CEO JPMorgan Ingatkan Faktor-faktor Pemicu Badai pada Ekonomi AS

CEO JPMorgan Jamie Dimon mengingatkan risiko badai pada perekonomian AS di masa depan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 18 Jan 2024, 11:29 WIB
CEO JP Morgan, Jamie Dimon

Liputan6.com, Jakarta CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon mengatakan dia tetap berhati-hati terhadap kinerja perekonomian Amerika Serikat selama dua tahun ke depan, karena kombinasi risiko finansial dan geopolitik.

"Anda mempunyai semua kekuatan yang sangat kuat yang akan mempengaruhi kita pada tahun 2024 dan 2025," ujar Dimon, dikutip dari CNBC International, Kamis (18/1/2024).

"Ukraina, (konflik) di Israel dan Laut Merah, pengetatan kuantitatif, yang saya masih mempertanyakan apakah kita benar-benar memahami cara kerjanya," kata Dimon dalam dalam wawancara dengan CNBC di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

Sebagai informasi, pengetatan kuantitatif mengacu pada langkah Federal Reserve untuk mengurangi neraca keuangannya dan mengendalikan upaya sebelumnya termasuk program pembelian obligasi.

Dimon telah menganjurkan kehati-hatian selama beberapa tahun terakhir, meskipun rekor keuntungan di JPMorgan, bank terbesar di AS, dan perekonomian negara itu tidak sesuai ekspektasi.

Terlepas dari dampak inflasi yang korosif, sebagian besar konsumen Amerika tetap sehat karena tingkat lapangan kerja yang baik dan tabungan di era pandemi.

Dalam pandangan Dimon, pasar saham yang relatif baik dalam beberapa bulan terakhir telah membuat investor terbuai dengan potensi risiko di masa depan. S&P 500indeks pasar naik 19 persen tahun lalu dan tidak jauh dari level puncak.

"Saat pasar saham sedang naik, ini seperti obat kecil yang kita semua rasakan sangat hebat. Tapi ingat, kita sudah mendapat begitu banyak dorongan fiskal dan moneter, jadi saya sedikit lebih berhati-hati," bebernya.

Selain itu, Dimon juga mengingatkan risiko "badai" pada ekonomi AS di masa depan karena pengetatan kuantitatif dan konflik Rusia-Ukraina.


Goldman Sachs Soroti Lonjakan Utang AS

Ilustrasi Utang atau Pinjaman. Foto: Freepik

Sementara itu, CEO Goldman Sachs David Solomon mengatakan bahwa meskipun kondisi pasar tidak termasuk masalah geopolitik, kondisi ekonomi saat ini terasa lebih baik dibandingkan tahun lalu.

Tetapi Solomon juga mengingatkan lonjakan tingkat utang AS. "Saya sangat prihatin dengan meningkatnya utang, kata Solomon.

"Ini adalah masalah risiko besar yang harus kita tangani dan perhitungkan, hal ini mungkin tidak akan terjadi dalam enam bulan ke depan," ucapnya.


Menkeu Janet Yellen Pede Ekonomi AS Membaik: Inflasi Terkendali dan Upah Pekerja Naik

Pimpinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen (Foto: Bloomberg)

Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen kembali memastikan bahwa perekonomian negaranya dapat mencapai soft landing.

Yellen juga memastikan bahwa periode inflasi rendah serta kenaikan upah yang berkelanjutan penting, agar masyarakat Amerika merasa nyaman dengan prospek masa depan mereka.

Dia juga mengatakan dalam sebuah wawancara setelah data pertumbuhan lapangan kerja bulan Desember yang solid bahwa pola belanja konsumen menunjukkan kepercayaan terhadap perekonomian AS.

"Apa yang kita lihat sekarang, saya pikir bisa kita gambarkan sebagai soft landing dan harapan saya adalah hal ini akan terus berlanjut,” kata Yellen, dikutip dari US News, Senin (8/1/2024).

Data Departemen Perdagangan AS menunjukkan bahwa produk domestik bruto Amerika naik pada tingkat tahunan sebesar 5,2 persen dari bulan Juli hingga September, atau kuartal III 2023.

Angka terbaru yang dirilis pada hari Rabu mencerminkan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan dengan perkiraan awal Departemen Perdagangan sebesar 4,9 persen.

Diwartakan sebelumnya, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva beberapa waktu sebelumnya juga mengatakan hal senada, bahwa perekonomian AS akan menuju soft landing dengan prospek pertumbuhan yang cukup kuat.

Dia menyebut sudah saatnya masyarakat di Amerika Serikat untuk bersemangat terhadap kondisi perekonomian negara mereka, karena inflasi semakin mereda, pasar kerja yang kuat dan tingkat suku bunga yang moderat.

"Masyarakat seharusnya merasa senang dengan perekonomian karena mereka pada akhirnya akan melihat kelegaan dalam hal harga," kata Georgieva.

Dia bahkan memuji ketegasan Federal Reserve dalam menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi.

"Meskipun hal ini menyakitkan, terutama bagi usaha kecil, hal ini telah membawa dampak yang diinginkan tanpa mendorong perekonomian ke dalam resesi," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan CNN.

Namun, Georgieva juga mengingatkan risiko yang dapat datang dari fragmentasi ekonomi global akibat tensi geopolitik, karena meningkatnya pembatasan keamanan nasional, dimana negara-negara cenderung memilih blok terpisah yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Tiongkok.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya