Liputan6.com, Jakarta Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan kondisi terkini soal keadaan fasilitas kesehatan di Gaza.
Dalam cuitan di akun Twitter pribadi, Tedros menyampaikan bahwa faskes di Gaza memerlukan dukungan dan perlindungan berkelanjutan.
Advertisement
“Kemarin, @WHO dan mitranya mengunjungi Rumah Sakit Al-Aqsa di wilayah tengah, dan Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, jalur vital bagi pasien dan ribuan pengungsi di #Gaza,” tulis Tedros, Minggu, 14 Januari 2024.
“Fasilitas-fasilitas ini memerlukan dukungan dan perlindungan berkelanjutan agar tetap dapat beroperasi. Meningkatnya permusuhan di bagian selatan Jalur Gaza mempersulit bantuan untuk menjangkau mereka,” tambahnya.
Di Rumah Sakit Al-Aqsa, lanjutnya, WHO mengetahui bahwa banyak pasien yang melarikan diri karena ketakutan, dan jumlah staf medis kini jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya.
Di Nasser, WHO melihat kekurangan tempat tidur rumah sakit, dengan 700 pasien berada di lokasi tersebut dan sekitar 7.000 pengungsi.
“Sangat penting bagi rumah sakit ini dan rumah sakit lainnya untuk dilindungi dari peperangan sehingga mereka dapat terus berfungsi dan memperbaiki operasi mereka yang rusak.”
Perang yang terjadi di sekitar warga Gaza dalam beberapa hari terakhir membuat keadaan menjadi semakin sulit.
“Sangat penting bagi fasilitas kesehatan di Gaza untuk dilindungi sehingga layanan dapat diberikan kepada banyak orang yang membutuhkan. #GencatanSenjataSekarang,” tulis Tedros.
100 Hari Konflik Israel dan Hamas
Melansir Al Jazeera, serangan Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, sebagai tanggapan atas serangan pejuang bersenjata dari Brigade Qassam, sayap bersenjata Hamas dan kelompok Palestina lainnya.
Sekitar 1.140 orang tewas dalam serangan itu dan sekitar 240 orang dibawa ke Gaza sebagai tawanan.
Sebagai pembalasan, Israel memulai kampanye pengeboman yang kejam dan memperketat pengepungan yang telah dilakukan terhadap Gaza sejak tahun 2007.
“Kami memerangi manusia dan hewan,” Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pada tanggal 9 Oktober, mengumumkan bahwa makanan, air, bahan bakar, obat-obatan, semuanya, tidak akan diizinkan masuk ke Gaza.
Advertisement
Disebut Pelaku Genosida
Sejak saat itu, Israel terus melanjutkan serangan tanpa pandang bulu yang telah menyebarkan teror di kalangan masyarakat Gaza.
Mereka membunuh seluruh keluarga multi-generasi, dan menghancurkan sebagian besar wilayah perkotaan dan pedesaan. Mengabaikan kecaman dan permohonan dari organisasi-organisasi internasional dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Israel kini dituduh oleh Afrika Selatan melakukan genosida di Gaza di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda.
Tak Ingin Dihentikan Oleh Siapapun
Berbicara pada hari Sabtu (13/1), setelah presentasi oleh kedua belah pihak dilakukan di ICJ, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa serangan tak dapat dihentikan oleh siapapun.
“Tidak ada seorang pun yang akan menghentikan kami, tidak Den Haag, tidak poros kejahatan dan tidak ada orang lain.” Komentar “poros”-nya mengacu pada Iran dan kelompok sekutunya.
Israel mengklaim bahwa tingkat pembunuhan dan kehancuran yang dihasilkan dari serangan semata-mata untuk membela diri. Mereka juga menyatakan bahwa telah berusaha sebaik mungkin untuk menghindari korban sipil. Seperti biasa, Israel sering kali menyimpang jauh dari pernyataannya tentang berbagai aspek perang di Gaza.
Advertisement