Liputan6.com, Jakarta Sebuah perusahaan periklanan di Tiongkok diduga memindahkan kantornya ke daerah pegunungan terpencil. Hal tersebut dilakukan untuk memaksa para karyawan resign dan menghindari pembayaran kompensasi.
Pemindahan kantor ini pun disebut-sebut sebagai taktik cukup ekstrem untuk meyakinkan karyawan agar mengundurkan diri. Perusahaan yang berbasis di pusat kota Xi’an, Provinsi Shanxi Tiongkok, ini diduga memindahkan kantornya ke daerah pegunungan pedesaan. Tak hanya itu saja, akses transportasi menuju lokasi pun sangat terbatas.
Advertisement
Dilansir Liputan6.com dari Oddity Central, Selasa (16/1/2024), tudingan tersebut dikeluarkan oleh seorang mantan karyawan. Ia juga mengungkapkan sebagian besar stafnya memilih meninggalkan perusahaan karena kondisi kerja yang baru.
Kabar pemindahan kantor ke pegunungan terpencil ini pun menjadi sorotan banyak netizen. Bahkan, tak sedikit pula yang mengaku heran atas pemindahan kantor tersebut.
Berjalan kaki sejauh 3 kilometer
Pria yang dikenal sebagai Chang, mengungkapkan jika perusahaan sebelumnya hanya mengungkapkan akan melakukan perjalanan bisnis di Pegunungan Qinling. Namun, bukan hanya sementara, diketahui pula jika perjalanan tersebut merupakan perjalanan ke lokasi kantor yang baru.
Para karyawan pun harus melakukan perjalanan selama kurang lebih 2 jam dengan memakai kendaraan pribadi. Namun, tentu saja hal berbeda harus dilakukan bagi para karyawan yang memakai transportasi umum.
“Rekan-rekan saya yang tidak memiliki kendaraan harus bergantung pada bus yang berangkat setiap tiga jam dan kemudian berjalan tiga kilometer lagi melalui jalur pegunungan untuk mencapai kantor,” kata Chang
Ia juga mengungkapkan jika menggunakan taski dari stasiun terdekat membutuhkan biaya sekitar 60 yuan atau sekitar Rp 131.000, namun pihak perusahaan menolak untuk mengganti biaya tersebut.
Advertisement
Kembali pindah ke kota usai ditinggalkan karyawan
Lokasi baru tersebut disinyalir tidak hanya terpencil namun juga minim fasilitas dasar. Bahkan, tak sedikit para karyawan yang harus ke desa terdekat hanya untuk menggunakan toilet umum. Bahkan, banyaknya anjing liar di kawasan tersebut juga disebut tak aman. Namun meski ada banyak keluhan dari karyawan, manajemen menolak melakukan apa pun terhadap situasi tersebut.
Karena hal ini pula, 14 dari 20 karyawan memilih untuk mengundurkan diri. Namun, hanya empat hari kemudian, mereka terkejut saat mengetahui bahwa perusahaan tersebut telah pindah kembali ke Kota Xi’an dan secara aktif mencari karyawan baru. Para mantan karyawan ini pun menuding jika mantan atasannya pindah kantor ke pegunungan agar karyawan berhenti dengan sendirinya dan tak perlu memberikan kompensasi.
Klarifikasi perusahaan
Kabar tersebut pun langsung viral di media sosial. Hal ini juga membuat pihak perusahaan mengeluarkan klarifikasi dan akan menuntut mantan karyawannya atas kabar tersebut.
“Sewa di Kawasan Pusat Bisnis mahal, dan kantor baru sedang direnovasi. Kami mengoperasikan sebuah homestay, jadi kami pindah sementara ke sana selama seminggu,” ujar salah seorang perwakilan perusahaan.
Namun, mantan karyawan tersebut kini menuduh perusahaan meremehkan situasi tersebut, dan mengklaim bahwa mereka diberitahu bahwa lokasi pegunungan terpencil tersebut akan berfungsi sebagai kantor pusat perusahaan untuk waktu yang lama, mungkin lebih dari satu tahun.
Di media sosial tiongkok, sebagian besar netizen pun memberikan dukungan kepada mantan karyawannya. Pasalnya, perusahaan tersebut diduga telah melakukan praktik manipulatif, dan bahkan melanggar kontrak kerja standar, yang menentukan lokasi kerja. Mengubah lokasi tersebut tanpa persetujuan karyawan merupakan pelanggaran kontrak.
Advertisement