Indonesia Kelebihan Pasokan Listrik, Ini Saran Guru Besar UGM

Indonesia saat ini mengalami kelebihan pasokan listrik sejak 2015 dan diprediksi masih akan terus terjadi. Hal ini disebabkan karena adanya ketidaksesuaian antara proyeksi permintaan dengan realisasinya. Kondisi kelebihan pasokan ini menyebabkan kerugian yang cukup membebani keuangan negara sehingga penting adanya energy storage. 

oleh Yanuar H diperbarui 15 Jan 2024, 21:00 WIB
Paulus Adi Wahono bersama Arnout Hendrik dalam Pameran Solar & Energy Storage Expo 2018

Liputan6.com, Yogyakarta - Guru Besar UGM Bidang Teknik Kimia Imam Prasetyo mengatakan sejak 2015 hingga saat ini Indonesia selalu kelebihan pasokan listrik. Padahal kondisi ini dapat dihindari jika dalam perencanaan pembangunan pembangkitan listrik tersebut melibatkan keberadaan sistem energy storage yang terintegrasi.

“Kondisi kelimpahan pasokan energi listrik juga berdampak pada investasi energi baru terbarukan karena kondisi ini secara otomatis akan menjadikan tertutupnya ruang pengembangannya. Karena dalam kondisi kelimpahan energi, pemerintah kemungkinan besar akan mengambil sikap pragmatis yaitu dengan memprioritaskan sumber energi yang sudah ada,” kata Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dalam pidato pengukuhan Guru dirinya di ruang Balai Senat, Gedung Pusat UGM, Selasa  9 Januari 2024.

Dalam pidato pengukuhan  yang berjudul Material Karbon Nanopori dan Masa Depan Pengembangan  Perangkat Penyimpan Energi  Definisi Material Karbon Nanopori, Imam menyatakan langkah pemerintah memberi insentif pembelian kendaraan listrik,  pemberian gratis peralatan elektronik rumah tangga seperti kompor listrik dan rice cooker, untuk memitigasi kelebihan pasokan listrik, tidak perlu dilakukan. Menurutnya adanya unit utilitas energy storage yang efisien dan handal menjadi bagian penting dalam sistem pembangkitan energi di masa depan. 

 

"Oleh karena itu, riset, pengembangan teknologi, serta inovasi diperlukan untuk mengantisipasi tren ke depan, serta untuk meningkatkan cakupan aplikasi teknologi energy storage sangat diperlukan."

Imam menyebutkan solusi yang tengah ia lakukan bersama dengan Grup Riset Karbon Departemen Teknik Kimia UGM dengan meneliti material pengembangan perangkat energy storage dari material karbon nanopori. Adapun material karbon nanopori adalah material karbon yang porous yang memiliki ukuran pori lebih kecil dari 100 nano meter dengan struktur pori hierarkis dan membentuk jaringan pori yang terinterkoneksi, serta luas permukaan spesifik yang besar. 

Dalam aplikasinya, partikel karbon tersebut dapat berbentuk serbuk halus, granular, pellet atau dicetak dalam bentuk blok. Adanya penelitian ini maka secara tidak langsung akan memacu pengembangan dan inovasi teknologi perangkat penyimpan energi lainnya seperti baterai, superkapasitor, fuel cell, serta adsorptive Hydrogen-storage. 

“Baterai, superkapasitor, fuel cell dan adsorptive Hydrogen-storage merupakan perangkat energy storage yang penting dan memainkan peran yang sangat strategis dalam proses elektrifikasi,” ujarnya.

Imam mengaku masih dalam tahap riset namun, penelitian unit utilitas penyimpan energi dalam pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu solusi penting untuk mengelola kelimpahan pasokan energi listrik. Fungsi unit sistem penyimpan energi ini bisa optimal dengan melakukan hibridisasi antara perangkat penyimpan energi dengan perangkat elektrolisis. 

Sebab, energi listrik yang tidak tertampung dalam perangkat penyimpan energi dapat dimanfaatkan untuk melakukan proses elektrolisis air sehingga dihasilkan gas hidrogen yang siap untuk dikonversi menjadi energi. 

“Dengan semakin berkembangnya teknologi penyimpan energi maka kendala utama berupa ketidakajegan dalam pemanfaatan energi surya dan energi angin dapat teratasi sehingga pemanfaatan energi baru terbarukan yang tidak polutif ini akan semakin meluas,” ujarnya.

Namun yang tidak kalah penting, imbuhnya, pengembangan sistem energy storage diharapkan bisa mengakselerasi perluasan akses pembangunan elektrifikasi dan pemanfaatan energi baru terbarukan.

Simak Video Pilihan Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya