Liputan6.com, Jakarta - Labuan Bajo bakal memiliki sea villas alias vila di atas laut pertama seperti di Maladewa. Vila itu merupakan bagian dari Ta'aktana, nama resor yang dikelola oleh Marriott Group itu, dan akan mulai dibuka untuk umum pada Maret 2024.
Sabreena Jacob, General Manager Ta'aktana menerangkan nama Ta'aktana diambil dari bahasa Bajo yang berarti Orang Daratan dan Lautnya. Sesuai namanya, resor dirancang memiliki beberapa pilihan akomodasi, yakni suites, landed villas (vila di daratan), dan sea villas (vila di atas laut).
Advertisement
"Kami memiliki 70 kamar mewah, tujuh di antaranya berada di atas laut. Ada yang memiliki dua kamar tidur dan tiga kamar tidur," kata Sabreena.
Kehadiran sea villas diharapkan memberi pengalaman berbeda bagi para tamu untuk menikmati Labuan Bajo. Selama ini, opsi populer yang ada adalah antara menginap di vila di darat atau menginap di kapal. Dengan vila di atas laut, tamu bisa merasakan sensasi menginap di atas laut tanpa berlayar.
"Indonesia itu tidak hanya Bali. Jadi, ini sesuatu yang unik untuk orang-orang nikmati," ujarnya.
Resor tersebut berlokasi di kawasan Pantai Wae Rana, sekitar tiga kilometer dari Puncak Waringin, Labuan Bajo. Interior akomodasi di bawah brand The Luxury Collection tersebut didesain Alvin Jo, dari A&Partners. Ia memadukan warisan budaya setempat dengan kemewahan yang kontemporer sebagai satu kesatuan.
Salah satunya adalah mengambil inspirasi desain dari ladang Lingko, yakni pola sawah berbentuk seperti jaring laba-laba yang hanya ditemukan di Flores. Ia lalu mengadopsinya dalam penataan vila, seperti teras terhubung dari vila dan jalan setapak di area resor.
Tolak Impor Bahan Makanan
Selain desain layout, adopsi budaya lokal juga dilakukan di interior. Sabreena menerangkan seluruh elemen interior yang digunakan di resor itu memanfaatkan sumber daya lokal seratus persen, termasuk untuk mendekorasi interior kamar dan vila mewah. Pihak resor ingin merangkul kekayaan budaya dan sumber daya yang beragam.
Mereka memanfaatkan ruang yang dipunyai untuk memamerkan hasil kerajinan tangan orang Indonesia. "Kami punya tatakan dari masyarakat Dayak," sebut Sabreena memberi contoh. Ada pula kain tenun masyarakat Flores yang dimanfaatkan untuk menjadi elemen dekoratif.
Ta'aktana juga berkomitmen untuk sepenuhnya menggunakan bahan baku lokal. Selain secara kualitas akan lebih segar, harganya juga relatif lebih terjangkau dan tidak menghasilkan jejak karbon setinggi produk impor.
"Kami tidak ingin mengimpor. Kami akan menggunakan produk yang diproduksi lokal di sekitar Labuan Bajo dan Indonesia... segala produk pangan, dari sayur-sayuran, buah-buahan, hingga hewan ternak," kata Sabreena.
Begitu pula dengan kopi. Mereka akan memanfaatkan biji kopi yang diperoleh dari seluruh kepulauan di Indonesia dan kemudian dipanggang di area resor. Dia meyakini alam Indonesia mampu menyediakan kebutuhan berkualitas tinggi sesuai standar Ta'aktana. "Banyak tersedia di Indonesia," ucapnya.
Advertisement
Keberlanjutan Lingkungan
Prinsip keberlanjutan lingkungan juga diterapkan dengan menerapkan kearifan lokal masyarakat Labuan Bajo di masa lalu. Pada saat listrik belum tersedia, penduduk setempat menerangi rumah dan lingkungannya dengan lentera atau lilin.
Sebagai tanda penghormatan pada kehidupan historis ini, TA’AKTANA menyediakan lentera di setiap kamar bagi tamu untuk digunakan saat berjalan-jalan di sekitar properti. Sentuhan ini menciptakan pengalaman unik dan mendalam, menghubungkan tamu dengan warisan budaya yang kaya di wilayah ini.
Di luar itu, pihaknya juga ikut serta dalam melestarikan lingkungan, termasuk berkolaborasi dengan inisiasi Bersih Bajo untuk membersihkan Pantai Wae Rana Labuan Bajo secara rutin. Pihak resor juga meminimalkan penggunaan botol plastik sekali pakai dengan menyediakan botol kaca.
Terkait komitmen terhadap prinsip daur ulang, pengurangan, dan penggunaan kembali, Ta'aktana juga mendirikan bottling plant milik sendiri. Hal itu merupakan wujud praktik ramah lingkungan sekaligus menegaskan pendekatannya yang bertanggung jawab terhadap pengurangan limbah.
Selain itu, resor mengubah kain batik bekas yang tidak terpakai menjadi serbet meja yang elegan. Kain batik bekas dari seragam staf menjadi ikat rambut yang menawan, diberikan sebagai suvenir kepada para tamu. Terakhir, penerapan teknologi untuk memaksimalkan efisiensi energi secara berkelanjutan.
Target Jumlah Kunjungan Wisatawan
Labuan Bajo terus dipercantik untuk bisa menarik wisatawan, khususnya kalangan berduit, sebagai salah satu destinasi super prioritas. Terlebih, Bandara Komodo ditargetkan bisa melayani 1 juta kunjungan wisatawan pada 2024.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengungkapkan sejumlah maskapai asing menjajaki penerbangan langsung ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Kami sedang diskusi dengan beberapa pihak dan berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan bahwa ada minat untuk tiga originasi penerbangan langsung, pertama dengan Air Asia Kuala Lumpur, Scoot dengan Singapura, dan Jetstar melalui Australia," kata Menparekraf, dikutip dari siaran pers di laman Kemenparekraf, Selasa, 26 Desember 2023.
Direktur Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Shana Fatina mengungkapkan bahwa pihaknya akan fokus di berbagai kegiatan event pada 2024. Upaya ini dilakukan guna meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke salah satu dari lima destinasi super prioritas tersebut. "2024 kita akan fokus juga pada peningkatan pilihan produk wisata yang lebih beragam," kata Shana.
Ia menambahkan, "Jumlah kunjungan wisatawan terdata ke Labuan Bajo sudah mencapai 270 ribu lebih, angka ini sudah lebih besar dibandingkan pada jumlah kunjungan tertinggi Labuan Bajo sebelum pandemi di tahun 2019. Kami juga sedang menyasar kerjasama penerbangan langsung dari Australia maupun Singapura termasuk bekerja sama bersama industri menangani tantangan fluktuasi low season Labuan Bajo."
Advertisement