Liputan6.com, Jakarta - Banyak pembuat film yang terinspirasi dari smartphone atau ponsel untuk memulai sebuah cerita.
Misalnya film Search yang berkutat seputar pencarian ayah terhadap anak perempuannya. Lainnya, film Korea The Call menceritakan tentang panggilan yang menghubungkan dua orang yang terpaut 20 tahun.
Advertisement
Film lain yang juga terinspirasi dari panggilan telepon adalah Cell Film yang belum lama ini disebut bakal ditayangkan di televisi.
Sinopsis Cell, sebagaimana dikutip The Hollywood Reporter, Rabu (17/1/2024), berkisah tentang sebuah sinyal misterius yang menyebabkan orang yang bicara di telepon berubah menjadi zombie pembunuh.
Pemeran utamanya adalah Clay Riddell, seorang novel grafis yang baru mendarat di bandara Boston, ketika badai panggilan telepon misterius tersebut terjadi.
Selanjutnya, agen TSA (Transportation Security Administration) yang tengah terinfeksi virus misterius itu terlihat tengah memakan anjing-anjing mereka dan kekacauan mulai terjadi.
Melarikan Diri
Mereka yang terinfeksi virus menjadi cepat dan ganas. Riddell pun melarikan diri ke dalam kota bersama kondektur kereta api Tom McCourt, yang diperankan oleh Samuel L Jackson.
Ridell bermitra dengan tetangganya Alice sebelum melarikan diri ke kota. Ketiganya pun memulai perjalanan ke tempat yang kabarnya bebas dari zombie, dengan berhenti di tempat-tempat biasa sepanjang jalan.
Ketiganya pun menemukan gudang senjata di rumah seorang penggemar senjata lalu mencari perlindungan di sekolah swasta yang ditinggalkan, serta mempelajari berbagai informasi tentang musuh mereka, yakni orang-orang yang berubah menjadi zombie.
Advertisement
BTS 5G Dibakar Gara-Gara Takut Sebarkan Virus
Sebelumnya pada masa pandemi, sebanyak 159 menara BTS 5G (Base Trainsceiver Service) di Inggris dibakar massa gara-gara disebut sebagai penyebar Covid-19.
Anggapan yang keliru ini membuat BTS 5G di Inggris dibakar oleh massa. Parahnya menurut British Communications Authority, total jumlah menara BTS 5G yang dibakar mencapai 159 BTS.
Mengutip Gizchina, Rabu (30/12/2020), otoritas telekomunikasi Inggris ini memperkirakan, akibat perusakan ratusan BTS ini, total waktu downtime BTS mencapai 170.000 jam.
Kendati banyak BTS 5G yang dibakar massa, jumlahnya dilaporkan menurun dibandingkan sebelumnya.
Dalam laporan tahunan yang menilai kondisi jaringan fix dan mobile, regulator mengungkap, skala kerusakan infrastruktur seluler disebabkan oleh klaim berdasar (teori konspirasi anti-5G) di tahun 2020 ini.
"Sejak tahun ini, ada banyak klaim tak berdasar (terkait dengan pandemi) yang beredar terutama di media sosial. Sebelumnya ada juga klaim palsu yang menyebut radiasi electromagnetif field (EMF) dari menara BTS 5G berakibat buruk pada kesehatan," kata British Communication Authority.
Covid-19 dan 5G
Seiring dengan menyebarnya pandemi Covid-19, laporan di Inggris dan beberapa negara lain juga menunjukkan perusakan dilakukan secara disengaja, dengan dalih 5G sebagai penyebar Covid-19.
Laporan ini juga menunjukkan jaringan mobile dan fix di Inggris masih tetap bisa digunakan selama pandemi. Meski ada tantangan di lingkungan sekitar, proses pembangunan jaringan 5G di negara itu tetap dilanjutkan.
Menurut perkiraan, pada akhir 2020, empat operator di Inggris akan memiliki 3.000 site BTS 5G. Jumlah ini 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan akhir 2019.
Kendati tidak ada bukti ilmiah terkait teori konspirasi ini, banyak BTS 5G di Inggris yang telah dibakar.
Teori konspirasi menyebar dengan cepat di media sosial. Hal ini pun memaksa FEMA dan FCC untuk membuat pernyataan bahwa teknologi 5G tidak akan menyebabkan penyebaran Covid-19.
Semua teori konspirasi yang mencoba menghubungkan teknologi 5G dengan virus corona pun tidak pernah terbukti kebenarannya.
Kalau boleh dirunut, virus corona juga menyebar di negara-negara yang belum menggelar layanan 5G.
Advertisement
Tidak Ada Bukti Ilmiah
Kendati tidak ada bukti ilmiah terkait teori konspirasi ini, banyak BTS 5G di Inggris yang telah dibakar.
Teori konspirasi menyebar dengan cepat di media sosial. Hal ini pun memaksa FEMA dan FCC untuk membuat pernyataan bahwa teknologi 5G tidak akan menyebabkan penyebaran Covid-19.
Semua teori konspirasi yang mencoba menghubungkan teknologi 5G dengan virus corona pun tidak pernah terbukti kebenarannya.
Kalau boleh dirunut, virus corona juga menyebar di negara-negara yang belum menggelar layanan 5G.