Yuan China Tumbangkan Dolar AS di Perdagangan Rusia

Penggunaan Yuan China di Rusia melampaui USD ketika negara itu tengah menghadapi ketegangan dengan AS.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Jan 2024, 12:14 WIB
Petugas menghitung uang pecahan 100 Yuan, Jakarta, Kamis (13/8/2015). Biang kerok keterpurukan kurs rupiah dan sejumlah mata uang negara lain adalah kebijakan China yang sengaja melemahkan (devaluasi) mata uang Yuan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Dolar Amerika Serikat (USD) secara luas dikenal sebagai mata uang asing yang kerap digunakan dalam perdagangan.

Namun di tahun 2023, penggunaan Yuan China melampaui USD ketika negara itu tengah menghadapi ketegangan dengan AS.

Mengutip Channel News Asia, Rabu (17/1/2024) volume perdagangan Moscow Exchange dalam Yuan China melampaui dolar AS pada tahun 2023.

Laporan harian Kommersant mengatakan, maraknya penggunaan Yuan buntut strategi de-dolarisasi negara igu dalam menghadapi sanksi Barat terhadap sistem keuangannya.

Perdagangan Yuan menyumbang hampir 42 persen dari seluruh mata uang asing yang diperdagangkan di Moscow Exchange , dengan volume pada tahun 2023 meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 34,15 triliun rubel (USD 391,5 miliar), demikian laporan Kommersant mengutip data Moscow Exchange.

Pangsa dolar AS berada pada angka 39,5 persen, dengan volume sebesar 32,49 triliun rubel, turun dari 49,90 triliun rubel pada tahun 2022 dan pangsanya lebih dari 63 persen. Perdagangan Yuan menyumbang 13 persen saham pada tahun 2022.

Pembelian Komoditas

Tak hanya Rusia, penggunaan Yuan oleh China untuk membeli komoditas Rusia juga meningkat tajam.

Perdagangan dua arah China dengan Rusia pada tahun 2023 mencapai rekor USD 240 miliar, menurut data bea cukai China pekan lalu, naik 26,3 persen dari tahun sebelumnya.

Rusia juga meningkatkan impor yang ditagih dalam yuan.

Selain Yuan, Perdagangan bebas dirham Uni Emirat Arab dan rupee India juga meningkat secara signifikan, meskipun perdagangan bursa dalam mata uang tersebut belum diluncurkan.

Dilaporkan, Moskow menjadi semakin bergantung pada Beijing dan kemitraan tanpa batas antara kedua negara, meningkatkan pasokan energi ke China dan meningkatkan pembelian barang-barang China mulai dari mobil hingga ponsel pintar ketika merek-merek Eropa dan Amerika Serikat meninggalkan pasar Rusia, imbas invasi di Ukraina.


Rupiah Ditutup Keok dari Dolar AS, Dekati Level 15.600

Sedangkan mayoritas mata uang Asia melemah terhadap dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat hari ini pada Selasa, 16 Januari 2024.

Saat ini, para pedagang masih menanti isyarat lebih lanjut Federal Reserve dan perekonomian AS, dengan Gubernur Fed Christopher Waller akan menyampaikan pidatonya pada hari Selasa (16/1).

Sementara data penjualan ritel dan produksi industri AS diperkirakan memberikan lebih banyak isyarat terhadap perekonomian terbesar di dunia tersebut.

Namun, alat CME Fedwatch menunjukkan, pasar tampaknya sedikit mengurangi spekulasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya paling cepat pada bulan Maret 2024.

"Fokus kini tertuju pada data produk domestik bruto (PDB) kuartal keempat, yang akan dirilis pada hari Rabu, untuk mengetahui lebih banyak isyarat mengenai perekonomian. PDB diperkirakan sedikit melampaui target tahunan pemerintah sebesar 5 persen pada tahun 2023," kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis dikutip Selasa (16/1/2024).

Ini sebagian besar disebabkan oleh basis perbandingan yang lebih rendah dibandingkan tahun 2022.

"Namun angka yang lebih tinggi kemungkinan besar didorong oleh dasar perbandingan yang lebih rendah dari tahun 2022, karena perekonomian China sedang berjuang untuk bangkit kembali setelah tiga tahun lockdown akibat COVID-19," tambah Ibrahim.


Rupiah Hampir Mendekati 15.600 pada 16 Januari 2024

Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Rupiah ditutup melemah 37 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 40 point dilevel 15.592 dari penutupan sebelumnya di level 15.555.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.570- 15.640," Ibrahim memprediksi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya