Megawati: Pemimpin Harusnya Mengayomi Seluruh Rakyatnya

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyinggung soal kasus oknum TNI mengintimidasi para relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali, Jawa Tengah.

oleh Tim News diperbarui 21 Jan 2024, 13:05 WIB
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat kampanye akbar di Lapangan Tegalega, Bandung, Jawa Barat, Minggu (21/1/2024). (Foto: Tim TPN Ganjar-Mahfud).

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyinggung soal kasus oknum TNI mengintimidasi para relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali, Jawa Tengah.

Dia menyebut, seharusnya pemimpin mengayomi rakyat bukan diam-diam menurunkan aparat penegak hukum. "Belum apa-apa coba lihat kasus di Boyolali, lihat apa enggak? Itu enggak bohong kan, lah masa tadi ditanya sama Pak Ganjar nanti ibu dibilang ibu Mega provokator. No, no tidak," kata Megawati, saat kampanye akbar di Lapangan Tegalega, Bandung, Jawa Barat, Minggu (21/1/2024).

"Saya ingin mengatakan kebenaran kepada rakyat Indonesia bahwa seorang pemimpin itu harusnya mengayomi seluruh rakyatnya di mana pun mereka berada tidak seperti begini menurunkan secara diam-diam aparat betul apa tidak? Menurunkan yang namanya polisi betul atau tidak?" sambungnya.

Lebih lanjut, dia menilai, seharusnya para aparat penegak hukum membela rakyat bukan malah mengintimidasi rakyat seperti kasus di Boyolali.

"Terus tentaran sampai mukulin rakyatnya siapa dia? Dia itu adalah abdi negara apa arti abdi negara? dia harus membantu rakyatnya krn dia pun dijadikan oleh rakyat di sekolahkan utk bisa apa? Nah untuk membela rakyat untuk perang kalau ada musuh datang bukan untuk meyakiti rakyat nya benar apa tidak? Benar apa tidak?" tegas dia.

Megawati pun meminta kepada seluruh relawan dan simpatisan yang hadir untuk melaporkan jika menemukan kasus intimidasi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dia juga meminta agar seluruh pihak tak gentar dan tidak takut untuk menghadapi intimidasi.

"Kalau ada yang di intimidasi lapor, lapor, lapor dan lapor kepada pemimpin kamu, lapor kepada presiden kamu. Berani apa enggak? Jangan bohong loh entar teriak-teriak di sini aja. Coba Kan ibu sakit di sini," ucap Megawati.

 


Merasa Sakit Hati

Dia mengaku, sakit hati lantaran kasus Boyolali yang dilakukan oleh oknum TNI.

Oleh karena itu, Megawati meminta agar semua pihak yang berada dibarisannya untuk melawan yang melakukan intimidasi.

"Babinsa wahhh alah alah dia juga makan diwarung rakyat. Bhabinkamtibmas, kepala desa apalagi ya? Ya masa kepala desa ibu mikir ini katanya pemilu jadi buat semua orang lah kok lawannya kaya begitu. Padahal mereka gajian dari siapa? Dari siapa? Rakyat tau toh jadi kenapa kalian takut?" imbuh Megawati.

Ketua Umum Megawati Soekarnoputri mengungkapkan, refleksi terkait bagaimana cobaan untuk manusia dan keteguhan untuk selalu memegang jalan kebenaran.

Hal itu, dia sampaikan dalam perayaan Natal yang dilakukan PDI Perjuangan (PDIP) dan Relawan Damai Sejahtera for Ganjar-Mahfud (Reds), di JI-Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis (18/1/2024).

 


Megawati Sebut Kekuasan Enak: Tapi Kalau Sudah Harus Berhenti

 

Di dalam khotbah di perayaan Natal tersebut, Pendeta Gilbert sebelumnya membeberkan butir-butir refleksi tentang jalan kebenaran yang harus teguh dipegang. Sementara, Megawati memberi gambaran bagaimana tema jalan kebenaran memang mendapatkan kontekstualisasinya di tahun jelang pemilu ini.

Saat memberikan pidato, Megawati mengawali dengan cerita tentang perjalanan terakhirnya ke Vatikan dan bertemu Paus Fransiskus. Dia mengaku sebelumnya tak membayangkan akan bisa bertemu pemimpin Katolik tertinggi tersebut.

“Padahal semua tahu saya beragama Islam. Perempuan lagi. Itu peristiwa luar biasa. Tapi itu terjadi karena saya terpilih menjadi salah satu juri yang dipilih Paus dan Imam Besar Mesjid Al Azhar,” kata Megawati.

Ternyata, Imam Besar Mesjid Al Azhar dan Paus Fransiskus menyimak laporan tentang Megawati yang selalu menyatakan kebenaran bagi kepentingan umat manusia.

Masih berkaitan dengan itu, di dalam perayaan HUT PDIP tahun ini, Megawati memilih tema 'Satyam Eva Jayate', bahasa Sansekerta yang berarti 'Kebenaran Pasti Menang'.

“Itu bukan kata-kata saya. Itu adalah ketika abad ke-13, Raden Wijaya sepertinya dibuat sengsara. Dan ada Mpu yang mengatakan, jangan takut dan jangan lemah, beranilah, jujurlah, kemenangan selalu ada, kebenaran selalu ada, dan pasti menang,” jelasnya.

 

Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya