Liputan6.com, Jakarta - Jumlah warga di Jalur Gaza yang tewas akibat serangan Israel terus bertambah setiap harinya. Saat ini jumlah korban sudah mencapai 24.285 orang. Demikian disampaikan Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza pada Selasa (16/1/2024).
Kementerian tersebut mengatakan bahwa tentara Israel telah menewaskan 158 warga Palestina dan melukai 320 lainnya dalam kurun waktu 24 jam terakhir.
Advertisement
Kementerian tersebut menambahkan bahwa konflik Israel-Hamas saat ini telah mengakibatkan 61.154 warga Palestina terluka sejak konflik tersebut pecah pada 7 Oktober 2023 lalu.
Sementara itu, kementerian tersebut menyampaikan bahwa banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan, dan kru ambulans serta pertahanan sipil tidak dapat menjangkau mereka
Pihak kementerian itu juga memperingatkan komplikasi kesehatan serius yang dihadapi oleh para pasien dengan penyakit kronis, dan menyatakan bahwa 350.000 orang di antaranya tidak mendapat pengobatan.
Kementerian kesehatan itu meminta lembaga-lembaga internasional untuk segera menyediakan obat-obatan bagi pasien kronis.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam X, mengaku tidak dapat mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza akibat bombardemen Israel yang terus terjadi.
"Kami otomatis tidak bisa mengirimkan bantuan kemanusiaan karena Gaza dibombardir terus menerus dan secara luas. Kami membutuhkan keamanan, lingkungan yang membuat semua staf bisa bekerja dengan aman, logistik pokok dan pulihnya lagi aktivitas komersial biasa," kata dia.
Dia menegaskan saat ini tidak ada tempat dan tak ada seorang pun yang aman di Gaza.
Serukan Gencatan Senjata
Antonio Guterres pada Senin (15/1) kembali menyerukan gencatan senjata kemanusiaan secepatnya di Gaza, saat konflik tersebut melewati hari ke-100.
Dia mengatakan ada satu solusi untuk membantu mengatasi semua masalah terkait tingkat korban warga sipil dan kondisi kemanusiaan yang sangat buruk yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza, nasib para sandera, serta ketegangan yang meluas ke seluruh kawasan.
"Kita membutuhkan gencatan senjata kemanusiaan secepatnya," kata Guterres.
Selain kekejaman di Gaza, ketegangan di Tepi Barat yang diduduki semakin intens dengan meningkatnya kekerasan yang memperparah krisis keuangan yang sudah mengerikan bagi Otoritas Palestina.
Ketegangan juga sangat tinggi di Laut Merah dan sekitarnya dan tak lama lagi mungkin akan mustahil untuk diatasi, katanya, memperingatkan.
"Saya sangat mengkhawatirkan aksi baku tembak setiap hari di sepanjang Garis Biru. Hal ini berisiko memicu eskalasi yang lebih luas antara Israel dan Lebanon, serta sangat memengaruhi stabilitas kawasan," kata Guterres.
"Saya sangat khawatir dengan apa yang sedang terjadi. Merupakan tugas saya untuk menyampaikan pesan sederhana dan langsung ini kepada semua pihak: berhentilah bermain api di Garis Biru, lakukan deeskalasi, dan akhiri permusuhan sesuai dengan Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB," katanya.
Seratus hari setelah pecahnya konflik, situasi kemanusiaan di Gaza tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Tidak ada tempat dan tidak ada orang yang aman. Orang-orang yang mengalami trauma terdesak ke daerah-daerah yang semakin terbatas di bagian selatan yang semakin padat dan berbahaya, kata kepala PBB itu. Operasi bantuan juga menghadapi hambatan distribusi yang besar di dalam Gaza, kata Guterres.
Advertisement