Menteri ESDM Buka-bukaan Lifting Migas Tak Capai Target

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif ungkap alasan produksi minyak bumi dan gas (migas) tidak mencapai target di 2023

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 15 Jan 2024, 21:41 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam evaluasi pelaksanaan program konversi motor listrik, di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/9/2022).

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif ungkap alasan produksi minyak bumi dan gas (migas) tidak mencapai target di 2023. Salah satunya karena belum optimalnya sumur-sumur yang ada di Indonesia.

Arifin mengatakan, di sektor minyak bumi, capaian lifting tercatat sebesar 605 ribu barel minyak per hari (BOPD). Angka ini diketahui jauh lebih rendah dari target yang ditetapkan sebesar 630 ribu BOPD.

"Kita di tahun 2023 bisa menahan produksi kita diatas 600 ribu barel, capaiannya 605 ribu barel," ungkap Arifin dalam Konferensi Pers Capaian Sektor ESDM Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (15/1/2024).

Dia mengungkap alasan dibalik tidak tercapainya target lifting minyak bumi tersebut. Diantaranya karena sumur minyak yang digarap masih belum memberikan tambahan signifikan.

"Memang ini tren penurunannya disebabkan kita belum memiliki sumber-sumber sumur baru yang bisa memberikan tambahan produksi baru daripada minyak mentah," ucapnya.

Meski begitu, dia menyusun strategi agar pada 2024 produksi minyak bisa meningkat. Misalnya, dengan memanfaatkan sumur hydro yang selama ini belum diupayakan maksimal walaupun menyimpan potensi.

"Upaya untuk bisa melakukan optimalisasi dari lifting dengan menggunakan metode waterflood maupun dengan chemical, itu kita dorong dan tentu saja untuk mengupayakan ini kita harus juga memikirkan kebijakan-kebijakan baru yang akan kita terapkan," urai Menteri ESDM.

 


Lifting Gas Bumi

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Pada kesempatan ini, lanjut Arifin, tren penurunan produksi juga terlihat di sektor gas bumi. Dia mencatat lifting gas sebesar 964 ribu barel setara minyak bumi per hari (BOEPD). Angka ini lebih rendah dari asumsi 1,1 juta BOEPD.

Namun, beberapa lapangan gas yang memiliki potensi produksi besar pun mulai mengerek jumlah lifting gas. Ditambah lagi, ada temuan lapangan gas jumbo lagi yang dibidik beroperasi dalam beberapa tahun kedepan.

"Ini juga tren penurunan juga terjadi di sumber-sumber kita, tapi sudah mulai ada indikasi pelandaian dengan beroperasinya Tangguh 3 (Tangguh Train 3)," ungkapnya.

"Kemudian juga di 2023 kita sudah mendapatkan beberapa discovery yang sangat besar antara lain di Geng North yang akan bisa mengangkat lebih dari 5 TCF plus kondensat dan juga temuan eksplorasi di Andaman, ada dua blok yang katakanlah masing-masingnya itu memberikan indikasi 2 kali 5,5 TCF dan ini akan segera kita dorong agar kepastian untuk berproduksinya bisa dicapai di tahun 2030 ini harus bisa termanfaatkan," urai Arifin Tasrif.

 


Pipa Transmisi Gas

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta pembangunan jaringan transmisi gas bumi untuk dipercepat. Tujuannya mengakomodasi sejumlah potensi produksi jumbo dari lapangan gas yang ditemukan.

Beberapa potensi produksi jumbo gas bumi diantaranya da temuan atas eksplorasi di dua blok di Andaman yang secara akumulasi bisa mencapai produksi 11 TCF. Kemudian, ada pula temuan jumbo di Geng North dengan besaran 5 TCF plus kondensat.

"Kita juga harus masih membangun infrastruktur kita untuk bisa mengakomodasi tambahan pasokan gas-gas dari hasil produksi baru yang bisa dioptimalkan," ujar Arifin dalam Konferensi Pers Capaian Sektor ESDM Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (15/1/2024).

Dia mencontohkan, misalnya pipa gas Cirebon-Semarang (Cisem) yang ditarget rampung pada awal 2025, tahun depan. Selanjutnya, pemerintah juga menggenjot pembangunan transmisi gas Dumai-Sei Mangkei sebagai sarana penyaluran peningkatan produksi di Blok Andaman.

"Jadi proyek transmisi gas Cirebon-Semarang itu harus selesai di awal tahun 2025, kita juga mulai pembangunan transmisi koneksi Dumai-Sei Mangkei untuk antisipasi tambahan produksi dari Blok Andaman," tuturnya.

 


Butuh Waktu

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Dia menyadari, pembangunan pipa transmisi ini membutuhkan waktu beberapa tahun. Hanya saja, dia meminta proyek itu bisa disesuaikan dengan proyeksi produksi dari beberapa lapangan gas jumbo yang ditemukan.

"Jadi memang pembangunannya ini akan memakan waktu berapa tahun sama ini ini harus disesuaikan untuk bisa menampung tambahan gas yang dari Andaman sehingga kita bisa mengamankan pasokan suplai untuk di dalam negeri ya kita bisa mewujudkan ketahanan energi di dalam negeri," paparnya.

"Demikian juga saat ini di Jawa Timur beberapa blok gas belum bisa optimalkan produksinya disebabkan belum bisa tersalurkannya gas ke tempat lain begitu kita harus bangun," imbuh Arifin Tasrif.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya