BPS: Impor Beras 2023 Capai 3,06 Juta Ton, Tertinggi selama 5 Tahun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama tahun 2023 Indonesia telah impor beras sebanyak 3,06 juta ton. Angka tersebut tertinggi dalam 5 tahun terakhir.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Jan 2024, 15:00 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama tahun 2023 Indonesia telah impor beras sebanyak 3,06 juta ton. Angka tersebut tertinggi dalam 5 tahun terakhir. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama tahun 2023 Indonesia telah impor beras sebanyak 3,06 juta ton. Angka tersebut tertinggi dalam 5 tahun terakhir.

"Selama 5 tahun terakhir, impor beras di 2023 ini merupakan yang terbesar yakni sebesar 3,06 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 613,61% dibandingkan 2022," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024).

Dilihat dari trennya, impor beras memang dominan mengalami kenaikan. Tercatat pada tahun 2019 impor beras mencapai 444,51 ribu ton, kemudian tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 356,29 ribu ton.

Namun, kemudian naik kembali di tahun 2021 menjadi 407,74 ribu ton impor beras. Lalu, impor beras selama 2022 mencapai 429,21 ribu ton, dan puncaknya tahun 2023 mencapai 3,06 juta ton.

"Jika dilihat menurut HS 8 digitnya, impor beras tahun 2023 sebesar 3,06 juta ton didominasi oleh semi-milled or wholly milled rice atau HS 10063099 sebesar 2,7 juta ton dengan share 88,18 persen," ujar Pudji.

Paling Banyak dari Thailand

Adapun berdasarkan negara asalnya, selama 2023 Indonesia paling banyak melakukan impor beras dari Thailand yakni sebanyak 1,38 juta ton atau mencakup 45,12 persen.

Selanjutnya, impor beras dari Vietnam sebesar 1,14 juta ton atau 37,47 persen, Pakistan 309 ribu ton atau 10,10 persen, Myanmar 141 ribu ton atau 4,61 persen, dan lainnya 83 ribu ton atau 2,70 persen.

Pudji menjelaskan, bahwa beras termasuk dalam golongan barang serealia seperti gandum yang juga mengalami peningkatan nilai impor terbesar selama 2023.

BPS mencatat, share komoditas Serealia terhadap total impor yaitu sebesar 2,26 persen atau mengalami peningkatan sebesar USD 1 miliar dibandingkan tahun 2022.


Jokowi: Kita Ingin Indonesia Tak Impor Beras, tapi Sulit

Menteri Perdagangan (Mendag) RI Zulkifli Hasan (Zulhas) kembali dampingi Presiden Jokowi, setelah sehari sebelumnya ikut menyalurkan bansos beras di Gudang Perum Bulog di Kelapa Gading. Hari ini, Zulhas juga ikut mendampingi Presiden blusukan ke Pasar Kranggot, Cilegon, Selasa (12/9/2023).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyimpan cita-cita agar Indonesia bisa mandiri dalam hal pangan, salah satunya dengan tak lagi melakukan impor beras. Namun, ia mengakui itu sulit dilakukan saat ini, seiring pertambahan populasi baru dan angka produksi beras yang belum mencukupi.

"Yang kita harapkan adalah kita ini ingin tidak impor beras lagi, tapi itu dalam praktiknya sangat sulit karena produksinya enggak mencapai. Karena setiap tahun kita bertambah, yang harus diberikan makan 4-4,5 juta bayi yang baru lahir," ujarnya dalam acara pembinaan petani se-Jawa Tengah, Selasa (2/1/2024).

"Semua butuh makan. Penduduk kita sudah hampir 280 juta jiwa. Semua butuh makan, semua butuh beras," ungkap Jokowi.

Di sisi lain, ia masih bersyukur angka impor bahan pokok lain yakni jagung menunjukan tren penurunan dari tahun ke tahun. Jokowi lantas membandingkan jumlah impor jagung per 2015 yang mencapai 3,7 juta ton, dan sekarang disebutnya tinggal 800 ribu ton.

"Artinya petani dalam produksi jagung sudah melompat, 3 jutanya enggak usah impor yang sudah dihasilkan para petani. Ini saya harus sampaikan acungan jempol petani yang tanam jagung. Sehingga padinya ini harus dikejar agar tidak impor," pintanya.


Butuh Beras Impor

(Foto:Dok.Kementerian Pertanian RI)

Kendati begitu, ia tak tutup mata bahwa Indonesia masih memerlukan stok beras impor dalam waktu dekat. Sayangnya, banyak negara-negara yang membatasi jumlah ekspor beras produksinya untuk kepentingan pangan masing-masing.

"Sekarang negara-negara yang miliki beras itu dibeli pada enggak mau, 22 negara stop dan mengurangi ekspor beras, enggak mau lagi ekspor, dipakai untuk cadangan strategis rakyatnya sendiri," tuturnya.

Oleh karenanya, Sang Kepala Negara meminta Babinsa TNI dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk mendampingi para petani melakukan penanaman dengan baik. Khususnya dalam pemakaian pupuk, guna menunjang hasil produksi beras yang lebih maksimal.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya