Cisco Ungkap 5 Tren Bisnis dan Teknologi Terdepan pada 2024, AI Mendominasi

AI Readiness Index tahunan Cisco mengungkapkan hanya 1 dari 5 (20%) organisasi di Indonesia yang benar-benar siap untuk menjalankan dan memanfaatkan AI.

oleh Iskandar diperbarui 18 Jan 2024, 18:00 WIB
Ilustrasi tools AI yang bisa digunakan untuk memudahkan proses pembuatan konten. (unsplash/Steve Johnson)

Liputan6.com, Jakarta - Pasar generative AI di Indonesia diperkirakan telah menembus nilai US$ 212,6 juta pada 2023 dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 27%.

Pada 2024, perusahaan-perusahaan di Indonesia dinilai harus bisa menyertakan AI ke dalam organisasi secara efektif, sekaligus menangkap peluang dari tren-tren baru lainnya untuk mendorong pertumbuhan bisnis.

Dalam hal ini Cisco menjabarkan lima tren utama dalam bisnis dan teknologi yang akan membuka era baru bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.

1. AI Berubah dari Teknologi yang Bagus untuk Dimiliki Menjadi Teknologi yang Wajib Dimiliki

Industri AI, yang diharapkan akan tumbuh dari USD 95,60 miliar menjadi USD 1,8 triliun pada tahun 2030, akan jadi salah satu pendorong utama ekonomi dunia di dekade berikutnya. Namun, sejumlah perusahaan belum sepenuhnya siap memanfaatkan peluang ini.

Menurut keterangan pers yang Tekno Liputan6.com terima, Kamis (18/1/2024), AI Readiness Index tahunan Cisco mengungkapkan hanya 1 dari 5 (20%) organisasi di Indonesia yang benar-benar siap untuk menjalankan dan memanfaatkan AI.

68% dari mereka bahkan mengakui kekhawatiran besar mengenai dampaknya terhadap bisnis jika mereka gagal mengambil langkah dalam 12 bulan mendatang.

Berita baiknya adalah ada urgensi untuk menggunakan AI dan sebagian besar perusahaan telah mengambil langkah pertama.

Semua organisasi di Indonesia melaporkan bahwa urgensi perusahaan untuk menggunakan teknologi AI meningkat dalam enam bulan terakhir.

Hampir semua (99%) organisasi sudah memiliki strategi AI yang kuat atau sedang dalam proses untuk mengembangkan strategi tersebut. Namun, ada kesenjangan yang cukup besar di antara pilar-pilar utama bisnis seperti infrastruktur, data, tata kelola, tenaga kerja, dan budaya.

 


2. Adopsi AI yang Bertanggung Jawab dan Etis

Ilustrasi AI. (Foto: Unsplash/Mohamed Nohassi)

AI menjanjikan keuntungan transformatif tetapi dalam pengadopsiannya penuh dengan risiko yang menuntut berbagai organisasi untuk memiliki kerangka kerja kebijakan dan protokol kuat untuk memandu pengelolaan data, serta sistem AI yang etis dan bertanggung jawab.

Meskipun sebagian besar organisasi di Indonesia mengakui pentingnya tata kelola AI, masih ada ruang untuk peningkatan. Privasi data adalah risiko utama, dengan hanya satu pertiga responden di Indonesia mengatakan mereka memiliki kebijakan dan protokol AI yang sangat menyeluruh.

Bias adalah sebuah risiko lain, karena 14% organisasi tidak memiliki mekanisme sistematis untuk mendeteksi bias data.

Ketika dampak AI meningkat, kerangka peraturan akan terus berkembang, sehingga mengharuskan berbagai perusahaan untuk tetap update dengan peraturan setempat dan internasional yang relevan.

Juga menerapkan kebijakan-kebijakan internal di waktu yang tepat, untuk mengatasi masalah privasi dan keamanan data, serta penggunaan teknologi AI yang bertanggung jawab dan etis.

