Wall Street Perkasa, Indeks Dow Jones Sentuh 38.000 untuk Pertama Kali

Wall street kompak menguat pada perdagangan Senin, 22 Januari 2023. Bahkan indeks Dow Jones cetak rekor 38.000.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Jan 2024, 07:02 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Senin, 22 Januari 2024.(AP Photo/Seth Wenig)

Liputan6.com, Jakarta Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Senin, 22 Januari 2024 seiring investor mendorong indeks saham melanjutkan ke rekor tertinggi dalam sejarah.

Dikutip dari CNBC, Selasa (23/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 138,01 poin atau 0,36 persen ke posisi 38.001,81. Kenaikan indeks saham acuan tersebut mendorong ke posisi rekor terbaru dan di atas level 38.000 untuk pertama kalinya.

Indeks S&P 500 naik 0,22 persen ke posisi 4.850,43 dan menyentuh level tertinggi baru dalam sejarah. Indeks Nasdaq bertambah 0,32 persen menjadi 15.360,29.

Saham Macy’s menguat lebih dari 3 persen setelah menolah proposasi senilai USD 5,8 miliar untuk menjadikan peritel itu private. Saham SolarEdge melompat 4 persen seiring Perseroan mengumumkan akan memberhentikan 16 persen tenaga kerjanya.

Saham Archer-Daniels-Midland anjlok lebih dari 24 persen setelah mengeluarkan panduan laba yang lemah dan menempatkan CFO Vikram Luthar cuti di tengah penyelidikan terhadap praktik akuntansi.

Di sisi lain, saham B Riley Financial merosot 2,5 persen setelah Bloomberg melaporkan regulator sedang menyelidiki kesepakatan dengan klien yang terkait dengan penipuan sekuritas.

Kenaikan pada perdagangan Senin pekan ini, indeks S&P 500 menembus di atas rekor intraday pada Jumat pekan lalu dan penutupan tertinggi dari Januari 2022.

Pergerakan ini menandakan wall street berada dalam tren bullish yang dimulai pada Oktober 2022 setelah saham anjlok pada awal tahun.

"Ini hampir seperti ketakutan akan ketinggalan. Kami mengalami sedikit volatilitas pada awal tahun karena investor mungkin menyeimbangkan kembali portofolionya dan beberapa merealisasikan beberapa keuntungan,” ujar Head of Investment Management Commonwealth Financial, Brian Price.

Ia menilai saat ini pasar melanjutkan tren yang sudah terjadi pada kuartal IV.


Sentimen Suku Bunga The Fed

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Kekuatan wall street mungkin bergantung pada apakah bank sentral AS berhasil melakukan soft landing, mendinginkan ekonomi untuk menurunkan inflasi sekaligus menghindari resesi.

Pelaku pasar saat ini perkirakan sekitar 40 persen kemungkinan penurunan suku bunga the Federal Reserve pada Maret, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Ada kemungkinan hampir 58 persen, bank sentral akan mempertahankan suku bunga tetap stabil, naik dari sekitar 19 persen pada minggu sebelumnya.

Investor akan mencermati serangkaian laporan ekonomi yang akan dirilis pekan ini, termasuk produk domestik bruto (PDB) kuartal IV pada Kamis pekan ini dan ukuran inflasi favorit the Fed, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi pada Desember 2023 pada Jumat pekan ini. Kedua laporan itu akan membantu membentuk cara pejabat the Fed memandang kebijakan moneter ke depan.

Sementara itu, Chief Investment Officer BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma menuturkan, saham dapat turun dari level tertinggi sebelum naik pada paruh kedua 2024. Ma menuturkan, pasar menggantungkan harapannya pada sejumlah kecil saham antara lain Apple dan Tesla.

“Istilah du jour dapat beralih ke Fab 5 dari Magnificent 7,” ujar dia.

 


Pasar Bersikap Hati-Hati

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Dalam kondisi ini, ia menuturkan, pasar kemungkinan besar akan kembali ke kondisi normal setelah reli pada Jumat pekan ini ke level tertinggi baru sepanjang masa untuk indeks S&P 500 dari pada terus naik.

“Pasar yang lebih luas tampaknya lebih cenderung mengkonsolidasikan keuntungannya dari November dan Desember daripada naik ke level tertinggi baru,” tutur Ma.

Ia menuturkan meski ada kekuatan tambahan seperti kecerdasan buatan dan semikonduktor, peningkatan yang lebih luas di sektor tambahan akan disambut baik.

Namun, ia menuturkan, prospek saham akan membaik membaik pada paruh kedua 2024 seiring dengan dimulainya penurunan suku bunga dan kondisi belanja yang membaik.  Akan tetapi, ia memperingatkan hal ini akan menjadi jalan yang sulit untuk mencapai tujuan itu.

“Antara sekarang dan musim semi, kami perkirakan pasar akan bersikap hati-hati. Prospek peningkatan paruh kedua 2024 kemungkinan akan suram sebelum menjadi lebih jelas,” tutur dia.


Penutupan Wall Street pada 19 Januari 2024

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Jumat, 19 Januari 2024. Indeks S&P 500 menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat pekan ini seiring investor kembali membeli saham usai merosot dalam jangka pendek.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (20/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 1,23 persen ke posisi 4.839,81. Indeks S&P 500 melampaui rekor intraday sebelumnya dan penutupan tertinggi Januari 2022. Untuk pertama kali, indeks S&P mencapai rekor tertinggi intraday dalam dua tahun.

Sementara itu, indeks Dow Jones mencetak rekor pada akhir tahun lalu dengan menguat 395,19 poin atau 1,05 persen ke posisi 37.863,80. Indeks Nasdaq bertambah 1,7 persen ke posisi 15.310,97. Indeks Nasdaq 100 naik 1,95 persen, dan mencapai rekor tertinggi.

Tiga indeks acuan berada di wilayah positif pada 2024. Indeks Dow Jones berada di zona positif seiring reli pada perdagangan Jumat pekan ini.

 


Investor Beli Saham Teknologi

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Usai alami koreksi 19 persen pada 2022, indeks S&P 500 kembali bangkit pada 2023 dan membukukan kenaikan 24 persen seiring ekonomi yang berhasil melewati resesi yang diperkirakan banyak orang. Selain itu, inflasi turun ke tingkat yang dapat mendorong the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS untuk menghentikan kenaikan suku bunganya.

Tolok ukur tersebut hampir mencapai rekor setelah reli yang kuat pada kuartal IV. Akan tetapi, akhirnya gagal. Reli pasar berhenti sebentar untuk memulai 2024 karena investor merealisasikan keuntungan dari raksasa teknologi seperti Apple.

Namun, investor kembali membeli saham teknologi dalam beberapa hari terakhir. Seiring tonggak sejarah pada perdagangan Jumat pekan ini menegaskan pasar saham secara resmi berada dalam pasar bullish yang dimulai Oktober 2022, dan bukan hanya memantul dalam pasar bearish. Indeks S&P 500 naik lebih dari 35 persen sejak titik terendah tersebut.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya