Liputan6.com, Jakarta Pasar minyak dunia diprediksi akan mengalami pengetatan imbas gangguan di Laut Merah, dan dampaknya dapat diatasi hanya dalam jangka pendek.
Hal itu diungkapkan oleh CEO raksasa minyak Arab Saudi Aramco, Amin Nasser dalam sebuah wawancara di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
Advertisement
Mengutip US News, Kamis (18/1/2024) Amin Nasser memperkirakan pasar minyak akan mengetat setelah konsumen menghabiskan stok 400 juta barel dalam dua tahun terakhir, sehingga kapasitas cadangan OPEC menjadi sumber utama pasokan tambahan untuk memenuhi peningkatan permintaan.
Seperti diketahui, serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah telah memaksa banyak perusahaan mengalihkan pengiriman kargo melalui wilayah lain di Afrika.
"Jika hal ini terjadi dalam jangka pendek, kapal tanker mungkin akan tersedia. Namun jika hal ini terjadi dalam jangka panjang, mungkin akan menjadi masalah," kata Amin Nasser.
"Akan ada kebutuhan lebih banyak kapal tanker dan mereka harus menempuh perjalanan yang lebih jauh," ujarnya.
Beberapa produk minyak juga diprediksi harus berlayar di sekitar Afrika, kata Amin Nasser, seraya menambahkan bahwa dia tidak memperkirakan Houthi akan kembali menyerang fasilitas Aramco menyusul perundingan damai antara Arab Saudi dan Yaman.
Nasser mengatakan dia melihat permintaan minyak dunia akan menyentuh 104 juta barel per hari (bph) di tahun 2024 ini.
Angka tersebut berarti pertumbuhan sekitar 1,5 juta barel minyak per hari setelah tumbuh sebesar 2,6 juta barel per hari pada tahun 2023.
Stok Minyak Dunia Menyusut ke Level Terendah dalam 5 Tahun
Disebutkan juga, stok global telah menyusut ke level terendah rata-rata lima tahun setelah konsumen menghabiskan cadangan minyak di dalam dan luar negeri sebesar 400 juta barel selama dua tahun terakhir.
"Satu-satunya kartu yang tersedia saat ini adalah kapasitas cadangan, yaitu sekitar 3,5 persen secara global. Dan ketika permintaan meningkat, Anda akan mengikis kapasitas cadangan tersebut kecuali ada pasokan tambahan," beber Amin Nasser.
Advertisement
Aramco Belum Bisa Prediksi Puncak Permintaan
Dalam kesempatan itu, Amin Nasser juga menyebutkan, dia tidak dapat memperkirakan kapan permintaan minyak akan mencapai puncaknya atau stagnan karena konsumsi bahan bakar fosil berpindah dari negara maju ke negara berkembang, yang semakin kaya.
"Ada pertumbuhan yang baik dan permintaan di China sangat sehat," katanya.
Sebagai informasi, sebagian besar kapal kontainer telah berhenti sejenak atau mengalihkan rute dari Laut Merah yang mengarah ke Terusan Suez, rute tercepat dari Asia ke Eropa, yang dilalui sekitar 12 persen pelayaran dunia.
Rute alternatif di sekitar Tanjung Harapan di Afrika Selatan menambah waktu perjalanan 10-14 hari.
Kapal Aramco sendiri dapat melewati selat Bab al-Mandab dekat Yaman, tempat Houthi melancarkan serangan, melalui pipa yang menghubungkan fasilitas minyak timur dengan pantai barat dan memberikan akses lebih cepat ke Terusan Suez, ungkap Nasser.