Liputan6.com, Jakarta Ibu kota China, Beijing menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen untuk tahun 2024.
Target ini melampaui target tahun lalu yang di atas 4,5 persen, meskipun ada ekspektasi pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih lambat.
Advertisement
Melansir Channel News Asia, Selasa (23/1/2024) perekonomian ibu kota China meningkat 5,2 persen pada tahun 2023, sejalan dengan perekonomian nasional, yang sejauh ini mencatatkan pertumbuhan yang lemah pasca pandemi di tengah krisis properti yang semakin parah.
Laporan Beijing Daily, yang mengutip seorang pejabat pemerintah China mengungkapkan bahwa target pertumbuhan 5 persen dikeluarkan untuk meningkatkan optimisme masyarakat negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
"Target sekitar 5 persen diperlukan untuk menstabilkan ekspektasi dan meningkatkan kepercayaan diri, untuk mencapai tujuan penghidupan yang penting seperti lapangan kerja dan pendapatan rumah tangga," kata pejabat tersebut, yang tidak diungkapkan nama dan identitasnya.
Tetapi ia juga mengakui, "tingkat pertumbuhan sekitar 5 persen masih sangat menantang, dan mencapai tujuan tersebut memerlukan upaya yang keras".
Kota-kota lain di China bahkan membidik pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding Beijing, yakni Chongqing di bagian barat daya dan provinsi Sichuan menetapkan target pertumbuhan tahun 2024 sebesar sekitar 6 persen, sementara provinsi Shandong di bagian timur menargetkan pertumbuhan lebih dari 5 persen tahun ini.
Adapun Provinsi Hebei Utara yang menetapkan target pertumbuhan ekonomi tahun ini sekitar 5,5 persen.
Pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2023 sedikit lebih tinggi dari target tahunan sekitar 5 persen, sebagian ditopang oleh efek dasar rendah (low-base effect) yang terjadi pada tahun sebelumnya di tengah lockdown akibat COVID-19.
Dilaporkan, para pejabat China telah menjadikan peningkatan kepercayaan terhadap perekonomian sebagai prioritas kebijakan utama, karena dunia usaha dan konsumen khawatir terhadap keamanan kerja, pertumbuhan pendapatan, dan pasar perumahan.
Survei: Pertumbuhan Ekonomi China Bakal Melambat Jadi 4,6% pada 2024
Pertumbuhan ekonomi China diprediksi melambat menjadi 4,6 persen pada 2024. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan menurun menjadi 4,5 persen pada 2025.
Prediksi pertumbuhan ekonomi China itu berdasarkan jajak pendapat Reuters dikutip dari Channel News Asia, Selasa (16/1/2024).
Seiring pertumbuhan ekonomi itu meningkatkan tekanan pada pembuat kebijakan untuk melakukan lebih banyak langkah stimulus di tengah tekanan deflasi dan sektor properti yang lesu.
Produk domestik bruto (PDB) China kemungkinan tumbuh 5,2 persen pada 2023, memenuhi target pertumbuhan tahunan pemerintah, sebagian terbantu oleh efek dasar rendah pada tahun sebelumnya yang ditandai dengan lockdown akibat COVID-19. Hal ini menurut perkiraan dari 58 ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Namun, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini sulit bangkit kembali setelah pandemi COVID-19 yang kuat dan berkelanjutan, terbebani oleh krisis properti yang berkepanjangan, Selain itu, kepercayaan konsumen dan dunia usaha yang lemah, meningkatnya utang pemerintah daerah dan pertumbuhan global yang lesu.
Data terbaru menunjukkan awal 2024, kondisi ekonomi goyah dengan tekanan deflasi yang terus menerus dan sedikit peningkatan ekspor kemungkinan tidak akan mampu membalikkan keadaan dengan cepat dalam aktivitas domestik yang lemah. Pinjaman bank juga lemah pada Desember.
"Prospek perekonomian China pada 2024 akan dibentuk oleh prospek sektor real estate," ujar Analis Swiss Life Asset Management.
Analis menyebutkan, tujuan pemerintah adalah mengurangi kelebihan pasokan yang terjadi di sektor ini dalam beberapa tahun terakhir dan menyesuaikan pasokan dengan permintaan yang nyata.
"Oleh karena itu, kami memperkirakan perlambatan ini akan terus berlanjut pada 2024 dan seterusnya," demikian disampaikan Analis Swiss Life Asset Management.
Advertisement
IMF: Selamatkan Ekonomi, China Perlu Reformasi Struktural
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgiva mengingatkan bahwa China memerlukan reformasi struktural untuk menghindari penurunan ekonomi yang signifikan.
Saat menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Georgieva mengungkapkan, China menghadapi tantangan ekonomi jangka pendek dan jangka panjang.
Mengutip CNBC International, Selasa (16/1/2024) Georgiva mengatakan bahwa tantangan jangka pendek yang dihadapi perekonomian China adalah krisis sektor properti yang masih perlu diperbaiki, seiring dengan tingginya tingkat utang pemerintah daerah.
Tantangan jangka panjang, adalah perubahan demografis dan hilangnya kepercayaan publik.
"Pada akhirnya, yang dibutuhkan China adalah reformasi struktural untuk terus membuka perekonomian, untuk menyeimbangkan model pertumbuhan lebih mengarah pada konsumsi domestik, yang berarti menciptakan lebih banyak kepercayaan pada masyarakat, sehingga mereka tidak menabung, mereka membelanjakan lebih banyak," kata Georgieva.
"Semua ini akan membantu China menghadapi apa yang kami prediksi jika tidak ada reformasi, yaitu penurunan tingkat pertumbuhan yang cukup signifikan di bawah 4 persen," paparnya.
Seperti diketahui, perekonomian China mengalami pertumbuhan yang lamban pada tahun 2023, terhambat oleh masalah sektor properti dan penurunan ekspor.
Investor memperkirakan perekonomian negara ktu akan tumbuh sekitar 5 persen tahun lalu.
Secara terpisah, IMF mengatakan pada bulan November bahwa mereka telah menaikkan perkiraan pertumbuhan China menjadi 5,4 persen untuk tahun 2023 setelah beberapa langkah kebijakan oleh Beijing.
Namun, lembaga yang berbasis di Washington, D.C. ini mengatakan pihaknya masih memperkirakan pertumbuhan China akan melambat menjadi 4,6 persen pada tahun 2024, memperingatkan akan berlanjutnya krisis di sektor properti.