Liputan6.com, Jakarta Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbaru dengan tajuk 'Dinamika Elektoral di Tingkat Nasional dan 13 Provinsi Kunci' pada Kamis (18/1/2024).
Dalam rilis tersebut, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, memaparkan elektabilitas partai politik (parpol) peserta pemilu 2024.
Advertisement
Burhanuddin menyebut PDI Perjuangan masih menjadi parpol yang paling banyak dipilih yakni 20 persen. Sementara di posisi kedua ada Partai Gerindra dengan perolehan 18,1 persen.
Namun, Burhanuddin menjelaskan, PDI Perjuangan terus mengalami tren penurunan jika dibandingkan dengan Partai Gerindra yang terus mengalami tren peningkatan.
"Jadi tren tetap turun buat PDIP, tetapi selisihnya dengan Gerindra dalam margin of error," kata Burhanuddin, dalam paparannya secara virtual.
Tren penurunan itu, dapat menjadi peringatan keras bagi partai berlambang kepala banteng jika ingin mencapai keinginan hattrick kemenangan di pemilu 2024.
"Jadi ini sekaligus alarm buat PDIP karena keinginan untuk memcapai hattrick kemenangan di 2024 itu terancam oleh kehadiran Gerindra yang performanya meningkat dalam beberapa bulan terakhir," ujar Burhanuddin.
Berikut hasil survei partai politik secara lengkap:
1. PDIP 20 persen
2. Gerindra 18,1 persen
3. Partai Golkar 11, persen
4. PKB 9,1 persen
5. Partai NasDem 6,9 persen
6. PKS 6,2 persen
7. Partai Demokrat 4,6 persen
8. PAN 4,2 persen
9. PPP 2,8 persen
Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 30 Desember 2023 sampai 6 Januari 2024. Target populasi adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilu yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih.
Dalam survei ini, jumlah sampel basis sebanyak 1.200 orang yang berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
Kemudian, dilakukan oversample di 13 provinsi yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, NTT, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Sehingga, total sampel sebanyak 4.560 responden.
Dengan asusmsi metode stratified random sampling, ukuran sampel basis 4.560 respoden memiliki toleransi kesalasan (margin of error) sekitar kurang 2% pada tingkat kepercayaan 95%.
Megawati: PDIP Besar Bukan karena Presiden, tapi Karena Rakyat
Sebelumnya, Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengatakan, partainya bisa sebesar sekarang bukan karena elite politik ataupun presiden. Megawati mengingatkan, rakyat atau akar rumputlah yang paling berperan, sehingga para kader wajib memperkuat akar rumput.
Hal ini disampaikan Megawati saat berpidato politik saat peringatan HUT ke-51 PDIP di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu, 10 Januari 2024. Awalnya, ia menyinggung soal rumput tahan banting dan kuat sama seperti rakyat.
"Rumput memiliki daya survival yang tinggi, sehingga meskipun dibakar, dipotong, dimatikan, dicabut, tetap akan selalu tumbuh. Karena akarnya selalu siap untuk tumbuh kembali. Tolong ingat! Itulah rakyat,” kata Megawati.
Megawati menegaskan partainya sudah biasa berjuang dari mulai masih bernama PDI hingga sekarang menjadi PDI Perjuangan.
Oleh karena itu, lanjutnya, kemampuan bertahan ini bukan karena sosok tertentu apalagi presiden. Megawati mengatakan rakyat yang selalu bersama mereka.
"Lima puluh satu tahun kita bisa menjadi seperti ini bukan karena elite, bukan karena presiden, bukan karena menteri tapi karena rakyat yang mendukung kita," kata dia.
Presiden ke-5 RI ini lantas mengingatkan kadernya untuk turun bertemu rakyat. "Sebab itulah kekuatan riil kita. Camkan hal ini sebagai sebuah nafas kontemplasi kita," ucap Megawati Soekarnoputri menandaskan.
Advertisement
Megawati: Sekarang Hukum Dipermainkan, Kekuasaan Dijalankan Semaunya
Selain itu, Megawati menegaskan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama di mata hukum. Namun, kata dia, saat ini hukum justru dipermainkan.
"Sekarang hukum dipermainkan, kekuasaan dijalankan semau-maunya, no... no... no... Saya tiga kali karena nomor kita 3," ujar Megawati Soekarnoputri di HUT ke-51 PDIP di Lenteng Agung, Rabu, (10/1/2023).
"Hayo, siapa yang enggak setuju? Pasti diem, tapi nanti kalau di belakang, ngoceh," lanjutnya.
Megawati kemudian mengatakan bahwa pemilu bukanlah alat elite politik untuk melambungkan kekuasaan dengan segala cara.
"Di dalam pemilu, pemilihan umum, ada moral dan etika yang harus dijunjung tinggi. Loh saya pernah presiden. Setelah pemilu, enggak ribut saya. Ya sudah, kalau memang betul rakyat itu memilih, ya sudah," ujar Mega.
Megawati pun mengingatkan bahwa kekuasaan tidak akan langgeng. "Yang langgeng itu yang di atas. Kekuasaan itu akan berhenti, apa pun jabatannya," ujar Megawati.
Megawati pun mewanti-wanti agar rakyat jangan sampai tergiur hanya dengan melihat sosok calon presiden di pilpres 2024. Namun, hal yang perlu dilihat adalah pikiran dan hatinya yang harus menjadi satu.
"Cermati rekam jejaknya, moral etika, tangggung jawabnya, memahami rakyat," kata Megawati.
Dalam keseluruhan syarat-syarat menjadi pemimpin, kata Megawati, PDIP, PPP, Perindo dan Hanura yakin, Ganjar Pranowo dan Mahfud Md-lah yang memenuhi syarat tersebut.
"Mereka kesatuan dwitunggal, tidak ada negara maju yang pemimpinnya tanpa memperjuangkan hukum, manunggal dengan rakyat," ujarnya.
Megawati mengatakan, kalau ada pemimpin yang tidak menjalankan kewajibannya, tidak melindungi rakyat pasti guncang.
"Rules of the game adalah partai yang memilih calonnya. Saya selalu lihat-lihat yang bagus, sampai saya kontemplasi, bicara sama bapak saya. Lihat lihat lihat trus harus ada keputusan. Bukannya asal oh kamu saja jadi pemimpin," ujar Megawati.
Reporter: Alma Fikhasari
Sumber: Merdeka.com