Pasang Spanduk, Warga Puncak Bogor Jengkel Alih Fungsi Kebun Teh Kian Parah

Spanduk itu mengingatkan kepada pihak PTVN VIII menyusul alih fungsi lahan perkebunan teh di kawasan Puncak Bogor dinilai semakin mengkhawatirkan.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 16 Jan 2024, 18:55 WIB
Masyarakat dua desa yang tergabung dalam Forum Tugu Bergerak memasang spanduk dengan narasi 'Stop Perusakan Kebun Teh dan Lahan Resapan' di Rindu Alam, Puncak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Selasa (16/1/2024). (Foto:Liputan6/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Jakarta Masyarakat dua desa yang tergabung dalam Forum Tugu Bergerak memasang spanduk dengan narasi 'Stop Perusakan Kebun Teh dan Lahan Resapan' di Rindu Alam, Puncak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Selasa (16/1/2024).

Spanduk itu mengingatkan kepada pihak PTPN VIII menyusul alih fungsi lahan perkebunan teh di kawasan Puncak yang dinilai semakin mengkhawatirkan.

Kini banyak berdiri bangunan komersial di area perkebunan teh yang masih produktif, yang masuk wilayah Desa Tugu Selatan dan Tugu Utara.

"Beberapa tahun terakhir ini terjadi eksploitasi perkebunan teh. Tapi akhir-akhir ini kondisinya semakin parah," ujar Dede Rahmat, anggota Forum Tugu Utara.

PTPN VIII selaku pemegang hak guna usaha (HGU) mengalihfungsikan perkebunan teh, restoran,  dan objek wisata lainnya demi investasi. Padahal, kawasan kebun teh sebagai daerah resapan air dan mampu menahan erosi.

"Saat ini warga mulai merasakan dampaknya. Beberapa sumber air yang mengalir ke warga menjadi terganggu. Airnya menjadi kecil bahkan berwarna coklat akibat aktivitas perataan tanah untuk area komersial," kata dia.

Ketua Kerukunan Adat Wargi Gede Pangrango, Haji Bode mengaku jengkel dengan alih fungsi perkebunan teh saat ini. Sebab, investasi yang gencar dilakukan perusahaan BUMN itu dinilai dapat merusak daerah resapan air di kawasan Puncak.

 


Kawasan Puncak dari Dulu sebagai Daerah Resapan Air

Karenanya, ia mengingatkan PTPN untuk mempertimbangkan faktor kelestarian lingkungan dengan tetap mempertahankan keberadaan kebun teh.

"Karena kawasan Puncak dari dulu sebagai daerah resapan air, bukan hanya bagi warga Puncak tapi juga Jakarta. Investasi diobral, tapi dampak kedepannya diperhatikan," ujarnya.

Menurutnya, warga yang tergabung dalam Forum Tugu Bergerak tidak akan lelah menjaga kelestarian alam agar bisa terus dinikmati oleh anak cucu kita sampai masa mendatang.

"Karena kewajiban kita sebagai manusia untuk selalu menjaga alam agar tidak dirusak," pungkasnya. 

Infografis yang menyebut bahwa delirium merupakan gejala baru dari COVID-19, penyakit yang disebabkan Virus Corona SARS-CoV-2, tersebar di media sosial dan grup WhatsApp. (Sumber: Istimewa)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya