Hujan Pasir Erupsi Gunung Lewotobi Landa Desa Riangrita, Warga Ketakutan

Hujan pasir itu merupakan dampak dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kecamatan Wulanggitang yang saat ini masih berstatus Awas level IV

oleh Ola Keda diperbarui 20 Jan 2024, 11:07 WIB
Hujan pasir melanda sejumlah desa di Flores Timur akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. (Foto: Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Flores Timur - Warga desa Riangrita, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT) dikejutkan dengan hujan pasir yang terjadi pada Jumat, 19 Januari 2024 malam.

Hujan pasir itu merupakan dampak dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kecamatan Wulanggitang yang saat ini masih berstatus Awas level IV.

“Hujan pasir terjadi sekitar pukul 22.37 wita dan berlangsung selama kurang lebih 10 menit,” ujar Vanthy, salah satu warga desa Riangrita kepada Liputan6.com, Sabtu 20 Januari 2024.

Ia mengaku, sejak Gunung Lewotobi Laki-Laki naik ke level IV atau status Awas, hujan pasir bercampur kerikil kecil sering terjadi di wilayah setempat.

Selain itu kata Vanthy, gemuruh akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki kerap menghantui mereka sepanjang hari.

"Kami tidak berani keluar rumah, takut,” ungkapnya

Menurutnya hujan pasir bercampur kerikil kecil turun di wilayah mereka setelah terdengar suara gemuruh dari puncak gunung Lewotobi Laki-Laki.

“Kalau sudah gemuruh, selang beberapa menit akan ada hujan pasir, ini sudah sering terjadi selama Gunung Lewotobi erupsi, kadang kami bangun pagi tempat tidur sudah penuh dengan pasir bercampur abu,” tandasnya.

Ia menjelaskan, Desa Riangrita juga mendapat dampak yang cukup serius akibat erupsi Gunung Lewotobi, aktivitas masyarakat setempat menjadi terganggu karena bau belerang dan debu vulkanik.

Namun kata Vanthy, masyarakat Riangrita tidak dievakuasi ke posko pengungsian karena daerah tersebut oleh pemerintah dinyatakan sebagai zona aman, bahkan beberapa warga dari desa tetangga yang mengungsi ke Riangrita.

“Desa kami tidak masuk dalam daftar desa yang terdampak tapi, faktanya kami terdampak yang cukup serius, selain hujan pasir bercampur kerikil, aktivitas kami jadi terganggu karena abu vulkanik,” tuturnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Terancam Gagal Panen

Semburan abu vulkanik dari Gunung Lewotobi Laki-laki menyebabkan tanaman pertanian di wilayah Kelurahan Ritaebang, Kecamatan Solor Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT mendadak mengering. Selain jagung dan padi, tanaman hortikultura lainnya juga turut mengering.

"Kami kaget semakin hari daun jagung dan padi semakin kering dan tidak subur," ujar salah satu petani Yosep Ola Hayon kepada Liputan6.com, Jumat, 19 Januari 2024.

Ia mengaku sebelum adanya erupsi Gunung Lewotobi, tanaman pertaniannya tumbuh subur. Karena itu, ia cemas jika mengalami gagal panen.

“Kami sudah tidak memiliki stok benih. Semoga petugas Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur bisa turun langsung melihat kondisi tanaman kami," harapnya.

Menanggapi itu, pemerintah kelurahan Ritaebang, Kecamatan Solor Barat mulai melakukan pendataan kerusakan tanaman pertanian warga yang diakibatkan oleh abu vulkanik dari Gunung Lewotobi Laki-laki.

Lurah Ritaebang, Hieronimus Beda Niron, mengaku pihaknya telah mengumumkan kepada wargan untuk melaporkan kerusakan setiap jenis tanaman pertanian ke kelurahan.

"Saat ini sudah 120 warga telah melaporkan kerusakan tanaman pertanian mereka. Total kerusakan mencapai 110 Ha,” beber Lurah Hieronimus Beda Niron.

Ia mengatakan kerusakan tanaman yang dilaporkan didominasi padi, jagung, ubi kayu, jambu mete serta aneka jenis tanaman hortikultura, termasuk tanaman lombok.

Setelah pendataan, kata dia, pemerintah Kelurahan Ritaebang langsung mengirimkan hasil pendataan tersebut ke Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Flores Timur untuk melakukan pengamatan.

"Nanti dinas teknis yang memastikan, apakah tanaman itu masih berpeluang bertumbuh dan berkembang serta menghasilkan, atau sebaliknya yakni gagal tumbuh kembang," tutupnya

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya