Liputan6.com, Jakarta - Pemprov DKI Jakarta, melakukan penyesuaian tarif harga sewa Taman Ismail Marzuki (TIM) yang semula tarif paling mahal Rp30 juta menjadi paling mahal Rp50 juta. Hal itu sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2024 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Kenaikan harga itu diumumkan Dinas Kebudayaan DKI melalui akun Instagram resmi @disbuddki.
Advertisement
Menanggapi hal tersebut, calon Presiden nomor urut 1, Anies Baswedan mengkritik kebijakan tersebut yang menyebut kegiatan kebudayaan harusnya dipermudah. Sebab dalam kegiatan tersebut bukan untuk dikomersilkan.
"Kegiatan kebudayaan seharusnya difasilitasi bukan justru malah diberikan beban pembiayaan yang tinggi. Karena kegiatan kebudayaan itu memang sifatnya bukan sebagai kegiatan mencari untung tapi sifatnya membangun dan mengembangkan peradaban," kata Anies kepada wartawan, Sabtu (20/1/2024).
"Karena itu harus negara yg membantu bukan negara yg membebani," sambung dia seraya menegaskan.
Semestinya, menurut dia pelbagai fasilitas negara dapat memajukan kebudayaan saat ini.
"Harusnya malah diringankan biayanya bukan malah ditinggikan biayanya dan ini filosofi yang mesti dipegang," ujarnya
Dengan ditetapkan mahalnya tarif sewa pada fasilitas pemerintah justru menjadi beban terhadap beberapa kalangan yang ingin belajar kebudayaan
"Jadi yg tadi saya sampaikan kalau ada anak-anak yang mau belajar teater harusnya malah dipinjamin tempat bukan malah disuruh bayar tempat," tutupnya.
Komitmen Bangun Ekosistem Perfilman
Calon Presiden (Capres) nomor urut 1 Anies Baswedan menyampaikan komitmennya untuk membangun ekosistem perfilman, hingga pelaku industri kreatif di Indonesia.
Hal itu disampaikan saat berdiskusi bersama sineas, insan perfilman hingga pelaku industri kreatif Indonesia dalam kegiatan bertajuk Quo Vadis di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Sabtu (20/1/2024).
“Dunia perfilman dan industri kreatif ini pengembaliannya tidak instan, return-nya bisa puluhan tahun. Tapi jika lihat Korea Selatan, mereka mengalokasikan sumber daya untuk kebudayaan bukan sebagai biaya, tetapi investasi,” Ujar Anies.
Dalam kesempatan itu, Anies menegaskan bahwa negara perlu merubah cara pandang negara terkait industri film dan kreatif, dimana pengalokasian sumber daya dipandang bukan sebagai biaya tapi sebagai investasi.
Terlibih, kata Anies, film merupakan medium yang powerfull untuk membentuk kesadaran kolektif bangsa melalui imajinasi. Karena melalui film bisa memahami masa lalu, sekarang dan masa depan
“Kita ingin industri film kita ke depan jadi tuan rumah negeri sendiri, tamu mempesona di negeri orang,” kata Anies. Dilansir dari Antara.
Reporter: Rahmat Baihaqi
Sumber: Merdeka.com
Advertisement