Apa Itu Teknologi Baterai LFP yang Ditanya Gibran ke Cak Imin di Debat Cawapres

Simak artikel berikut ini untuk mengetahui soal baterai LFP yang mulai digunakan di mobil listrik.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 21 Jan 2024, 22:15 WIB
Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) atau EV.

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi baterai LFP kini tengah menjadi perhatian publik. Alasannya, topik soal baterai LFP sempat diajukan Calon Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pada Calon Wakil Presiden Muhaimin Iskandar dalam sesi Debat Cawapres, Minggu (21/1/2024), malam.

Lantas, apa itu teknologi baterai LFP atau Lithium Ferro Phosphate? Seperti namanya, LFP merupakan baterai lithium-ion yang menggunakan LiFePO4 sebagai material katoda, dan graphitic carbon electrode dengan lapisan logam sebagai anoda.

Baterai ini dikenal karena dianggap lebih rendah biaya, keamanan tinggi, tingkat toksik yang rendah, dan siklus hidup panjang.

Kendati demikian, kepadatan energi dari baterai LFP lebih rendah, dari model baterai lithium ion lain, seperti NMC (nickel manganese cobalt) dan NCA (nickel cobalt aluminium).

Hal ini membuat baterai ini cenderung kurang efisien, serta memiliki jangkauan lebih pendek dari baterai lainnya. Kendati demikian, susunan kimia baterai LFP bisa menghantarkan arus tinggi dengan suhu lebih baik, sehingga suhunya bisa lebih terjaga.

Baterai LFP sendiri disebut-sebut akan menjadi pilihan populer untuk mobil listrik di masa depan. Menurut laporan Wood Mackenzie, pangsa pasar LFP diprediksi bisa melampaui pangsa pasar NCM di 2028.

Hal itu tidak lepas dari keunggulan yang ditawarkan baterai tersebut, membuat LFP menjadi opsi yang bisa diterapkan untuk kebutuhan daya dan energi.

Saat ini, produsen Tiongkok diketahui menjadi memimpin dalam penggunaan baterai LFP, yang diikuti perusahaan Barat.

Salah satu perusahaan yang melaporkan sudah banyak menggunakan baterai LFP adalah Tesla. Perusahaan yang dipimpin Elon Musk itu melaporkan setengah mobilnya sudah menggunakan baterai LFP bebas kobalt.


Cak Imin di Debat Cawapres: Kita Ugal-ugalan Eksplorasi Nikel, Tapi Pemasukan Negara Kecil

Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Muhaimin Iskandar Alias Cak Imin di debat Cawapres, Minggu (21/1/2024). (Sumber foto: tangkapan layar di akun Youtube KPU).

Calon Wakil Presiden atau Cawapres Muhaimin Iskandar menyatakan selama ini pemerintah ugal-ugalan dalam eksplorasi nikel. Meski sudah dieksplorasi, ternyata penerimaan negara dari nikel ternyata masih minim.

Hal tersebut diungkapkan Cak Imin dalam dalam Debat Cawapres 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024).

 "Gara-gara negara kita mengeksplorasi nikel ugal-ugalan, lalu hilirisasi tanpa pertimbangan ekologi, mempertimbangkan sosialnya. Buruh kita diabaikan malah pakai tenaga kerja asing. dan juga yang terjadi korban kecelakaan," jelas dia.

"Di sisi lain, pemasukan dari nikel juga kecil. Ini menjadi pertimbangan," lanjut Cak Imin.

Selain itu, Cak Imin juga menyoroti produksi nikel yang berlebihan. Akibatnya, Indonesia menjadi tidak memiliki daya tawar untuk mengangkat harga nikel.

"Yang paling parah, nikel kita berlebih produksinya. Bukan harga tawar kita naik, tapi kita jadi korban dari policy kita sendiri," ungkapnya.

Sementara itu, dengan eksplorasi nikel yang ugal-ugalan, pemerintah malah mengorbankan masalah lingkungan dan menimbulkan konflik sosial.

"Sementara masa depan kita tidak jelas, di sisi lain kita mengorbankan lingkungan dan sosial kita sekaligus keuntungan yang sangat berbatas bagi negara. Oleh karena itu bukan soal gegabah, ini soal keberanian dan keberpihakan," tutup dia.

  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya