Liputan6.com, Bandung - Sebanyak enam gunung api di Indonesia meletus pada tahun 2024 berdasarkan data dari laman Magma Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) per 22 Januari 2024.
Gunung api yang mengalami letusan ini adalah 48 letusan Gunung Lewotobi Laki-laki, 24 letusan Gunung Marapi, 14 letusan Gunung Ibu, enam letusan Gunung Semeru, lima letusan Gunung Ili Lewotolok, dan empat letusan Gunung Dukono.
Advertisement
Secara keseluruhan status gunung api saat ini terdiri dari satu gunung berstatus Level IV (Awas) yaitu Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur (NTT), empat gunung api berstatus Level III (Siaga) yaitu Anak Krakatau-Lampung, Marapi-Sumatera Barat, Merapi-Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, dan Semeru-Jawa Timur.
Selebihnya 19 gunung api berstatus Level II (Waspada) dan 44 berstatus Level I (Normal). Berikut enam gunung api yang mengalami letusan hingga kini.
Gunung Lewotobi Laki-laki
Pada 22 Januari 2024, Gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah tidak teramati. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah ke arah utara dan timur laut. Suhu udara sekitar 23-26 derajat Celcius.
Guguran teramati dengan jarak 1000-1500 meter dari puncak, guguran mengarah ke utara. Sedangkan kegempaan tercatat sebanyak 31 kali gempa guguran, 1 kali gempa tektonik jauh dan 1 kali gempa tremor menerus.
Laporan dari petugas Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pulolera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Folres Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Anselmus Bobyson Lamanepa, pada hari Minggu, 21 Januari 2024, pukul 12.49 WITA terjadi erupsi atau letusan kembali.
"Tinggi kolom letusan teramati kurang lebih 700 m di atas puncak atau kurang lebih 2.284 meter di atas permukaan laut," tulisnya di laman Magma, dicuplik Senin, 22 Januari 2024.
Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan timur laut. Letusan terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 47.3 mm dan durasi 36 detik.
Rekomendasi yang diterbitkan bagi masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki dan pengunjung ataupun wisatawan yakni tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 5 Kilometer dari pusat letusan dan sektoral 6 Kilometer ke arah Utara dan Timur Laut.
Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan mengikuti arahan pemerintah daerah serta tidak mempercayai berbagai isu yang tidak jelas sumbernya.
"Jika terjadi erupsi dan hujan abu, masyarakat diimbau untuk tetap berada di dalam rumah, dan apabila berada di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kaca mata)," tulis Anselmus.
Selain itu masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki harus mewaspadai potensi banjir lahar dingin pada sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pulolera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Folres Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Becana Geologi, Badan Geologi di Bandung.
Gunung Marapi
Pada hari Minggu, 21 Januari 2024, pukul 22.25 WIB dilaporkan oleh petugas Pos Pengamatan Gunung Marapi, Ahmad Rifandi, terjadi erupsi atau letusan.
Namun tinggi kolom erupsi tidak teramati. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 7.1 mm dan durasi 43 detik.
Masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki,pengunjung atau wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4.5 Kilometer dari pusat erupsi di Kawah Verbeek.
"Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah, aliran, bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan," tulis Ahmad.
Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker, penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
Selain itu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
Badan Geologi meminta seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah Kota Bukit Tinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung atau dengan Pos Pengamatan Gunung Marapi di Jl. Prof. Hazairin No.168 Bukit Tinggi untuk mendapatkan informasi langsung tentang aktivitas Gunung Marapi.
Gunung Ibu, Semeru, Ili Lewotolok dan Gunung Dukono
Gunung Ibu
Gunung Ibu yang terletak di barat laut Pulau Halmahera, Maluku Utara ini meletus atau erupsi pada hari Sabtu, 20 Januari 2024, pukul 08.57 WIT.
Laporan dari petugas Pos Pengamatan Gunung Ibu, Axl Roeroe, disebutka tinggi kolom letusan teramati setinggi 1.300 meter di atas puncak atau setara 2.625 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 28 mm dan durasi 129 detik.
"Masyarakat di sekitar Gunung Ibu dan pengunjung atau wisatawan agar tidak beraktivitas di dalam radius 2,0 km dan perluasan sektoral berjarak 3,5 km ke arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif Gunung Ibu," tulis Axl.
Jika terjadi hujan abu, masyarakat yang beraktivitas diluar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kacamata).
Gunung Semeru
Letusan atau erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur, Indonesia, terjadi pada pada hari Sabtu, 20 Januari 2024, pukul 10.02 WIB.
Laporan dari petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Liswanto, A.P, tinggi kolom letusan teramati sekitar 500 meter di atas puncak atau 4.176 meter di atas permukaan laut.
Pada waktu itu kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah timur laut. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.
"(masyarakat) Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak atau pusat erupsi," tulis Liswanto.
