Liputan6.com, Bandung - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung telah melayani transplantasi ginjal untuk resipien Trihariyadi Hari Mukadi yang mendapat donor ginjal dari istri tercinta, Ratih Setyawati.
Pasien akhirnya bisa pulang hari ini, Jumat, 19 Januari 2023, setelah menjalani rangkaian proses dari sekitar 4 bulan lalu. Diketahui, operasi transplantasi ginjal tersebut dilaksanakan pada 8 Januari 2024 lalu oleh Tim Transplantasi Ginjal RSHS dengan pengampuan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Advertisement
Dokter penanggungjawab pasien, dr Afiatin, menyebut, operasi pada pasangan resipien dan donor ini berjalan lancar. Ginjal transplant langsung berfungsi dalam hitungan detik.
"Alhamdulillah ginjal berfungsi normal sehingga tidak memerlukan hemodialisis lagi," katanya dalam keterangan pers di Bandung, Jumat, 19 Januari 2023.
"Tentunya resipien masih harus melanjutkan pengobatannya dengan melakukan kunjungan rutin ke poli transplantasi ginjal di RSHS demi menjaga fungsi ginjal transplant yang tidak ternilai harganya ini," lanjut Afiatin.
12.000 Pasien PGTA di Jabar
Trihariyadi Hari Mukadi merupakan 1 dari 12.000 pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) di Jawa Barat. RSHS disebut RSHS akan melanjutkan program transplantasi ginjal ini secara rutin demi meningkatkan kualitas hidup pasien PGTA.
Manajer Pelayanan Medik RSHS, dr Fiva Aprilia Kadi, menyampaikan rasa syukur atas proses yang berjalan dengan baik ini. Keberhasilan operasi ini diharapkan membuka keberhasilan-keberhasilan berikutnya dalam operasi transplantasi ginjal.
"Karena ini sangat dibutuhkan dan akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” katanya.
RSHS sudah melayani semua jenis terapi pengganti ginjal. Transplantasi ginjal pun terakhir dilaksanakan pada tahun 2015. Setelah itu karena ada beberapa perubahan regulasi dan beberapa kendala, maka RSHS baru dapat menyelenggarakan kembali pelayanan transplantasi ginjal mulai tahun 2023.
Dalam kesempatan yang sama, Trihariyadi menyampaikan rasa terima kasih atas pelayanan dan perhatian yang telah diberikan sehingga operasi berjalan dengan lancar sesuai harapan bersama.
"Saya merekomendasikan untuk masyarakat yang menderita sakit ginjal seperti saya untuk melakukan upaya permanent solution yakni operasi transplantasi ginjal di RSHS, seperti yang saya rasakan, saat ini saya merasa seperti hidup baru yang inshaAllah akan saya manfaatkan seumur hidup saya,” katanya haru.
Advertisement
Mengenal Transplantasi Ginjal
Transplantasi Ginjal merupakan terapi pengganti ginjal yang paling ideal untuk pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA), yaitu pasien dengan fungsi ginjal yang sangat minim sebagai komplikasi dari penyakit yang mendasarinya.
Penyakit dasar yg paling sering menyebabkan PGTA di Indonesa adalah tekanan darah tinggi dan diabetes melitus.
Terapi pengganti ginjal lain yang lebih dikenal masyarakat adalah dialisis atau cuci darah, yang dapat berupa hemodialisis yaitu cuci darah dengan memakai mesin hemodialisis atau peritoneal dialisis yaitu cuci darah dengan memakai selaput perut pasien itu sendiri.
Proses transplantasi ginjal bukan proses yang sederhana dan mudah, dimulai dengan mencari donor yang harus ikhlas memberikan 1 ginjalnya kepada pasien yang disebut resipien.
Proses penentuan donor ini dimulai dengan evaluasi dari tim advokasi yang akan menilai apakah donor benar-benar mau memberikan ginjalnya secara ikhlas tanpa paksaan.
Bila sudah direkomendasikan oleh tim advokasi, maka donor akan dicek kesehatan secara umum dan kecocokannya dengan resipien untuk menghindari penolakan dari tubuh resipien.
Kemudian hasilnya akan dievaluasi oleh tim medis untuk kemudian dilakukan persiapan operasi, selanjutnya operasi akan dilakukan dan pasien harus kontrol ke poli transplantasi seumur hidupnya