Liputan6.com, Jakarta Selain prospek ekonomi yang melambat, China juga dihadapi dengan penyusutan populasi atau jumlah penduduk selama dua tahun berturut-turut.
Dikutip dari CNN Business, Kamis (18/1/2024) Biro Statistik Nasional China mencatat bahwa negara itu menyambut 6,39 kelahiran per 1.000 orang, turun dari 6,77 kelahiran pada tahun sebelumnya.
Advertisement
Angka kelahiran ini merupakan yang terendah sejak berdirinya Komunis China pada tahun 1949. Sekitar 9,02 juta bayi lahir di China, dibandingkan dengan 9,56 juta bayi pada tahun 2022.
Populasi keseluruhan berlanjut turun pada 2023 lalu menjadi 1,409 miliar, turun 2,08 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya, menurut Biro Statistik Nasional China.
"Yang pasti, penurunan tajam tahun lalu sebagian disebabkan oleh lockdown dan kemungkinan besar kelahiran baru akan meningkat kembali pada tahun 2024, meskipun tren penurunan struktural tetap tidak berubah," kata Larry Hu, Kepala Ekonom China untuk Macquarie Group.
Pergeseran demografis negara ini terjadi pada saat pertumbuhan ekonomi China sedang melambat. Biro Statistik mengkonfirmasi bahwa perekonomian China tumbuh sebesar 5,2 persen.
Meskipun angka ini menandai peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2022, ketika perekonomian China hanya tumbuh 3 persen, hal ini masih merupakan salah satu kinerja perekonomian terburuk negara tersebut dalam lebih dari tiga dekade.
Seperti diketahui, perekonomian China tengah dilanda serangkaian masalah, termasuk eksodus investor dan deflasi.
Populasi yang menyusut kini akan memaksa Beijing melakukan beberapa perubahan struktural dalam perekonomiannya dan membentuk kembali sektor-sektor termasuk layanan kesehatan dan perumahan.
Ekspansi Tidak Akan Bertahan?
ara ahli juga memprediksi ekspansi ekonomi China pada akhir 2023 tidak bersifat jangka panjang.
"Ada dua pendorong utama di balik hal ini: pelepasan permintaan terpendam yang tidak terduga namun berumur pendek selama liburan (kuartal ketiga), dan efek dasar yang rendah pada (kuartal keempat) 2022," kata Alfredo Montufar-Helu, kepala dari Pusat Ekonomi dan Bisnis China di Conference Board.
Ia memproyeksi pertumbuhan PDB China akan melambat menjadi 4,1 persen pada tahun 2024 karena beberapa hambatan signifikan terhadap pertumbuhan, termasuk krisis sektor properti yang sedang berlangsung dan melemahnya konsumsi.
Angka-angka terbaru ini muncul setelah populasi China menurun untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade pada tahun 2022.
Hal ini menurut para analis merupakan penurunan pertama di negara itu sejak krisis kelaparan pada tahun 1961 yang dipicu oleh Lompatan Jauh ke Depan (Great Leap Forward) di era mantan pemimpin Mao Zedong. Tahun lalu,
"Semakin sedikit orang yang menikah dan semakin sedikit pasangan yang ingin memiliki anak," kata Yanzhong Huang, peneliti senior kesehatan global di Council on Foreign Relations (CFR) di New York.
Advertisement
Penurunan Angkatan Kerja dan Usia Produktif
Turunnya angka kelahiran di China juga bersamaan dengan menyusutnya angkatan kerja dan pesatnya penuaan populasi.
Hal ini menjadi dua tantangan yang dihadapi China ketika negara itu berjuang untuk mendanai layanan kesehatan dan dana pensiun bagi warga lanjut usia, sambil berupaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang didominasi oleh lebih sedikit penduduk usia kerja.
Populasi pekerja di China, yang diklasifikasikan sebagai mereka yang berusia antara 16 dan 59 tahun, mengalami penurunan sebesar 10,75 juta tahun lalu, sehingga menambah kontraksi yang sedang berlangsung.
Sementara itu, populasi mereka yang berusia di atas 60 tahun terus bertambah. Lebih dari seperlima populasi, atau hampir 297 juta orang, kini berada dalam kelompok usia tersebut.