan dan konservasi hutan," papar pihak kedutaan.
Kolaborasi ini mencerminkan komitmen bersama terhadap masa depan yang lebih berkelanjutan, menunjukkan potensi kerja sama internasional dalam melindungi barang-barang global.
"Indonesia dan Jerman bekerja sama untuk mendorong perubahan positif dan berkontribusi pada dunia yang lebih berkelanjutan," pungkas pihak kedutaan.
Advertisement
Indonesia-Jerman Kolaborasi 17 Proyek Senilai Rp16,4 Triliun, Menuju Sistem Energi Dekarbonisasi
Indonesia-Jerman semakin memperkuat hubungan kolaborasinya dalam Sistem Energi Dekarbonisasi, menggandeng Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Hal itu disampaikan pada acara Indonesia Sustainability Weeks 2023.
Indonesia Sustainability Weeks 2023 yang dijadwalkan berlangsung selama empat hari dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan pemerintah, profesional, sektor swasta, akademisi, media, dan lainnya. Salah satu organisasi pemerintah federal Jerman yang berkantor di Jakarta, Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) juga turut berkontribusi dalam penyelenggaraan acara tersebut.
Duta Besar Republik Federal Jerman Untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, Ina Lepel, menyoroti hubungan bilateral yang kuat antara Jerman dan Indonesia dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau. Ia menyampaikan rasa bangganya atas keterlibatan pemerintah Indonesia dan Jerman dalam kolaborasi selama lebih dari 30 tahun.
"Kolaborasi ini telah memberi tahu kami mengenai bantuan teknis dan finansial dalam berbagai inisiatif energi terbarukan yang mencakup peningkatan skala besar transmisi energi terbarukan, pekerjaan ramah lingkungan dan pengembangan keterampilan serta dialog inklusif antara organisasi masyarakat sipil, baik di tingkat nasional maupun regional," ujar Dubes Ina Lepel dalam sambutan pembukaannya ISEW 2023 di Hotel Kempinski, Jakarta pada Selasa 10 Oktober 2023, dikutip dari video siaran langsung akun YouTube Bappenas.
Selanjutnya Dubes Ina Lepel menegaskan, "Kami percaya bahwa bersama-sama kita dapat mewujudkan kemitraan ini demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia," ujarnya.
Dalam konteks kolaborasi, Jerman diketahui telah menyumbangkan bantuan teknis dan finansial untuk proyek-proyek energi terbarukan di Indonesia.
Dubes Ina Lepel pun mengumumkan bahwa saat ini mereka sedang menyelesaikan 17 proyek dengan total lebih dari 1 miliar euro (16,4 triliun rupiah), sementara proyek-proyek lain dengan total sekitar 800 juta euro (13 triliun rupiah) masih dalam proses.
Selain itu, pemerintah Jerman baru-baru ini meresmikan program EnergyHub yang bertujuan memperkuat kolaborasi energi bilateral dan meningkatkan efisiensi serta sinergi di antara keduanya.
Indonesia Jadi Anggota Klub Iklim Internasional dan Raih 10 Miliar Euro untuk EBT
Sebelumnya, Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan siap membantu Indonesia dalam mengejar transisi energi lewat energi baru dan terbarukan (EBT). Salah satunya dengan menghimpun sana hingga 10 miliar Euro dari negara-negara anggota G7.
"Kami akan memobilisasi investasi pemerintah dan investasi swasta di antara negara-negara G7 dalam 10 miliar Euro untuk mempercepat jalur Indonesia menuju energi terbarukan," kata dia dalam pembukaan Hannover Messe 2033 di Hannover, Jerman, dikutip Senin (17/4/2023).
Selain itu, Olaf juga mengajak Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memanfaatkan kerja sama dengan perusahaan Jerman khususnya guna menggenjot transisi energi di Indonesia.
"Saya mengundang Anda untuk melihat semua peluang yang tersedia, terutama untuk perusahaan industri Jerman yang inovatif dan ramah iklim untuk memastikan bahwa ambisi dihargai dan tidak dihukum ketika kita berbicara tentang konversi ekonomi global," ungkapnya.
Selain itu, Olaf juga menyambut Indonesia sebagai salah satu anggota Klub Iklim Internasional yang dibentuk negara-negara G7. Klub yang didirikan pada tahun lalu ini diketahui berfokus dalam mengatasi pemanasan global di dunia.
"Kami mendirikan klub iklim internasional dan kami berbicara tentang kompetisi yang adil dan aturan serta standar dan kami senang bahwa Indonesia akan bergabung dengan klub iklim kooperatif ini dalam beberapa hari," tutup dia.
Advertisement