Korea Utara Tembakkan Rudal Balistik Jarak Menengah yang Dapat Hantam Pangkalan Militer AS di Guam

Kementerian Pertahanan Jepang mengonfirmasi bahwa rudal Korea Utara jatuh di perairan di luar Zona Ekonomi Esklusif (ZEE) Jepang.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Jan 2024, 18:35 WIB
Pemimpin Korut, Kim Jong-un menggunakan teropong menyaksikan peluncuran balistik antarbenua Hwasong-14 Rudal, ICBM, di barat laut Korea Utara. Korea Utara mengklaim telah menguji rudal balistik antarbenua. (KRT via AP Video)

Liputan6.com, Tokyo - Korea Utara meluncurkan rudal balistik jarak menengah (IRBM) pada Minggu (14/1/2024), menandai peluncuran pertamanya pada tahun ini. Kementerian Pertahanan Jepang mengonfirmasi bahwa rudal jatuh di perairan di luar Zona Ekonomi Esklusif (ZEE) Jepang.

Militer Korea Selatan memastikan bahwa rudal yang diluncurkan adalah IRBM dan menempuh jarak sekitar 1.000 km sebelum jatuh. Demikian seperti dilansir Japan Times.

Kementerian Pertahanan Jepang tidak segera mengidentifikasi jenis rudal, namun mereka mengatakan rudal tersebut telah menempuh jarak sekitar 500 km dan mencapai ketinggian maksimum sekitar 50 km. Alasan perbedaan dengan laporan Korea Selatan belum jelas.

Menurut Kementerian Pertahanan Jepang, IRBM memiliki jangkauan hingga 5.000 km, yang akan menempatkan wilayah Guam di Amerika Serikat (AS) dalam jangkauan jika ditembakkan dari wilayah Korea Utara.

Guam adalah rumah bagi pangkalan militer AS dan menampung kehadiran pengebom yang kemungkinan akan digunakan dalam konflik apa pun di Semenanjung Korea.

Uji coba rudal Korea Utara terakhir kali terjadi pada 18 Desember, di mana mereka menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat, Hwasong-18.


Instruksi PM Jepang

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. (STR / JIJI Pers/AFP)

Sebelumnya, Korea Utara pada November mengklaim bahwa mereka telah berhasil menguji mesin bahan bakar padat baru untuk IRBM, yang merupakan pengembangan terbaru senjata nuklir yang mampu menyerang Jepang dan negara lain secara diam-diam.

Rudal berbahan bakar padat menawarkan keuntungan signifikan bagi Korea Utara dibandingkan senjata berbahan bakar cair yang merupakan sebagian besar persenjataan Pyongyang. Senjata-senjata ini lebih mudah dikerahkan dan ditembakkan lebih cepat, sehingga AS dan sekutu-sekutunya mempunyai lebih sedikit waktu untuk mengenali dan memusnahkan mereka.

Berbicara dalam konferensi pers selama kunjungan pertamanya ke Prefektur Ishikawa yang dilanda gempa, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan pemerintah sedang berupaya untuk menangani peluncuran rudal terbaru Korea Utara tersebut.

"Saya telah mengeluarkan instruksi untuk menilai situasi, memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat, menjamin keselamatan kapal ... dan mengambil semua tindakan yang mungkin dilakukan untuk merespons dengan tepat setiap keadaan yang tidak terduga," ujarnya.


Eskalasi Ketegangan di Semenanjung Korea

Bendera Korea Utara dan Korea Selatan berkibar berdampingan (Dok. AFP)

Uji coba rudal pada Minggu terjadi di tengah eskalasi ketegangan dengan Korea Selatan. Awal bulan ini, Kim Jong Un melanjutkan kampanye tekanan yang lebih besar terhadap Korea Selatan dengan menyebutnya sebagai "musuh utama".

Kim Jong Un juga memerintahkan militernya melakukan latihan penembakan di dekat perbatasan laut yang pernah menjadi lokasi konfrontasi mematikan di masa lalu. Dia mengatakan pula Korea Utara seharusnya tidak lagi melakukan kesalahan dengan menganggap Korea Selatan sebagai mitra reunifikasi.

Korea Utara telah membuat kemajuan pesat dalam memajukan program rudal dan senjata nuklirnya selama beberapa tahun terakhir, dengan melakukan uji coba sistem baru yang tangguh yang dimaksudkan untuk menyerang pangkalan AS dan sekutu di Korea Selatan dan Jepang, yang menampung sebagian besar pasukan AS di kawasan.

Pada November, Korea Utara mengumumkan keberhasilan peluncuran satelit mata-mata militer pertamanya.

Kim Jong Un pada Desember memerintahkan sektor militer, industri amunisi dan senjata nuklir Korea Utara untuk meningkatkan persiapan perang, sambil memperluas kerja sama strategis dengan negara-negara "anti-imperialis independen".

Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Utara telah memperkuat hubungan dengan Rusia, di mana AS dan Korea Selatan menuduhnya menyediakan artileri dan rudal bagi Rusia untuk membantunya dalam perang Ukraina dengan imbalan bantuan teknis dalam meningkatkan kemampuan militer.

Awal bulan ini, AS menyebutkan Rusia menggunakan rudal balistik yang dipasok Korea Utara dalam serangan terhadap Ukraina. Sementara itu, Seoul menuding Pyongyang menggunakan Ukraina sebagai "lokasi uji coba rudal berkemampuan nuklir".

Sebagai tanda meningkatnya hubungan dua negara, Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui dijadwalkan melakukan kunjungan resmi ke Rusia dari Senin (15/1) hingga Rabu (17/1) atas undangan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Demikian laporan kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, pada Minggu.

Langkah-langkah yang dilakukan Korea Utara dalam beberapa waktu terakhir telah mendorong Jepang dan Korea Selatan lebih dekat, sekaligus memicu Jepang, Korea Selatan, dan AS mencapai kesepakatan penting pada tahun lalu untuk membantu mengendalikan ambisi nuklir Pyongyang.

Bulan lalu, ketiga negara tersebut mengumumkan pengaktifan sistem real-time untuk berbagi data mengenai pelacakan rudal Korea Utara, sekaligus menetapkan rencana multi-tahun untuk latihan militer trilateral.

Ambisi Korea Utara Punya Senjata Nuklir

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya