Liputan6.com, Jakarta - PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK), perusahaan yang bergerak di sektor teknologi bakal melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui skema penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Mengutip laman e-ipo, Topindo Solusi Komunika bakal melepas sebanyak-banyaknya 875.000.000 saham baru yang merupakan saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp 10 per saham. Angka itu mewakili 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Topindo Solusi Komunikasetelah penawaran umum, yang dikeluarkan dari simpanan (portepel) Perseroan.
Advertisement
Adapun saham yang ditawarkan kepada masyarakat dengan kisaran harga penawaran sebesar Rp 115 sampai dengan Rp 125 per saham. Dengan demikian, calon emiten dengan kode saham TOSK akan meraup dana segar sebanyak Rp 109,37 miliar.
Sebagai pemanis, Perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 262.500.000 Waran Seri I atau sebesar 7,5% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran.
Setiap pemegang 10 saham baru akan memperoleh 3 Waran Seri I dimana setiap 1 Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 saham baru Perseroan yang dikeluarkan dalam portepel.
Waran Seri I adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham Perseroan dengan nilai nominal Rp 10 setiap saham dengan harga pelaksanaan dengan Rp 144 sampai dengan Rp 156 setiap saham.
Selain itu, total hasil pelaksanaan Waran Seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp40.950.000.000 atau Rp 40,95 miliar. Dalam rangka melancarkan aksinya, Topindo Solusi Komunika telah menunjuk PT MNC Sekuritas dan PT Erdikha Elit Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Dana IPO
Sementara itu, dana yang diperoleh dari hasil IPO ini setelah dikurangi biaya-biaya emisi efek, akan digunakan sekitar 40% untuk keperluan modal kerja dan pengembangan sistem IT (hardware dan software). Sekitar 10% akan dialokasikan untuk entitas anak, yaitu PT Topindo Niaga Nusantara (TNN), dalam bentuk penyetoran modal, yang digunakan oleh TNN untuk keperluan modal kerja berupa pembelian persediaan produk retail TNN.
Kemudian, sekitar 50% akan dialokasikan untuk entitas anak, yaitu PT Topindo Ikon Properti (TIP), dalam bentuk penyetoran modal, yang digunakan oleh TIP untuk keperluan akuisisi properti berupa tanah dan bangunan serta keperluan modal kerja TIP.
Sedangkan dana yang diperoleh Perseroan dari pelaksanaan Waran Seri I, seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja Perseroan yaitu untuk pembiayaan kebutuhan operasional sehari-hari, antara lain namun tidak terbatas untuk pembelian persediaan, pembayaran gaji karyawan, pengembangan sistem IT Perseroan, dan biaya umum operasional Perseroan.
Jadwal Sementara
Masa Penawaran Awal: 15-19 Januari 2024
Perkiraan Tanggal Efektif: 25 Januari 2024
Perkiraan Masa Penawaran Umum: 29 Januari-1 Februari 2024
Perkiraan Tanggal Penjatahan: 1 Februari 2024
Perkiraan Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik: 2 Februari 2024
Perkiraan Tanggal Pencatatan pada BEI: 5 Februari 2024
Advertisement
BEI Incar 62 IPO pada 2024
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.
"Kalau kita bicara IPO saham tahun depan itu 61 atau 62," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman , dikutip Senin (1/1/2024).
Hingga akhir 2023, Bursa telah mengantongi setidaknya setengah dari target IPO dalam pipeline, yakni 30 perusahaan. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 5 Perusahaan dari sektor industrials
• 3 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 5 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Secara keseluruhan, Bursa menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue sebanyak 230 pencatatan pada 2024.
Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 pencatatan, namun turun signifikan dari realisasi akhir tahun lalu yang telah mencapai 385 pencatatan hingga 27 Desember 2023.
Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.
BEI Cetak Rekor IPO Terbanyak ke-6 di Dunia
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan capaian mengesankan sepanjang 2023. Salah satunya, Bursa mencatatkan perusahaan IPO terbanyak ke-6 di dunia dengan 79 emiten baru.
"Kalau dari jumlah IPO di Indonesia untuk 2023 itu 79 emiten, atau 6 persen dari total global IPO, itu nomor 6 di dunia,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam konferensi pers di Jakarta, ditulis Sabtu (30/12/2023).
Secara global, terdapat 1.298 IPO pada 2023. Posisi Indonesia tepat berada di bawah bursa Tokyo dengan 86 IPO atau setara 7 persen dari IPO global.
Di urutan pertama, ada bursa India dengan 220 IPO atau setara 17 persen dari total IPO, disusul Shenzhen 129 IPO atau 10 persen dari total IPO.Kemudian posisi ketiga ada bursa AS dengan 105 IPO atau setara 8 persen dari total IPO global, serta Shanghai dengan 86 IPO atau 8 persen dari total IPO global.
Sementara dari sisi dana yang berhasil dihimpun lewat penawaran perdana saham (initial public offering/IPO), Indonesia berada di posisi ke-9 dengan raihan USD 3,6 miliar. Capaian itu setara 3 persen dari total dana yang berhasil dihimpun dari IPO global yang mencapai USD 123,3 miliar.
Sepanjang 2023, pencatatan efek baru di BEI meliputi 79 saham, 120 emisi obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 waran terstruktur dengan total fund-raised saham sebesar Rp 54,14 triliun dan obligasi sebesar Rp 126,97 triliun.
"Penambahan pencatatan sebanyak 79 saham baru pada tahun 2023. "Ini merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia," imbuh Iman.
Jumlah perusahaan tercatat saham di BEI telah mencapai 903 emiten sampai dengan saat ini. Jumlah tersebut tumbuh 9,3 persen ytd. Menempati posisi kedua terbesar di kawasan Asen setelah bursa Malaysia dengan 990 emiten atau tumbuh 2,1 persen ytd.
Advertisement