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai atau sempadan sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
Selain itu, masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius 5 Kilometer dari kawah atau puncak gunung api karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.
Peningkatan kewaspadaan juga harus ditingkat karena adanya potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru.
"Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan," jelas Liswanto.
Gunung Ili Lewotolok
Berbeda dengan Gunung Ibu dan Semeru, Gunung Ili Lewotolok lebih dulu mengalami letusan atau erupsi pada Jumat, 19 Januari 2024, pukul 22.14 WITA.
Gunung api yang berada di bagian utara Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, mengembuskan kolom letusan setinggi 400 meter di atas puncak atau 1.823 meter di atas permukaan laut.
Laporan dari petugas Pos Pengamatan Gunung Ili Lewotolok, Syawaludin, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang ke arah timur laut dan timur.
"Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 32.8 mm dan durasi 75 detik," jelas Syawaludin.
Pada tingkat aktivitas Level II (Waspada) ini, masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok maupun pengunjung, pendaki, wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius 2 kilometer dari pusat aktivitas gunung api.
Untuk masyarakat Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah Gunung Ili Lewotolok.
Direkomendasikan pula untuk menghindari gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan Iainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik maka masyarakat yang berada di sekitar Gunung Ili Lewotolok dapat menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
"Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ili Lewotolok agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan," terang Syawaludin.
Gunung Dukono
Terakhir gunung api yang tercatat oleh laman Magma Badan Geologi yaitu Gunung Dukono. Gunung Dukono berada di utara Pulau Halmahera, Maluku.
Gunung Dukono yang memiliki tinggi 1.335 meter diatas permukaan laut (mdpl) terdiri dari beberapa kawah berapi dengan aktivitas tinggi.
Dilaporkan petugas Pos Pengamatan Gunung Dukono, Sarjan Roboke, letusan atau erupsi terkahir terjadi pada hari Kamis, 18 Januari 2024, pukul 09.18 WIT.
"Tinggi kolom letusan teramati setinggi 1.800 meter di atas puncak atau 2.887 meter di atas permukaan laut," tulis Sarjan.
Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah selatan. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.
Rekomendasi yang diterbitkan oleh PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM yaitu masyarakat di sekitar Gunung Dukono dan pengunjung atau wisatawan agar tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati Kawah Malupang Warirang di dalam radius 3 kilometer.
Mengingat letusan dengan abu vulkanik secara periodik terjadi dan sebaran abu mengikuti arah dan kecepatan angin, sehingga area landaan abunya tidak tetap, maka direkomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Dukono untuk selalu menyediakan masker atau penutup hidung dan mulut untuk digunakan pada saat dibutuhkan guna menghindari ancaman bahaya abu vulkanik pada sistem pernafasan.
Advertisement
3 Jenis Bahaya Akibat Erupsi Gunung Api
Dilansir dari laman Pusat Krisis Kementerian Kesehatan RI, erupsi gunung api merupakan salah satu bencana yang sering dialami oleh Indonesia.
Menurut pengertiannya, erupsi gunung api adalah proses keluarnya magma dari ruang magma dalam perut gunung berapi yang diakibatkan oleh adanya aktifitas magama dan pergerakan yang terjadi pada lempeng tektonik.
Apabila kita melihat dampak yang ditimbulkan akibat erupsi gunung api, kita dapat mengetahui bahwa dampak yang ditimbulkan tidak hanya pada kesehatan masyarakat yang ada disekitarnya, namun dampaknya juga dapat merusak lingkungan dan mempengaruhi kondisi alam.
Berikut ini adalah 3 jenis bahaya yang muncul akibat adanya letusan gunung api, diantaranya adalah:
Bahaya Primer (Bahaya langsung dari erupsi)
1. Aliran hawa Panas
2. Lahar letusan (lumpur panas)
3. Lelehan lava
4. Gas vulkanik beracun
5. Lontaran batu pijar
Bahaya Sekunder (Bahaya yang tidak langsung dari erupsi)
1. Lahar
2. Longsor Vulkanik
Bahaya Ikutan (bahaya lain yang dipicu oleh dampak erupsi)
1. Tsunami
2. Kelaparan
3. Banjir bandang
Dengan mengetahui 3 jenis bahaya yang berpotensi akan terjadi akibat dampak erupsi gunung api diatas, diharapkan masyarakat bisa lebih waspada dan bersegera untuk mengevakuasi diri ke lokasi yang lebih aman atau yang sudah ditentukan sebelumnya oleh petugas yang berwenang di lokasi bencana.
Tetap jaga kesehatan dan terapkan perilaku hidup bersih selama berada di lokasi pengungsian untuk memnimalisir potensi paparan penyakit ditengah masyarakat pengungsi.
Tidak lupa untuk segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami luka maupun cidera selama masa evakuasi, agar bisa segera mendapatkan penanganan sedini mungkin dari petugas kesehatan.
Baca Juga