5 Fakta Gerakan Rompi Kuning di Prancis yang Disinggung Gibran di Debat Cawapres

Masalah Gerakan Rompi Kuning di Prancis disinggung oleh Gibran Rakabuming Raka saat berdebat dengan Mahfud Md.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 22 Jan 2024, 12:33 WIB
Calon Wakil Presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka saat debat keempat Capres-Cawapres Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam debat calon wakil presiden (cawapres) yang digelar Minggu (21/1/2024), cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka sempat menyinggung soal gerakan rompi kuning di Prancis. Hal ini disebutkannya saat bertanya soal greenflation dengan cawapres nomor urut 3 Mahfud Md.

"Bagaimana cara mengatasi greenflation? Terima kasih," tanyanya kepada Mahfud.

Pasangan Ganjar Pranowo itu pun kemudian menjawabnya dengan dengan ekonomi hijau (green economy) yang turut menyangkut ekonomi sirkular.

"Orang Madura itu yang memunguti sampah-sampah, plastik-plastik, lalu diolah sehingga ekonomi sirkular itu jadi kesadaran masyarakat. Bagaimana mengatasi itu, ya diatur saja jatahnya. Di sini sudah ada kecenderungannya begini, kebijakannya begini," jawab Mahfud dalam debat cawapres semalam.

Tak puas dengan jawaban tersebut, Gibran pun kemudian membalas sekaligus mengatakan bahwa ia sedang "mencari-cari jawabannya".

Pasangan Prabowo Subianto itu pun kemudian mengungkit contoh kasus yang terjadi di Prancis, di mana transisi menuju energi hijau yang dicanangkan oleh Presiden Emmanuel Macron justru berujung pada Gerakan Rompi Kuning (gilets jaunes).

Gerakan Rompi Kuning di Prancis sebenarnya fokus ke berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan kelas pekerja.

Lantas, apa sebenarnya Gerakan Rompi Kuning itu? Berikut adalah sejumlah fakta mengenainya:

  1. Dilansir NPR, Senin (22/1), sebagai bagian dari strategi kebijakan lingkungannya, Presiden Prancis Emmanuel Macron pada November 2018, mengumumkan kenaikan pajak terhadap bahan bakar.
  2. Langkah ini memicu protes selama hampir sebulan di seluruh Prancis. Kementerian Dalam Negeri Prancis bahkan melaporkan ratusan ribu orang turun ke jalan di seluruh negara tersebut selama berminggu-minggu. Bahkan, peringatan Gerakan Rompi Kuning masih diperingati satu tahun kemudian.
  3. Dalam aksi tersebut, para pengunjuk rasa mengenakan rompi keselamatan yang dikenal sebagai gilets jaunes.
  4. Gerakan Rompi Kuning yang kala itu memicu krisis politik bagi pemerintah Prancis lantaran protes yang awalnya dimulai di beberapa provinsi, kemudian juga terjadi di ibu kota, Paris. Demonstrasi kemudian berubah menjadi kerusuhan dan kekerasan terjadi di sepanjang Avenue des Champs Élysées, landmark terkenal di kota tersebut.
  5. Pada 2018, Presiden Prancis Emmanuel Macron akhirnya berjanji untuk menaikkan upah dan meringankan pajak setelah demo Rompi Kuning.

Siapa Saja yang Terlibat dalam Gerakan Rompi Kuning?

Massa gerakan rompi kuning di Paris Prancis pada 12 Januari 2019 waktu lokal (AFP)

Awalnya, para pengunjuk rasa adalah mereka yang tinggal di pedesaan dan harus berkendara jarak jauh setiap harinya. Mereka mengeluh lantaran merasa tidak mampu menanggung kenaikan harga bahan bakar.

Protes kemudian muncul di sejumlah wilayah di Prancis untuk mengecam kebijakan Macron. Mereka mengatakan pendapatan mereka terlalu tinggi untuk memenuhi syarat tunjangan kesejahteraan sosial, namun terlalu rendah untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Gerakan ini tidak memiliki kepemimpinan resmi dan awalnya diorganisir melalui grup media sosial.

Para pengunjuk rasa fokus pada Macron sebagai sumber masalah mereka. Seiring dengan reformasi awal yang dilakukannya untuk melonggarkan undang-undang ketenagakerjaan dan memangkas pajak kekayaan, pajak bahan bakar yang disebutnya sebagai transisi menuju energi hijau ini kemudian memperkuat citra para pengunjuk rasa tentang Macron sebagai presiden hanya bagi kelompok orang kaya.


Bagaimana Bisa Berujung pada Kekerasan?

Unjuk rasa kelompok Rompi Kuning kembali terjadi di Prancis, memicu seranagn terhadap kantor-kantor pemerintahan (AFP/Abdul Abeissa)

Sebenarnya, mayoritas demonstran di daerah-daerah di Prancis merupakan pengunjuk rasa damai.

Namun, semua seketika berubah saat aksi protes mulai terjadi di Paris, di mana para demonstran merusak Arc de Triomphe, menjarah toko-toko, merusak bangunan dan bahkan menyerang polisi. Pihak berwenang Prancis mencatat bahwa sebagian besar kekerasan dan vandalisme dihasut oleh kaum anarkis yang dikenal sebagai "casseurs" – perusuh, preman dari kelompok sayap kiri dan sayap kanan.

Polisi Paris kemudian menahan 380 orang setelah kerusuhan tersebut.

Akibatnya, total kerusakan yang terjadi diperkirakan senilai USD3,4 juta atau sekitar Rp53 miliar.


Apa isi Tuntutan Pengunjuk Rasa?

Demonstran mengibarkan bendera Prancis saat kerusuhan menentang kenaikan harga bahan bakar di Paris, Prancis, Sabtu (24/11). Demonstrasi terjadi oleh dorongan gerakan "rompi kuning". (AP Photo/Michel Euler)

Tuntutan awal mereka adalah penghapusan pajak ramah lingkungan atas solar. Namun, sekelompok lainnya ada yang menyerukan kenaikan upah minimum yang awalnya sekitar USD1.350 per bulan.

Selain itu, ada juga seruan untuk membubarkan Majelis Nasional dan mengadakan pemilu baru dan bahkan ada teriakan "Macron mundur!"

Mengapa Rompi Kuning?

Semua pengendara Perancis diwajibkan oleh hukum untuk membawa rompi keselamatan berwarna kuning saat berkendara. Para pengemudi yang melakukan protes kemudian kompak mengenakan rompi kuning dan membuat penghalang jalan di seluruh Prancis.

Kemudian, siapa pun yang bergabung dalam protes akan mengenakan rompi kuning, terlepas dari apakah mereka pengendara atau tidak.

Infografis Kesiapan Muhaimin, Gibran dan Mahfud MD Jelang Debat Cawapres 2024. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya