Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu (21//1/2024) menolak persyaratan yang diajukan Hamas untuk mengakhiri perang dan membebaskan sandera, termasuk penarikan total pasukan Israel dan membiarkan Hamas berkuasa di Jalur Gaza.
Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa penolakan Netanyahu untuk mengakhiri serangan militer di Jalur Gaza berarti tidak ada peluang bagi kembalinya para tawanan (Israel).
Advertisement
"Sebagai imbalan atas pembebasan sandera kami, Hamas menuntut diakhirinya perang, penarikan pasukan dari Gaza, pembebasan semua pembunuh dan pemerkosa," kata Netanyahu dalam pernyataan yang dilansir Reuters, Senin (22/1). "Dan membiarkan Hamas tetap utuh."
"Saya langsung menolak mentah-mentah syarat monster Hamas."
Berdasarkan kesepakatan yang ditengahi pada akhir November 2023 oleh Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir, lebih dari 100 dari sekitar 240 sandera yang disandera di Jalur Gaza selama serangan Hamas pada 7 Oktober dibebaskan dengan imbalan pembebasan 240 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Sejak itu, Netanyahu menghadapi tekanan yang semakin besar untuk menjamin pembebasan 136 sandera yang masih ditawan.
Netanyahu Dituntut Bertindak soal Sandera
Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang menuntut Netanyahu untuk "dengan jelas menyatakan bahwa pemerintah tidak akan meninggalkan warga sipil, tentara, dan orang lain yang diculik dalam bencana Oktober."
"Kita harus memajukan kesepakatan sekarang," demikian pernyataan forum tersebut. "Jika perdana menteri memutuskan untuk mengorbankan para sandera, dia harus menunjukkan kepemimpinannya dan secara jujur menyatakan posisinya kepada masyarakat Israel."
Kerabat para sandera yang turun ke jalan untuk melakukan protes di luar kediaman Netanyahu menuntut tindakan segera.
"Kami membutuhkan pemerintah untuk segera memperbaiki masalah yang mereka timbulkan dan segera memulangkan para sandera," kata Jon Polin, ayah dari salah seorang sandera bernama Hersh Goldberg-Polin.
Netanyahu sendiri telah mengambil sikap yang sangat tegas terhadap isu pendirian negara Palestina, dengan tetap menentangnya.
"Saya tidak akan berkompromi mengenai kendali penuh keamanan Israel atas seluruh wilayah sebelah barat Sungai Yordan," ujarnya.
Advertisement
Tidak Goyah
Netanyahu pada Sabtu (20/1), menentang pernyataan Presiden Joe Biden tentang negara Palestina merdeka pasca perang Hamas Vs Israel di Jalur Gaza berakhir.
Dalam pernyataannya pada Minggu, Netanyahu mengulangi bahwa dia menginginkan kontrol keamanan penuh Israel atas seluruh wilayah barat Sungai Yordan.
Netanyahu mengatakan dia dengan tegas menentang tekanan internasional dan internal untuk mengubah posisinya dan akan terus mempertahankannya.
"Pembentukan negara Palestina akan menimbulkan bahaya nyata bagi Israel," imbuhnya.