Liputan6.com, Jakarta - "Perkenalkan, Saya Tareek. Tareek Arafat," ucap pria berkacamata dan berbadan tegap ini memperkenalkan namanya.
Dlilhat dari namanya, Tareek terlihat bukan orang sembarangan. Nama Arafat yang tersemat dibelakangnya identik dengan Mendiang Presiden Palestina Yaseer Arafat yang telah meninggal dunia karena sakit. Tareek mengakui dia memang masih mempunyai hubungan darah dengan Yaseer Arafat.
Advertisement
Sambil menunjuk beberapa bingkai foto keluarganya yang tergantung di ruang kerja, dia menjelaskan bagaimana silsilah dirinya dengan Sang Pembebas Palestina itu. Rupanya, garis keturunan Yaseer Arafat berasal dari ayahnya.
"Ibu saya orang Mesir dan ayah saya orang Palestina. 50 persen Tepi Barat dan 50 persen Gaza. Ayah saya orang ini di sebelah presiden (foto Yasser Arafat)," kata dia.
Yaseer Arafat diketahui lekat dengan pembentukan negara Palestina modern. Pendiri Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) ini merupakan sosok yang gigih memperjuangkan agar bangsa Palestina bisa memerintah negerinya sendiri.
Kendati berasal dari darah biru di dunia politik, namun Tareek mengambil jalan berbeda dari sang paman. Dia memilih biomedical enginering menjadi bidang yang dia tekuni sejak muda.
"Takdirku memang untuk tidak pernah menjadi politisi. Tapi ada sepupu saya (keponakan Yasser Arafat lainnya) yang memilih jalan politik. Dia memulai karir politik di usia yang sangat muda, yakni pada usia 15 tahun. Dia benar-benar seorang politisi," ucap Tareek di kantornya saat menerima audiensi Liputan6.com dan Tim Bulan Sabit Merah Indonesia.
Tareek mengaku, kendati mengambil jalan berbeda dengan saudaranya yang terjun ke dunia politik, namun sang Paman, Yaseer Arafat tetap menjadi inspirasi bagi dirinya. Pengabdian pada bidang kemanusiaan melalui posisinya saat ini sebagai Kepala Perwakilan Bulan Sabit Merah Palestina di Mesir, menurutnya jalan yang tepat untuk meneruskan jejak perjuangan sang Paman. Menjadikan Palestina Tanah Merdeka.
"Secara kemanusiaan, saya selalu ingin mendukung negara saya. Saya mendukung kemanusiaan. Dia (Yaseer Arafat) adalah pamanku. Saya berharap bisa menjadi satu persen saja seperti orang-orang ini, " kata dia.
Tareek pun sedikit menceritakan mengapa dirinya memilih untuk fokus di dunia kesehatan dan terjun di bidang kemanusiaan. Dia mengatakan, takdir yang menjadikan dirinya saat ini dirinya berjuang di bidang kemanusiaan. Berawal dari 15 tahun lalu, dia mengaku bekerja sebagai bio enginering di sejumlah negara di Amerika dan Eropa. Di suatu waktu dia mendengar dibutuhkan posisi Kepala Perwakilan Bulan Sabit Merah Palestina di Mesir. Dia pun langsung mengambil kesempatan itu.
"Saya tidak memilih menjadi kepala Bulan Sabit Merah Palestina, karena memilih adalah kemewahan. Takdirku juga untuk tidak pernah menjadi politisi," kata dia.
Terburuk
Terkait situasi di Gaza saat ini, Tareek mengatakan kondisi saat ini menurutnya yang paling terburuk. Gempuran Israel yang bertubi-tubi membuat banyaknya korban jiwa dan warga yang kehilangan keluarganya. Belum lagi, adanya upaya masif dari Tel Aviv yang terus berupaya menyingkirkan warga Gaza dengan wacana pembangunan pemukiman Yahudi.
"Jadi tampaknya mereka (Israel) ingin mendorong semuanya ke perbatasan. Anda tahu, saya dan banyak pekerja kemanusiaan lainnya sangat terganggu saat kami merasa telah berupaya maksimal tapi kemudian kami melihat televisi ketika sampai di rumah dan semuanya kembali terjadi. Ini sangat mengganggu," kata dia.
Dia pun mengatakan, pilihan yang paling rasional Saat ini adalah menghentikan sementara peperangan. Walau pun ia tidak yakin, perang akan benar-benar dihentikan
"Karena itu semua menginginkan gencatan senjata. Situasinya sangat buruk. Ini adalah waktu yang buruk," kata dia.
Advertisement