Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hartarto menanggapi pernyataan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang mengulas nikmatnya kekuasaan, namun jangan sampai menjadi lupa daratan. Menurutnya, periode lima tahunan dalam pergantian kepemimpinan hal yang biasa, khususnya di Indonesia.
"Kita bicara periodisasi dari pada pemerintah itu setiap lima tahun. Jadi setiap 5 tahun ada yang naik dan ada yang turun, jadi itu biasa saja," tutur Airlangga di Grand Ballroom Sudirman, Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/1/2024).
Advertisement
Sebagai negara yang menganut demokrasi, lanjutnya, proses pergantian kepemimpinan selalu diatur lewat pemilihan umum atau Pemilu. Sehingga, rakyat Indonesia terbilang biasa melakukannya sekaligus berpartisipasi.
“Sudah ada mekanismenya di dalam Pemilu,” ungkapnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengungkapkan, refleksi terkait bagaimana cobaan untuk manusia dan keteguhan untuk selalu memegang jalan kebenaran.
Hal itu, dia sampaikan dalam perayaan Natal yang dilakukan PDI Perjuangan (PDIP) dan Relawan Damai Sejahtera for Ganjar-Mahfud (Reds), di JI-Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis, 18 Januari kemarin.
Di dalam khotbah di perayaan Natal tersebut, Pendeta Gilbert sebelumnya membeberkan butir-butir refleksi tentang jalan kebenaran yang harus teguh dipegang. Sementara, Megawati memberi gambaran bagaimana tema jalan kebenaran memang mendapatkan kontekstualisasinya di tahun jelang Pemilu 2024 ini.
Cerita Megawati Bertemu Paus Fransiskus di Vatikan
Saat memberikan pidato, Megawati mengawali dengan cerita tentang perjalanan terakhirnya ke Vatikan dan bertemu Paus Fransiskus. Dia mengaku sebelumnya tak membayangkan akan bisa bertemu pemimpin Katolik tertinggi tersebut.
"Padahal semua tahu saya beragama Islam. Perempuan lagi. Itu peristiwa luar biasa. Tapi itu terjadi karena saya terpilih menjadi salah satu juri yang dipilih Paus dan Imam Besar Mesjid Al Azhar," kata Megawati.
Ternyata, Imam Besar Mesjid Al Azhar dan Paus Fransiskus menyimak laporan tentang Megawati yang selalu menyatakan kebenaran bagi kepentingan umat manusia.
Masih berkaitan dengan itu, di dalam perayaan HUT PDIP tahun ini, Megawati memilih tema 'Satyam Eva Jayate', bahasa Sansekerta yang berarti 'Kebenaran Pasti Menang'.
"Itu bukan kata-kata saya. Itu adalah ketika abad ke-13, Raden Wijaya sepertinya dibuat sengsara. Dan ada Mpu yang mengatakan, jangan takut dan jangan lemah, beranilah, jujurlah, kemenangan selalu ada, kebenaran selalu ada, dan pasti menang," jelasnya.
Baginya, prinsip ini sangat penting untuk jadi pegangan. Seperti diajarkan semua agama apapun, manusia pasti selalu akan diberi cobaan. Dan jalan kebenaran harus selalu menjadi pegangan, jangan takut membela kebenaran.
"Sebagai manusia selalu kita diberi cobaan. Itu semua agama mengajarkan begitu. Kita akan selalu dicoba untuk apakah menjadi orang baik, atau orang tidak baik," ujar Megawati.
Advertisement
Megawati Tekankan Agar Kekuasaan Tidak Membuat Manusia Jadi Lupa
Lebih lanjut, dia pun menyinggung soal kekuasaan. Megawati menekankan agar kekuasaan tidak menjadikan manusia lupa segalanya.
"Kekuasaan itu enak. Tapi kalau saya, kalau sudah harus berhenti, ya berhenti. Jangan malah lupa daratan. Itu cobaan, jangan lupa. Manusia selalu dicoba," katanya.
Dia memaparkan di Islam itu ada dua malaikat, malaikat yang mencatat kebaikan dan malaikat yang mencatat keburukan manusia.
Menjelang Pemilu 2024, Megawati mengajak seluruh rakyat Indonesia bahwa pemilu itu adalah untuk rakyat sendiri. Rakyat harus berani memperjuangkan yang benar.
"Saya pikir, untuk memberi sebuah jalan penerangan kepada seluruh rakyat Indonesia, Pemilu ini sebenarnya untuk Anda, bukan siapa-siapa. Bahwa hak Anda lah yang menentukan siapa yang jadi pemimpin akan datang," tegas dia.
"Hak rakyat untuk menang, jangan takut kepada intimidasi, jangan takut kepada kekuasaan, karena kekuasaan tidak langgeng, yang langgeng adalah Allah SWT. Ingat," imbuh Megawati.