 


3. Era Baru Infrastruktur Jaringan Intuitif

Ilustrasi infrastruktur digital. Dok: burohappold.com

Ketika Perusahaan-perusahaan terus memanfaatkan teknologi baru seperti AI untuk kemajuan bisnis, infrastruktur digital mereka akan memainkan peran yang lebih penting dari yang mereka pikirkan.

Membangun jaringan modern dan cerdas akan menjadi bagian penting dari pertumbuhan perusahaan karena skalabilitas dan integrasi jaringan mereka dengan beban kerja AI atau teknologi baru bisa menjadi pembeda satu-satunya untuk kesuksesan mereka dalam memanfaatkan AI dan inovasi.

Perusahaan-perusahaan akan menyadari kebutuhan akan platform keamanan terintegrasi yang bisa menyediakan visibilitas yang komprehensif bagi organisasi mereka.

Utamanya, ketika keamanan siber menjadi semakin kompleks di dalam lingkungan multi-aplikasi dan multi-cloud, dan ketika karyawan bekerja dari lokasi berbeda, dengan menggunakan beberapa koneksi, dan mengakses informasi di seluruh platform yang berbeda pula.

Pada bagian inti, jaringan akan memainkan peran penting dalam penyediaan visibilitas yang luas dan mendalam bagi setiap pengguna, perangkat atau entitas di dalam lingkungan perusahaan.

 


4. Kemajuan Program Aksi Iklim Akan Dinilai dan Dipertanggungjawabkan

Ilustrasi Penyebab Perubahan Iklim Credit: pixabay

Tahun 2023 diklaim sebagai tahun terpanas dalam catatan sejarah, sehingga ada kebutuhan sangat penting untuk membatasi peningkatan suhu tidak lebih dari 1,5 derajat Celsius guna menghindari perubahan yang bisa membawa bencana terhadap iklim.

Ketika kita semakin dekat dengan target tersebut, semakin jelas bahwa kemitraan sektor public dan swasta sangat penting dalam menciptakan cara yang konsisten dan akurat untuk mengukur kemajuan, baik di dalam negara dan industri, serta di dunia.

Tuntutan akan pelaporan wajib akan menjadi bahasan yang semakin penting karena lembaga-lembaga regulator ingin memastikan rencana menjadi hasil yang konkret.

Perusahaan-perusahaan akan menghadapi tekanan untuk membuat kemajuan dalam program keberlanjutan mereka dengan teknologi yang memainkan peran penting dalam menyediakan visibilitas dan wawasan dari data center ke lingkungan perusahaan.

Hal ini akan membantu mereka mengukur emisi secara akurat dan membuat rencana untuk menciptakan bangunan cerdas dan ruang kerja pintar.

 


5. Kesigapan Terhadap Transformasi Digital

Ilustrasi transformasi digital. Dok: mojix.com

Ketika perusahaan di Indonesia melanjutkan perjalanan digitalisasi, mereka harus memastikan bahwa karyawan mereka mampu mengimbangi pertumbuhan perusahaan tersebut.

Meskipun industri teknologi terus berkembang di Indonesia, tetap ada kekurangan tenaga kerja di bidang teknologi dan Tingkat permintaannya tinggi.

Hal ini memberikan peluang bagi berbagai organisasi untuk mengembangkan pekerja profesional teknologi masa depan yang dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lanskap teknologi yang berkembang.

Di sinilah program skills-to-job seperti Cisco Networking Academy, bisa membantu menjembatani kesenjangan tenaga kerja teknologi saat ini.

Program ini sudah bermitra dengan lembaga-lembaga pendidikan tinggi untuk membekali lebih dari 380.000 siswa di Indonesia dengan berbagai keterampilan yang sangat dicari dalam industri, seperti keamanan siber, data science, dan jaringan.

Program ini juga menargetkan untuk memberikan pelatihan keterampilan digital dan keamanan digital kepada 6,7 juta orang di Asia Pasifik hingga tahun 2023.


Infografis Kenaikan Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Infografis Kenaikan Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya