Arab Saudi Buka Program Hibah Bagi Seniman AI, Terbuka untuk Seluruh Dunia

Arab Saudi membuka program hibah bagi seniman AI

oleh Sulung Lahitani diperbarui 17 Jan 2024, 20:04 WIB
Ilustrasi seni grafis. (Photo on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kebudayaan Arab Saudi telah menyerukan kepada seniman AI generatif dan pihak lain yang bekerja di dunia seni media baru untuk proyek pengembangan baru.

Mewartakan dari The National News, program ini disebut program pendidikan Emerging New Media Artists, yang akan diluncurkan di lembaga Diriyah Art Futures yang diluncurkan di situs Warisan Dunia Unesco, dekat tempat Saudi akan membangun gedung opera baru.

Menariknya, ini bukan hanya inisiatif pencarian bakat bagi warga negara Saudi. Pendaftaran terbuka untuk seniman dari seluruh dunia, asalkan mereka bekerja dalam dunia seni digital, instalasi interaktif, seni AI, seni video, seni net, seni generatif, realitas virtual dan realitas tertambah, seni suara, visualisasi data, pencetakan 3D, dan fabrikasi, sinema dan animasi.

Program pelatihan produksi selama satu tahun ini memberikan seniman yang diterima akses terhadap apa yang digambarkan sebagai peralatan profesional mutakhir, anggaran produksi, serta berbagai peluang pembelajaran multidisiplin, termasuk bimbingan pribadi dari tokoh-tokoh terkemuka atau seniman digital internasional.

Belum disebutkan berapa anggaran produksi atau hibah yang akan ditawarkan pada program yang dirancang bekerja sama dengan Le Fresnoy - Studio National des Arts Contemporains di Prancis ini.

Program yang dikelola pemerintah ini menerima peserta berusia 35 tahun ke bawah yang berada pada tahap sarjana atau pascasarjana.

Sejak seni AI generatif semakin populer selama setahun terakhir, terdapat perdebatan sengit di dunia seni mengenai apakah seni tersebut merupakan kreasi artistik, terutama karena alat yang memberikan kemampuan tersebut sering kali dilatih menggunakan seni yang sudah ada, sehingga meningkatkan risiko plagiat.

 


Masih adanya perdebatan seni dan AI

Ilustrasi tools AI yang bisa digunakan untuk memudahkan proses pembuatan konten. (unsplash/Steve Johnson)

“Mengenai apakah itu bisa menjadi kreatif atau sebanding, saya berakhir dalam pemikiran melingkar. Seni berarti apa yang kita anggap berasal darinya. Ini bisa menjadi sebuah provokasi, tapi pada dasarnya selalu menjadi bagian dari perbincangan,” kata Matt Saunders, seorang profesor Harvard kepada Forbes musim panas lalu.

“Banyak seniman yang sudah menggunakan penemuan [dan provokasi] AI dalam karya-karya yang memiliki substansi besar, namun tentu saja para seniman tetaplah yang membawanya ke dalam ruangan. Jika keadaan berubah, mungkin hal itu juga akan berubah.”

UEA, seperti negara tetangganya Arab Saudi, juga menaruh fokus kuat pada pengembangan AI generatif dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2019, Universitas Mohamed bin Zayed untuk Kecerdasan Buatan, sebuah universitas tingkat pascasarjana yang khusus untuk penelitian AI, didirikan.


IMF: AI Jadi Ancaman Negara Berkembang dan Berpenghasilan Rendah

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva. Dok: Twitter @KGeorgieva

 Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa hampir 40 persen pekerjaan di seluruh dunia dapat terdampak oleh meningkatnya Kecerdasan Buatan (AI).

IMF menyebut, negara-negara berpendapatan tinggi menghadapi risiko yang lebih besar dibandingkan negara-negara berkembang dan negara-negara berpendapatan rendah.

Lembaga yang berbasis di Washington, D.C. ini menilai potensi dampak AI terhadap pasar tenaga kerja global dan menemukan bahwa dalam banyak kasus, teknologi tersebut cenderung memperburuk kesenjangan secara keseluruhan.

Karena itu, Ketua IMF Kristalina Georgieva mendesak para pembuat kebijakan untuk mengatasi masalah yang timbul dari tren tersebut dan secara proaktif mengambil langkah-langkah pencegahan “ketegangan sosial.”

Selengkapnya...


Copilot Pro, Layanan AI Premium dari Microsoft Kini Rilis untuk Pengguna Biasa

Microsoft 365 Copilot (Microsoft)

Microsoft mengumumkan telah merilis layanan Copilot Pro untuk konsumen biasa. Sesuai namanya, ini merupakan layanan berbayar bagi konsumen yang ingin merasakan pengalaman Copilot secara lebih lengkap.

Mengutip The Verge, Rabu (17/1/2024), Copilot Pro terintegrasi dengan Microsoft 365 Personal atau Home di Mac, Windows, maupun iPad. Namun untuk mengaksesnya, pelanggan perlu merogoh kocek tambahan sekitar USD 20 atau Rp 311 ribu.

Dengan mengaktifkan layanan ini, pelanggan Microsoft Office bisa memanfaatkan kemampuan AI yang ditawarkan oleh Copilot untuk aplikasi Word, Excel, hingga PowerPoint. Fungsinya pun beragam tergantu aplikasi yang digunakan.

Sebagai contoh, untuk aplikasi Word, pelanggan bisa meminta Copilot untuk melakukan sejumlah hal seperti mem-parafrase paragraf, membuat teks, termasuk meringkas dokumen.

Selengkapnya...

Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya