Penjelasan BPPTKG Soal Letusan Gunung Merapi Akhir-Akhir Ini

BPPTKG mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya juga mewaspadai bahaya lahar dan Awan Panas guguran (APG) terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 23 Jan 2024, 07:43 WIB
Aktivitas warga saat Gunung Merapi memuntahkan material vulkanik dari kawahnya di Sleman, Yogyakarta (7/1/2021). Kondisi cuaca disekitar gunung terpantau cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah timur, barat daya dan barat. (AP Photo/Slamet Riyadi)

Liputan6.com, Yogyakarta - Gunung Merapi erupsi pada Minggu (21/1/2024). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut erupsi itu dipicu curah hujan yang tinggi di DIY-Jateng akhir-akhir ini.

Fenomena itu pun diklasifikasikan sebagai sebagai letusan. Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan, erupsi Gunung Merapi berupa erupsi effusif atau yang terdiri dari guguran lava, awan panas guguran, atau eksplosif berupa letusan.

"Namun karena di kategori kegempaan di laporan magma tidak ada kategori erupsi. Maka kami klasifikasikan menjadi letusan. Di sisi lain, suplai magma terus menerus di Gunung Merapi. Jadi data kegempaan maupun deformasi, kemudian dengan curah hujan yang tinggi itu memicu keluarnya suplai magma ke permukaan. Kemudian membentuk awan panas seperti yang terjadi dalam beberapa hari terakhir," kata Agus Budi dalam keterangan resminya.

Letusan Gunung Merapi kemarin mencatatkan Amplitudo max 70 mm dengan durasi 239.64 detik. Namun, jarak luncur awan panas dengan tinggi kolom abu tidak teramati saat kejadian berlangsung kemarin.

Pada Minggu (21/1/2024) sejak pagi, aktivitas Merapi terpantau adanya satu letusan, emapt awan panas guguran, 178 guguran, 13 gempa hybrid atau fase banyak dan lima gempa vulkanik dangkal. Estimasi jarak luncur awan panas guguran berada kisaran 2.000 meter dari puncak.

BPPTKG pun mengungkapkan potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer.

Sedangkan, ke tenggara akan menyasar Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol sejauh 5 kilometer.

Adapun lontaran material vulkanik jika terjadi letusan eksplosif berpotensi sampai sejauh 3 kilometer dari titik letusan.

BPPTKG mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya juga mewaspadai bahaya lahar dan Awan Panas Guguran (APG) terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

 

Penulis: Taufiq Syarifudin

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya