Berupaya Ambil Alih Rumah Sakit di Ekuador, 68 Orang Ditangkap Polisi

Polisi Ekuador menangkap hampir 70 orang yang mencoba mengambil alih sebuah rumah sakit.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 22 Jan 2024, 18:00 WIB
Pria yang dicurigai tergabung dalam geng kriminal ditahan selama operasi gabungan antara Kepolisian Nasional Ekuador dan anggota angkatan bersenjata untuk mencegah tindakan kekerasan, di Guayaquil. (Yuri Cortez, AFP)

Liputan6.com, Yaguachi - Polisi di Ekuador --negara yang dilanda kekerasan-- menangkap 68 orang pada Minggu 21 Januari 2024 yang berusaha mengambil alih sebuah rumah sakit di barat daya negara itu di tengah 'perang' antara geng narkoba dan pasukan keamanan.

"Kami menetralisir tersangka teroris yang mencoba mengambil alih fasilitas rumah sakit di Yaguachi, Guayas," polisi mengumumkan di X, bekas Twitter seperti dikutip dari AFP, Senin (22/1/2024).

Mereka yang ditahan diyakini berusaha menyelamatkan rekannya yang dirawat di rumah sakit karena cedera beberapa jam sebelumnya, tambah keterangan polisi.

Polisi kemudian menyita sejumlah senjata api dan obat-obatan terlarang.

Polisi mengatakan mereka juga menggerebek sebuah "pusat rehabilitasi" yang merupakan pusat komando geng dan rumah bordil, dan tempat beberapa tersangka anggota geng bersembunyi.

Adapun pihak berwenang Ekuador baru-baru ini menutup ratusan pusat rehablitasi yang pada dasarnya merupakan rumah sakit rahasia yang dikelola geng dan menurut pihak berwenang tidak memiliki fasilitas yang layak untuk merawat pasien.

Ekuador yang pernah dianggap sebagai benteng perdamaian di Amerika Latin, kini terjerumus ke dalam krisis setelah bertahun-tahun melakukan ekspansi oleh kartel transnasional yang menggunakan pelabuhannya untuk mengirimkan narkoba ke Amerika Serikat dan Eropa.

Setelah serangkaian kekerasan baru-baru ini yang dipicu oleh kaburnya Adolfo Macias dari penjara, gembong narkoba yang dikenal sebagai "Fito", Presiden Daniel Noboa memberlakukan keadaan darurat dan mendeklarasikan negara tersebut dalam "perang" melawan geng.

Kartel narkoba bereaksi cepat, mengancam akan mengeksekusi warga sipil dan pasukan keamanan serta menyandera puluhan polisi dan petugas penjara -- kini telah dibebaskan.

 


Anggota Geng di Ekuador Mencapai 20.000 Orang

Ilustrasi bendera Ekuador (AFP)

Ada sekitar 20 kelompok kriminal di negara berpenduduk 17 juta orang, dengan anggotanya diperkirakan melebihi 20.000 orang.

Pada hari Rabu (17/1), seorang jaksa yang sedang menyelidiki serangan oleh geng bersenjata di sebuah stasiun televisi yang sedang siaran, ditembak mati di kota pelabuhan Guayaquil.

Laporan-laporan media pada Minggu (21/1) mengatakan jaksa penuntut yang dibunuh, Cesar Suarez, juga sedang mencari anggota keluarga Fito yang buron, yang pada Jumat ditahan di Argentina dan dipulangkan ke negaranya.

Menyoroti besarnya perdagangan narkoba di wilayah tersebut, pihak berwenang di Kolombia dan Ekuador mengumumkan pada akhir pekan bahwa mereka telah mencegat dua kapal semi-submersible yang memuat berton-ton narkoba di perairan Pasifik masing-masing.

Tiga orang di setiap kapal ditangkap.


AS, Dukungan Regional untuk Ekuador

Ilustrasi Amerika Serikat (AS)

Di tempat lain pada hari Minggu (21/1), para menteri dari negara-negara Andean memulai pertemuan di ibu kota Peru, Lima, untuk membahas masalah kejahatan narkoba lintas batas yang telah menjerumuskan Ekuador ke dalam krisis baru-baru ini.

