Liputan6.com, Yogyakarta - Suami istri alumni Fakultas MIPA UNY Miftahudin Nur Ihsan dan Dinar Indah Lufita Sari menjadi pelopor batik bersertifikat halal dengan produk Sm-art batik. Ihsan mengatakan proses mendapatkan label sertifikat halal sesudah Sm-art Batik melewati serangkaian proses validasi mulai dari pendaftaran, pengisian data, dan proses audit yang dilakukan Lembaga Pemeriksa Halal (LPH).
“Sesuai dengan UU Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH) bahwa seluruh produk yang beredar di Indonesia wajib bersertifikat halal kecuali produk haram dan produk yang dikecualikan dari kewajiban sertifikasi halal,” kata mahasiswa program Magister Manajemen tersebut, Selasa 9 Januari 2024. Label halal saat ini hanya fokus pada makanan dan minuman namun menurut Ihsan perusahaannya tetap memprioritaskan produknya memperoleh label halal. Ihsan merasa sertifikat halal menjadi bukti keseriusan dalam mendorong industri batik berkelanjutan.
“Batik ini harus terus dikembangkan dan kami harus terus berinovasi, apalagi Jogja adalah Kota Batik Dunia. Pengusaha batik Jogja harus menjadi pioner dan contoh di industri batik, termasuk dalam memastikan kehalalan produk barang gunaan sesuai dengan UU JPH,” kata pemenang Wirausaha Muda Berprestasi Kemenpora 2020 tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Batik bertifikat halal Sm-art Batik ini diaudit oleh LPH BBSPJIKB (Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik) atau Balai Batik dengan tim auditor terdiri dari dua orang, yaitu Istihanah Nurul Eskani dan Guring Briegel Mandegani. Hana menyatakan LPHnya tahun ini mulai mendorong tumbuh kembangnya industri halal, khususnya di batik seperti halnya Sm-art Batik yang berjalan lancar.
“Semua bahan insyaAllah aman, hanya ada beberapa dokumen teknis yang perlu diperbaiki. Salah satu titik kritis industri batik di malam, tetapi Sm-art Batik menggunakan malam sawit yang nabati, jadi aman,” paparnya.
Sementara Dinar mengatakan sejak bulan Agustus 2023, Sm-art Batik menjadi UMKM Sawit dan bermitra dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan mengembangkan industri batik sawit, bukan hanya malam dari sawit, namun juga sampai dengan pewarnaan menggunakan bahan alami dari tanaman sawit.
“BPDPKS menyadarkan kami, bahwa ternyata sawit memiliki potensi yang luar biasa untuk diriset. Sawit ini luar biasa, kita harus mendorong hilirisasi industri sawit, Komponen dari sawit bisa menjadi alternatif untuk menggantikan parafin yang dari minyak bumi. Selain itu, beberapa bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Kami terus menggali itu,” kata mahasiswi Doktoral Kimia Analisis tersebut.
Harapannya di tahun 2024, produk Sm-art Batik yang sudah bersertifikat halal dapat lebih diterima di pasar khususnya pasar global. Sebab saat ini batik bersertifikat halal ini menurutnya mendapatkan permintaan yang tinggi.