Liputan6.com, Jakarta - Dua direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yakni Lianawaty Suwono dan Subur Tan menjual saham BBCA pada pertengahan Januari 2024.
Dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Senin (15/1/2024), Direktur BCA Lianawaty Suwono menjual 250.000 saham BBCA pada 9 dan 10 Januari 2024. Harga saham BBCA yang dijual antara Rp 9.600 dan Rp 9.650. Dengan demikian, total nilai penjualan saham BBCA tersebut sekitar Rp 4,81 miliar.
Advertisement
Setelah penjualan saham BBCA itu, Lianawaty memiliki 1.521.880 saham atau setara 0,001 persen.
Sementara itu, Direktur BCA Subur Tan menjual 1.000.000 saham BBCA dengan harga Rp 9.650 pada 10 Januari 2024. Dengan demikian, nilai penjualan saham BBCA itu sekitar Rp 9,65 miliar. Setelah transaksi penjualan, Subur Tan memiliki 10.351.057 saham BBCA atau setara 0,008 persen.
Adapun tujuan transaksi tersebut penjualan saham Bank Central Asiadengan status kepemilikan saham langsung.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 12 Januari 2024, saham BBCA naik 1,31 persen ke posisi Rp 9.700 per saham. Saham BBCA dibuka naik 75 poin ke posisi Rp 9.650 per saham.
Saham BBCA berada di level tertinggi Rp 9.700 dan terendah Rp 9.600 per saham. Total frekuensi perdagangan 11.105 kali dengan volume perdagangan 802.428 saham. Nilai transaksi Rp 775 miliar.
Data Center BCA Bakal Beroperasi pada 2025
Sebelumnya diberitakan, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA berencana melakukan pengembangan digital pada 2024. Ini mengingat, perusahaan telah menggelontorkan investasi untuk data center.
Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim melihat investasi perusahaan akan semakin meningkat. Kali ini, BCA melakukan investasi di bidang data center.
Adapun data center baru tersebut berlokasi di Cikarang yang bakal beroperasi penuh pada awal 2025.
"Untuk pembangunan gedung sudah selesai. Kalau data center banyak sekali yang kita harus investasi termasuk software hardware, ini dalam proses," kata Vera dalam Public Expose 2023, Rabu (29/11/2023).
Dengan adanya data center ini, investasi BCA di sektor teknologi juga pasti akan mengalami peningkatan.
"Tahun ini capex kita di kisaran Rp 8,3 triliun. Penambahan modal akan disesuaikan dengan kebutuhan bisnis anak perusahaan," imbuhnya.
Terkait Pembagian Dividen Interim
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) bakal membagikan dividen interim tunai kepada pemegang saham sebesar Rp 42,50 per saham atau Rp 5,23 triliun. Pembayaran dividen tersebut akan dilakukan pada 20 Desember 2023.
Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menuturkan, pihaknya berkomitmen untuk terus menjaga kinerjanya secara optimal. Ini mengingat, kinerja yang baik akan memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham.
"Kredit bertumbuh dividen per share juga bertumbuh makanya untuk manajemen selalu menjaga kinerja yang baik," kata Vera dalam Public Expose 2023, Rabu, 29 November 2023.
Ia melanjutkan, BCA terus berupaya menjaga kinerja sebaik mungkin walaupun di tengah kondisi ekonomi yang kurang baik seperti pandemi Covid-19. Akan tetapi, kondisi itu menjadi ujian juga bagi semua bankir dalam membukukan kredit bisa sebaik apa.
Dengan demikian, kondisi pandemi Covid-19 memberikan pengaruh terhadap kredit BCA. Akan tetapi, sekarang kondisi kredit sudah membaik dengan cepat.
"Kami bisa menjaga dividen per share daripada BCA. Kami harapkan payout ratio improving tahun ke tahun. Dari 2018 sampai sekarang, lumayan investasi di mana dapat 32 persen?," imbuhnya.
Advertisement
Kinerja Kuartal III 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau disebut BCA dan entitas anak berhasil membukukan peningkatan laba bersih 25,8 persen YoY mencapai Rp 36,4 triliun hingga kuartal III 2023. Selain itu total kredit juga meningkat 12,3 persen secara tahunan (YoY) per September 2023.
Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan volume kredit di semua segmen, perbaikan kualitas pinjaman secara konsisten, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan solidnya peningkatan kredit salah satunya didorong oleh pelaksanaan BCA Expo 2023 pada kuartal III 2023, melanjutkan kesuksesan BCA Expoversary 2023 pada Februari lalu.
"Kami melihat permintaan kredit konsumer yang masih solid, tercermin dari pelaksanaan dua kali expo di tahun ini yang mampu mengumpulkan total aplikasi KPR dan KKB senilai Rp 46 triliun, atau meningkat lebih dari 50 persen dibandingkan capaian pada 2022,” kata Jahja dalam paparan kinerja kuartal tiga 2023 secara virtual, Kamis (19/10/2023).
Tak hanya itu, kredit BCA tumbuh dua digit hampir di seluruh segmen. Kredit UKM menjadi segmen dengan pertumbuhan kredit tertinggi, yaitu naik 16,4 persen YoY menjadi Rp 104,8 triliun.
Seiring dengan pemulihan bisnis debitur, portofolio kredit yang direstrukturisasi terus mencatat perbaikan, yang tercermin dari menurunnya rasio loan at risk (LAR) ke 7,6 persen di sembilan bulan pertama 2023, dibandingkan 11,7 persen pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat sebesar 2,0 persen di sembilan bulan pertama 2023, turun dari 2,2 persen di tahun sebelumnya.
“BCA senantiasa memiliki pencadangan yang memadai, dengan rasio pencadangan NPL dan LAR berada pada level yang kokoh, masing-masing sebesar 226,9 persen dan 66,6 persen,” ujar Jahja.
BCA Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh 2 Digit pada 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA optimistis penyaluran kredit hingga akhir 2023 bakal tumbuh dua digit secara year on year (yoy).
Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menuturkan, pihaknya memproyeksikan pertumbuhan penyaluran kredit di kisaran 10-11 persen pada akhir 2023.
"Sampai akhir tahun kredit saya pikir kita tumbuh di kisaran 10-11 persen pada tahun ini,” ujar dia saat ditemui di Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Sementara itu, ia mencermati kredit di sektor konsumer, kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB), dan UMKM masih positif.
“Sektor konsumsi naik, KPR dan KKB juga naik, UMKM malah kita tumbuh lebih cepat dari industri 15 persen, yang melambat sedikit itu sektor korporasi,” kata dia.
Dia bilang, melambatnya kredit korporasi dikarenakan beberapa perusahaan sudah mulai melakukan akses pendanaan dari pasar modal. Akan tetapi, ia melihat penyaluran kredit secara keseluruhan ini masih solid.
“Overall pertumbuhannya bagus. Mudah-mudahan tumbuh di atas industri,” imbuhnya.
Advertisement