Imbas El Nino, Sulawesi Selatan Rawan Mati Listrik

Masyarakat Sulawesi Selatan sering mengeluhkan mati listrik sebagai dampak dari El Nino

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Jan 2024, 18:30 WIB
Masyarakat Sulawesi Selatan sering mengeluhkan mati listrik sebagai dampak dari El Nino (dok. pexels)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) mewaspadai dampak El Nino yang bisa berpengaruh terhadap suplai kelistrikan. Seperti di Sulawesi Selatan, dimana masyarakat setempat kerap mengeluhkan aksi pemadaman listrik.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu mengatakan, fenomena El Nino turut menyebabkan debit air menyusut. Padahal, itu jadi salah satu sumber kelistrikan di Sulawesi Selatan yang berasal dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

"El Nino ini bukan baru ketahuan, tapi kurang antisipasi kita akui. Bahwa di Sulsel itu sudah lebih dari 35 persen energinya dari air, ketika musim kering El Nino ini menjadi masalah," kata Jisman di Kantor Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (18/1/2024).

Tak hanya krisis air, pola cuaca itu juga membuat hembusan angin di wilayah Sulawesi Selatan berkurang. Padahal, angin pun merupakan salah satu sumber kelistrikan di sana yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), seperti PLTB Sidrap dan PLTB Tolo 1 Jeneponto.

"Jadi baru ketahuan juga bahwa hidro di Sulsel juga ada angin. Kelihatannya sejalan dia, ketika El Nino angin hilang, jadi enggak berporduksi, bahkan sampai nol di Jeneponto. Rata-rata hanya 20 persen pada saat El Nino," ungkapnya.

Usul Kementerian ESDM

Oleh karenanya, Jisman meminta konsumsi listrik di Sulawesi Selatan bisa lebih dibagi rata. Tidak hanya besar untuk salah satu sektor saja.

"Sehingga kami mencoba meminta industri sama bisnis hotel sana, tolong ya kita bagi-bagi penderitaan lah, kira2 begitu. Ini kan masalah alam, sehingga kepentingan masyarakat itu didahulukan," ucapnya.

 


Mulai Berangsur Normal

Deretan turbin di area Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo 1 di Jeneponto, Sulawesi Selatan, Jumat (21/9). PLTB Tolo 1 akan menjadi kebun angin skala besar kedua di Indonesia setelah PLTB Sidrap. (Liputan6.com/Pool/ESDM)

Meskipun untuk saat ini, Jisman melihat suplai air di provinsi tersebut sudah mulai berangsur normal berkat curah hujan yang cukup banyak. Sehingga debit air di bendungan terpenuhi, dan diperkirakan Mei 2024 sudah tak ada lagi kekurangan.

"Sekarang Sulsel normal kembali. Bagaimana musim kering akan datang, kami sudah mendorong apakah itu sewa, pokoknya enggak boleh kekurangan. Pikirkan apa yang untuk dekat sama jangka menengah panjang," pintanya.

Pada 2023 lalu, seorang influencer Makassar, Bobo menyampaikan unek-uneknya terkait seringnya pemadaman bergilir dilakukan oleh PLN. Bahkan, Bobo menyebut pemadaman bergilir di Sulsel bisa sampai 12 jam.

"Makassar agak rutin mati lampu. Katanya efek kekeringan jadi tenaga pembangkit listriknya mengalami kendala," ujarnya di depan Gibran Rakabuming Raka di Cafe The Icon Makassar, Jumat (24/11/2023).

 


Gibran Kaget

Kedatangan Gibran untuk berdialog dengan para warga. Dia juga mengecek tempat pemeriksaan kesehatan gratis untuk warga. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Mendapatkan pertanyaan tersebut, Gibran tampak kaget. Alasannya, pemadaman bergilir yang bisa 5-6 jam adalah hal yang mustahil.

"Lama sekali yah dan hampir setiap hari (pemadaman bergilir)," kata dia.

Gibran menyinggung seharusnya Kota Makassar sudah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Ia menyebut PLTSa bisa menjadi solusi terkait pemadaman bergilir.

"Pasti ada sesuatu solusinya. PLTA-nya kering. Kalau di Solo, kemarin kita baru meresmikan PLTSa. Kalau di sinikan pakai air (PLTA)," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya