Liputan6.com, Jakarta DignityKu adalah restoran pertama di Indonesia yang semua pelayannya adalah penyandang disabilitas dan dilengkapi dengan kelas pelatihan. Restoran ini berada di Jalan Sepat No. 22, Jakarta Selatan.
Menurut pendiri DignityKu, Hendra Warsita, socio enterprise ini menyediakan pelatihan barista dan memasak secara profesional bagi para penyandang disabilitas. Instruktur atau guru masaknya sendiri merupakan chef atau juru masak berpengalaman yang sudah bekerja di dunia food and beverage (F&B) selama 10 tahun.
Advertisement
“Jadi pelatihannya itu supaya mereka (peserta pelatihan disabilitas) menjadi chef yang bisa bekerja. Saya lihat produk-produk yang dibuat penyandang disabilitas ini kualitasnya sama, mungkin lebih enak daripada buatan non disabilitas,” kata Hendra saat ditemui di DignityKu, Jakarta Selatan, Selasa (23/1/2024).
Hendra mengatakan bahwa dirinya terinspirasi dari outlet di Singapura yang menjual produk-produk buatan penyandang disabilitas. Dari inspirasi tersebut, dibangun DignityKu tiga tahun silam, tepatnya saat masa pandemi COVID-19.
Ide pendirian DignityKu berawal ketika Hendra memasuki masa pensiun. Ia merasa ingin membuat sesuatu yang berbeda dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Waktu saya pensiun, pengen bikin sesuatu yang beda dan memiliki efek bagi masyarakat. Saya sempat berkeliling, saya sempat ke Singapura, di Singapura itu ada outlet yang meyakinkan saya bahwa produk-produk yang dibikin sama teman difabel ini bisa dijual,” kenangnya.
Proses Pembentukan Konsep DignityKu
Hendra pun mencari konsep agar hal serupa dapat dilakukan pula di Indonesia. Dalam pembuatan konsep ini, ia mengatakan bahwa Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia memiliki peran.
“Waktu saya cari konsep ini, Mbak Angkie punya kontribusi terhadap ide-ide saya. Orang nomor dua yang saya temui waktu saya bikin konsep ini adalah Mbak Angkie. Mbak Angkie menginspirasi saya dan inilah jadinya,” jelas Hendra.
Dalam kesempatan yang sama, Angkie Yudistia berkesempatan untuk mengunjungi DignityKu.
Menurut Angkie, DignityKu adalah socio enterprise yang mendukung para penyandang disabilitas secara profesional untuk menjadi wirausahawan mandiri di bidang F&B.
Selain restoran, DignityKu menyediakan kelas memasak untuk para penyandang disabilitas. Mulai dari penyandang autisme, low vision (kesulitan melihat), hingga Tuli.
“Kita lihat permintaan untuk F&B cukup tinggi kita berusaha untuk mensuplai itu, artinya tidak ada satu pun yang tertinggal, no one left behind, kita pastikan penyandang disabilitas ini mendapatkan haknya untuk mereka bisa berkarya dan berdaya,” kata Angkie dalam kunjungan di DignityKu, Selasa (23/1/2024).
Advertisement
Membuat Penyandang Disabilitas Mandiri di Dunia Kerja
Angkie berharap, latihan vokasi di bidang F&B bisa dikembangkan dan diterima oleh penyandang disabilitas. Sehingga mereka bisa mandiri dan menjadi pengusaha makanan, minuman, sehingga para penyandang disabilitas bisa diterima di tengah masyarakat.
Dalam kunjungan kali ini, Angkie memiliki kesempatan untuk berjumpa dengan murid-murid kelas memasak yang diselenggarakan DignityKu. Menurut pantauan Disabilitas Liputan6.com, para peserta kelas memasak begitu antusias menyambut kedatangan Angkie.
Mereka pun melakukan praktik memasak bersama ditemani chef profesional, Zahwa dan pendiri DignityKu, Hendra Warsita.
Kegiatan masak ini ditemani pula oleh juru bahasa isyarat sehingga para peserta kelas yang menyandang Tuli bisa menangkap percakapan yang dilakukan juru masak dan Angkie Yudistia.
“Tujuan utama hari ini adalah mendorong penyandang disabilitas untuk mereka bisa mandiri,” tutur Angkie kepada Disabilitas Liputan6.com.
Harapan Angkie
Melihat DignityKu yang memiliki konsep positif, Angkie berharap agar tempat seperti ini bisa ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia.
“Tentu saja, tadi juga sudah diskusi dengan DignityKu, ini harus dikembangkan dan harus dimaksimalkan. Jadi memang sebetulnya potensi tuh banyak, permintaan kerja untuk hospitality khususnya dapur itu tinggi. Pemerintah dan swasta untuk mendukung potensi vokasi penyandang disabilitas itu tinggi, tinggal bagaimana penyandang disabilitasnya disiapkan.”
“Jadi saya diskusi dengan founder Dignity kafe, ini harus dimaksimalkan, tidak hanya di Jakarta tapi kalau bisa seluruh provinsi di Indonesia,” pungkasnya.
Advertisement