Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menambahkan anggaran untuk riset, khususnya di perguruan tinggi pada tahun 2024 ini. Kendati ada Pilpres, Jokowi meyakini penambahan anggaran riset akan dilanjutkan siapapun presiden yang terpilih.
"Pak Nadiem anggarannya (untuk riset) diperbesar. Enggak apa-apa dimulai tahun ini, nanti kan sudah ganti presiden. Tapi dimulai itu yang gede, jadi presiden yang akan datang pasti mau tidak mau melanjutkan. Entah itu 01 (Anies Baswedan), entah itu 02 (Prabowo Subianto), entah 03 (Ganjar Pranowo)," jelas Jokowi dalam Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia di Surabaya, Senin (15/1/2024).
Advertisement
Dia meminta Mendikbud Nadiem segera mengalokasikan penambahan anggaran untuk riset. Jokowi menilai presiden yang terpilih tidak akan berani memotong anggaran yang sudah dialokasikan untuk riset.
"Dimulai dulu, enggak mungkin kalau Pak Nadiem sudah menambahkan banyak, presiden yang akan datang motong, enggak berani. Kita tahu peluang kita ke depan untuk mengembangkan ekonomi hijau, ekonomi biru," ujarnya.
Menurut dia, lembaga pendidikan tinggi memiliki peran yang sangat strategis untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkualitas. Jokowi ingin SDM Indonesia tak hanya menguasai ilmu pengetahuan, namun juga inovatif dan menghasilkan karya yang berkualitas.
Jokowi pun mencontohkan perguruan tinggi di Vietnam dimana sektor industri dan universitas saling menyambung. Untuk itu, dia menyebut perguruan tinggi memiliki peran penting sebagai lembaga riset.
"Saya ulangi, perguruan tinggi juga punya tugas mulia yaitu jadi lembaga riset karena memiliki dosen yang sangat banyak, tenaga peneliti serta ribuan mahasiswa untuk pengembangan Iptek kita, dan berinovasi untuk memecahkan masalah-masalah bangsa," katanya.
BRIN dan Bappenas Jadi Orkestrator
Oleh karena itu, Jokowi memerintahkan kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menjadi orkestrator penelitian bersama untuk merancang kebutuhan riset. Dia menilai riset mampu menjawab tantangan yang dihadapi dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
"Yang paling penting, kuncinya ada di perguruan tinggi, bukan di BRIN. Tapi di perguruan tinggi risetnya. Itu yang harus kita geser," tutur Jokowi.
"Orkestratornya boleh dari BRIN, tetapi perguruan tinggi peran untuk riset dan developmentnya betul-betul diperkuat," sambung dia.
Advertisement