Hadis-Hadis Palsu tentang Amalan Rajab, Awas Keliru Kata Ustadz Adi Hidayat!

Dengan keutamaan bulan haram ini banyak umat Islam yang memperbanyak amal dan ibadah pada bulan Rajab. Namun, sebagian kalangan muslim kerap kali melakukan amalan di bulan Rajab bersandar pada hadis-hadis palsu.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 15 Jan 2024, 09:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat hadir dalam acara tabligh akbar puncak rangkaian milad 1 Dekade Metode Wafa di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya. (Istimewa).

Liputan6.com, Jakarta - Rajab termasuk bulan haram bersama tiga bulan lainnya yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Pada bulan yang dimuliakan Allah ini umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan amal dan ibadah.

Prinsipnya, amal ibadah yang dilakukan di bulan haram (termasuk Rajab) akan diganjar pahala lebih banyak. Pun dengan perbuatan maksiat, nilai dosanya berlipat.

Dengan keutamaan bulan haram ini banyak umat Islam yang memperbanyak amal dan ibadah pada bulan Rajab. Namun, sebagian kalangan muslim kerap kali melakukan amalan di bulan Rajab bersandar pada hadis-hadis palsu.

Hal tersebut disampaikan Ustadz Adi Hidayat atau UAH dalam suatu ceramahnya. UAH mencatat ada beberapa hadis palsu tentang Rajab yang sering menjadi dalil keutamaan mengerjakan suatu amalan tertentu.

“Contoh, pernah dengar kalimat ini? ‘Siapa yang menunaikan sholat di malam Jumat di bulan Rajab di antara isya sampai fajar. Dia bacakan rakaat pertama setelah Al-Fatihah kemudian dibacakan surah A, surah B, sampai lainnya, maka akan diampuni dosa-dosanya, dibebaskan dari neraka.’ Pernah denger kalimat itu? Ini hadisnya hadis palsu. Bahkan, di kitab hadis palsunya tidak ditemukan, saking palsunya hadis ini,” jelas UAH dikutip dari Akhyar TV via YouTube Audio Dakwah, Ahad (14/1/2024).

UAH menyebut hadis lain tentang Rajab yang palsu. Kali ini terkait keutamaan mengerjakan puasa di bulan Rajab.

“Pernah denger hadis ini? ‘Di surga itu ada satu pintu, satu sungai, nama sungainya sungai Rajab. Siapa yang bisa puasa sehari di bulan maka dia akan mendapatkan kenikmatan dari air minum sungai Rajab.’ Itu hadisnya hadis palsu. Saking palsunya, di kitab-kitab yang primer pun tidak ditemukan,” ungkap UAH.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Hadis Palsu Jangan Jadi Rujukan

Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengisi kajian Islam di Uluu Camii Moskee, Utrecht. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)

UAH mengaku dirinya sudah menggali tujuh kitab yang menyampaikan hadis palsu tersebut, salah satunya kitab Fadha'il al-Auqat karangan Al-Baihaqi. 

Ia mengatakan, semua yang dicantumkan dalam kitab-kitab tersebut untuk menginformasikan bahwa itu hadisnya maudhu (palsu), minimal dhoif. 

“Jadi dituliskan itu untuk ngasih informasi, ini hadisnya dhoif ya, hadisnya palsu. Jangan dipakai sebagai rujukan. Bukan dituliskan untuk mengonfirmasikan pada kita itu amalan,” ujar UAH.

UAH menuturkan, hadis palsu tersebut ditampilkan bukan untuk mencela orang lain yang mengerjakan amalan tersebut. Sebab, ada hadis lain yang shahih yang bisa menjadi landasan mengerjakan amalan tersebut. 

“Jangan sampai Anda melihat ada orang yang puasa di bulan Rajab Anda katakan ‘Hei (pakai) hadis palsu, bukan.’ Karena dia bisa menggunakan yang shahih. Anda sendiri gak puasa malah mencela orang,” imbuhnya.

“Jadi, kalau mau puasa silakan tapi gunakan sandaran yang shahih hadisnya. Kalau malam pengen sholat boleh gak? Boleh, tapi jangan jadikan (hadis) palsu sebagai sandaran,” pesannya.


Hadis Shahih Puasa Rajab

Ustadz Adi Hidayat (Foto: Tangkapan Layar Youtube @aagymoffical)

UAH menjelaskan, puasa di bulan Rajab adalah sunnah. Dalilnya hadis Muslim nomor 1.960 dari riwayat Sayyidah Aisyah yang dikuatkan oleh keterangan Ibnu Abbas RA. Disebutkan bahwa nabi sering meningkatkan puasa di bulan-bulan haram, termasuk di bulan Rajab.

“Kata Sayyidah Aisyah termasuk juga kemudian Ibnu Abbas radhiallahu ta'ala anhuma, saya kadang melihat Nabi SAW sering puasa seakan-akan gak buka, tapi juga sering melihat beliau buka seakan-akan enggak puasa ya,” ucap UAH dikutip dari YouTube Media Dakwah Hikmah TV.

Berdasarkan hadis tersebut, UAH mengatakan, meningkatkan ibadah puasa di bulan haram seperti Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram boleh saja dilakukan. Walaupun tidak ada kekhususan mengkhususkan puasa di satu bulan saja.

“Kalau ada yang tanya boleh nggak saya puasa bulan Rajab? Silakan. Anda mau Senin puasa silakan, Kamis puasa silakan. Gak ada batas seperti hari-hari biasa. Cuma pahalanya ketika Anda kerjakan untuk menghindari maksiat maka bisa berlipat dari hari sebelumnya,” kata UAH.

UAH mengatakan, pelaksanaan puasa di bulan Rajab dapat dilakukan saat momentum yang biasa dilakukan puasa. Seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, dan puasa Dawud. Boleh juga puasa yang beruntun, misalnya Senin-Rabu puasa lalu Kamis tidak.

“Apa dalilnya? Tadi karena puasa di bulan-bulan hurum dianjurkan oleh Nabi SAW,” tegas UAH.


Keutamaan Puasa di Bulan Rajab

Ustadz Adi Hidayat sedang berceramah (dok. Instagram @ustadzadihidayat/https://www.instagram.com/p/BxCFVnhBZkm/Fairuz Fildzah)

Adapun terkait keutamaan puasa di bulan Rajab, menurut UAH, tidak ada keutamaan khusus seperti jika puasa di bulan Rajab akan mendapatkan sungai Rajab di surga. Kemudian, jika puasa sehari di bulan Rajab maka akan diampuni semua dosa dan dibebaskan dari neraka. 

“Kalau sudah bebas dari neraka ngapain puasa Ramadhan?” imbuh UAH kepada jemaah.

UAH menyimpulkan, keutamaan puasa di bulan Rajab sebetulnya keutamaan umum yang disebutkan dalam dalil-dalil masuk dalam kategori puasa dan ibadah di bulan bulan haram seperti keutamaan di tiga bulan yang lainnya. 

“Tidak ada amalan-amalan khusus misalnya yang hadis-hadis yang menunjukkan keistimewaannya, tapi kalau Anda kerjakan silakan saja kerjakan dengan niat mengerjakan amalan-amalan rutinitas seperti yang lainnya dan pahala Allah berikan kepada Anda,” tandas UAH. 

Demikian penjelasan tentang hadis-hadis palsu amalan Rajab berikut ditambahkan hadis shahih untuk mengamalkan puasa di bulan Rajab berdasarkan penjelasan Ustadz Adi Hidayat. Wallahu a'lam.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya