Liputan6.com, Jakarta CFO perusahaan logistik yang berbasis di Dubai DP World, Yuvraj Narayan mengatakan bahwa ia memperkirakan gangguan logistik di Laut Merah akibat serangan Houthi akan menimbulkan dampak paling buruk bagi konsumen di Eropa.
"Harga barang ke Eropa dari Asia akan jauh lebih tinggi," kata Narayan, dikutip dari Investing.com, Rabu (17/1/2024).
Advertisement
"Konsumen Eropa akan merasakan dampaknya… Hal ini akan lebih berdampak pada negara maju dibandingkan negara berkembang," tambah Nayaran, di sela-sela pada pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
Narayan mengatakan ada kebutuhan untuk memperpendek rantai pasokan global untuk mencerminkan de-globalisasi, dan menambahkan bahwa arus dari timur akan menjadi kurang relevan, sementara arus dari utara ke selatan akan meningkat.
Diwartakan sebelumnya, The Cyprus Shipping Chamber (CSC), sebuah kelompok industri pelayaran utama yang mewakili sekitar 200 perusahaan di Siprus dan luar negeri mengatakan bahwa gangguan tersebut dapat berdampak besar terhadap ekonomi dan berdampak langsung pada harga di seluruh dunia.
"Ketika negara-negara sangat bergantung pada bahan mentah, gas, biji-bijian, dan obat-obatan, kita harus berasumsi hal ini akan berdampak besar pada kehidupan sehari-hari, operasional bisnis, dan hal ini akan memiliki dampak berlipat ganda," ujar Direktur CSC, Thomas Kazakos, dikutip dari Al Jazeera.
Adapun Capital Economics yang melihat bahwa ancaman terhadap harga energi adalah risiko terbesar.
"Meskipun gangguan pengiriman saat ini sepertinya tidak akan mengganggu tren penurunan inflasi global, peningkatan konflik militer yang nyata dapat meningkatkan harga energi, yang akan dibebankan kepada konsumen," ungkap Simon MacAdam dan Lily Millard, ekonom di konsultan tersebut dalam sebuah catatan.
Alasan Jalur Pelayaran Laut Merah Penting untuk Perdagangan Global
Rantai pasokan global menghadapi gangguan parah akibat perusahaan pelayaran terbesar di dunia mengalihkan perjalanan dari Laut Merah. Hal ini terjadi setelah kelompok Houthi di Yaman menyerang kapal karena mendukung Hamas.
Dikutip dari BBC, Minggu (14/1/2024), serangan pemberontak Houthi di Yaman terhadap kapal komersial telah mengakibatkan banyak perusahaan memutuskan menghindari salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia tersebut.
Kelompok Houthi telah menyatakan dukungannya terhadap Hamas. Kelompok tersebut menargetkan kapal-kapal yang melakukan perjalanan ke Israel, meski tidak jelas apakah semua kapal yang diserang benar-benar menuju ke Israel.
Pasukan angkatan laut Amerika Serikat (AS) dan Inggris di Laut Merah kini telah melancarkan serangan udara terhadap sasaran pemberontak Houthi di Yaman sebagai tanggapan atas serangan terhadap kapal.BBC pun melaporkan sejumlah hal terkait dengan krisis di Laut Merah tersebut. Berikut ulasannya yang dikutip dari BBC, Minggu pekan ini:
Apa yang telah terjadi?
Kelompok Houthi telah meningkatkan serangan sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada Oktober.
Kelompok yang didukung oleh Iran telah memakai drone dan roket terhadap kapal-kapal milik asing yang mengangkut barang melalui selat Bab al-Mandab, jalur selebar 20 mil yang memisahkan Eritrea dan Djibouti di sisi Afrika dan Yaman di sisi Semenanjung Arab.Kapal biasanya mengambil rute ini dari Selatan untuk mencapai Terusan Suez Mesir lebih jauh ke utara.
Namun, serangan-serangan tersebut dan ancaman serangan ke depan, beberapa perusahaan pelayaran terbesar di dunia termasuk Mediterranean Shipping Company dan Maersk telah mengalihkan kapal-kapal ke rute yang lebih panjang di sekitar Tanjung Harapan di Afrika dan sisi barat Tanjung Harapan.
BP juga menghentikan semua pengiriman minyak melalui Laut Merah dan menyalahkan situasi keamanan yang memburuk. Perjalanan yang lebih panjang menambah setidaknya 10 hari waktu pengiriman dan merugikan perusahaan jutaan dolar Amerika Serikat.
Advertisement
Alasan Jalur Laut Merah Penting untuk Perdagangan
Mengapa jalur pelayaran ini penting?
Setiap kapal yang melewati Terusan Suez menuju atau dari Samudera Hindia harus melalui selat Bab al-Mandab dan Laut Merah.
Terusan Suez merupakan jalur laut tercepat antara Asia dan Eropa dan sangat penting dalam pengangkutan minyak dan gas alam cair (LNG).
Sekitar sembilan juta barel minyak per hari dikirim melalui Terusan Suez pada paruh pertama 2023, menurut perusahaan analisis pengangkutan Vortexa.