"Kejahatan terorganisir transnasional menyerang demokrasi dan tatanan internal semua negara kita. Hal ini memerlukan tindakan bersama," kata Presiden Peru Dina Boluarte pada pertemuan tersebut, yang juga dihadiri oleh delegasi dari Bolivia, Kolombia, dan Ekuador.

Amerika Serikat juga mengumumkan pada hari Minggu (21/1) bahwa delegasinya akan mengunjungi Ekuador untuk "mempertimbangkan pilihan untuk mempercepat kerja sama keamanan bilateral dan mendiskusikan pendekatan kolaboratif untuk menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh organisasi kriminal transnasional."

Delegasi tersebut akan bertemu dari Senin hingga Kamis dengan Noboa, pejabat tinggi lainnya dan "perwakilan masyarakat sipil di garis depan perang melawan korupsi," demikian pernyataan Kedutaan Besar AS di Ekuador.

Dikatakan bahwa Chris Dodd, penasihat khusus presiden untuk wilayah Amerika, akan memimpin delegasi tersebut, yang juga akan mencakup jenderal tertinggi AS untuk kawasan Amerika Latin, Laura Richardson.​


Ekuador Klaim Bebaskan Seluruh Sandera di Penjara, Kolombia Siaga Buron Gembong Narkoba Menyeberang ke Wilayahnya

Petugas penjara yang disandera oleh narapidana berangkat dengan truk pick-up setelah dibebaskan dari penjara Machala, Ekuador [Ariel Suarez/AFP]

Sepekan sebelumnya, sejumlah sandera telah dibebaskan dari penjara-penjara yang dikendalikan geng di Ekuador, demikian klaim pemerintah, hampir sepekan setelah negara Amerika Selatan itu diguncang gelombang kekerasan besar-besaran.

"Semua sandera telah dibebaskan," kata kepresidenan Ekuador melalui media sosial pada Sabtu malam 13 Januari 2024 dikutip dari The Guardian, Senin (15/1/2024).

Tidak jelas secara pasti berapa banyak tawanan yang telah diselamatkan dari penjara-penjara yang terkenal penuh sesak di negara tersebut, namun pekan lalu pemerintah mengatakan 158 penjaga penjara serta 20 pegawai lainnya ditahan. Video di media sosial menunjukkan penjaga penjara yang ketakutan ditahan dan diancam oleh anggota geng bersenjatakan parang yang telah menyita banyak pusat penahanan di Ekuador.

Saudara laki-laki salah satu sipir penjara yang diculik di Ambato, sebuah kota 155 mil di selatan ibu kota Ekuador, Quito, membenarkan bahwa kerabatnya telah dibebaskan pada Sabtu (13/1) sore. "Syukurlah semua orang selamat dan sehat dan saudara laki-laki saya sekarang ada di rumah bersama kami," katanya pada Minggu (14/1) pagi, di tengah laporan bahwa pasukan keamanan menyerbu beberapa lembaga pemasyarakatan besar di mana para tahanan juga berkumpul.

Pekan kekacauan di Ekuador dimulai pada dini hari Senin (8/1) lalu ketika seorang gembong narkoba, pemimpin geng terkenal bernama Jose Adolfo Macias, yang dikenal dengan nama samaran "Fito" dilaporkan menghilang dari selnya. Keberadaannya masih menjadi misteri hingga kini.

Ledakan kekerasan dan kekacauan berskala nasional terjadi pada hari-hari berikutnya, ketika para gangster membakar gedung-gedung, menyerang pasukan keamanan dan memasang bom mobil yang merupakan salah satu ledakan kekerasan paling ekstrem dalam sejarah Ekuador baru-baru ini.

Sebagai tanggapan, Presiden Ekuador, Daniel Noboa, menyatakan negaranya berada dalam "konflik bersenjata internal" dan memerintahkan tindakan keras polisi dan tentara terhadap geng-geng tersebut. Sejauh ini, 1.105 orang telah ditangkap dan lima orang yang diduga "teroris" terbunuh, sementara dua petugas polisi juga kehilangan nyawa, menurut data pemerintah.

Infografis BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya