Liputan6.com, Jakarta - El Nino diperkirakan masih akan berlangsung setidaknya hingga April 2024, menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Karena itu, 2024 diprediksi akan lebih panas daripada 2023, yang telah ditetapkan sebagai tahun terpanas sepanjang masa.
Berkaca pada kondisi itu, penting untuk melindungi kulit dari dampak buruk paparan sinar matahari. Ahli dermatologi, dr. Arini Widodo, SpDVE, menjelaskan bahwa ada berbagai macam produk sunscreen untuk dipilih sesuai kebutuhan, termasuk dicocokkan dengan jenis kulit masing-masing.
Advertisement
1. Losion
Tabir surya bertekstur losion, kata dr. Arini di acara Skin University by L'Oreal di bilangan Jakarta Selatan, Kamis, 18 Januari 2024, punya keunggulan "murah dan mudah diaplikasikan." Namun, jenis produk ini juga berisiko lengket dan tampak berminyak di kulit. Karena itu, ia menyarankan, tabir surya ini cocok untuk jenis kulit kering.
2. Krim
Lalu, ada krim tabir surya yang cenderung kental dan melembapkan, namun jenis ini disebut lebih sulit diaplikasikan. Seperti losion tabir surya, tekstur krim juga cocok bagi orang berkulit cenderung kering.
3. Gel
Keunggulan tabir surya ini tidak lengket maupun berminyak. Di sisi lain, gel tabir surya bisa membuat kulit lebih kering. Di paparan dr. Arini, disebut bahwa gel tabir surya cocok untuk kulit berbulu.
4. Spray
Seperti gel, suncreen spray biasanya tidak lengket dan tidak membuat kulit berminyak. Namun, pemakainya cenderung akan kesulitan mengetahui berapa banyak yang teraplikasi dalam pemakaiannya. "Suncreen spray ini cocok dipakai untuk reapply atau jadi tabir surya bagi anak-anak dan pemilik kulit berbulu," sebut dr. Arini.
5. Roll-on
dr. Arini menjelaskan, tabir surya roll-on dinilai mudah diaplikasikan di area yang lebih kecil dan "bisa dibawa ke mana-mana." Jenis sunscreen ini cocok dipakai di bagian wajah.
6. Stick
Seperti suncreen spray, tabir surya stick juga lebih ringkas dibawa ke mana-mana dan mudah diaplikasikan di area lebih kecil. Namun secara tekstur, jenis suncreen ini cenderung lengket dan paling cocok dipakai di bagian wajah.
7. Oil
Jenis sunscreen ini mudah diaplikasikan dan mengunci kelembapan. Namun, tabir surya ini harus lebih sering diaplikasikan ulang, kurang dari dua jam sekali. Oil sunscreen cocok dipakai di kulit kering.
8. SPF Makeup dan Skincare
Kelebihan produk ini adalah menyediakan proteksi basic sehari-hari, sebut dr. Arini. Sayangnya, kanduangan SPF-nya cenderung rendah tanpa proteksi sinar UVA. "Jenis tabir surya ini cocok diaplikasikan di wajah," katanya.
dr. Arini juga menyebut bahwa pemakaian tabir surya merupakan "investasi jangka panjang." Ia menjabarkan bahwa paparan sinar UVA akan menggelapkan kulit dalam hitungan menit, sementara paparan UVB akan menyebabkan sunburn dalam hitungan jam.
Advertisement
Tidak Selalu Berdampak Negatif
Kemudian, dr. Arini melanjutkan, bahwa perpaduan sinar UVA dan UVB akan menyebabkan penggelapan warna kulit setelah berhari-hari. "Lalu, photo allergic akibat paparan UVA akan tampak dalam hitungan hari," ia melanjutkan.
Dalam jangka panjang, yakni dalam hitungan tahunan, paparan sinar UVA dan UVB berisiko menyebabkan kanker. Sedangkan, paparan sinar UVA selama bertahun-tahun akan menyebabkan penuaan pada kulit.
Kendati demikian, dr. Arini juga mengingatkan bahwa paparan sinar matahari tidak selamanya buruk. "Ada juga beberapa manfaat, seperti memberi tambahan vitamin D, menurunkan tekanan darah, menyebabkan perasaan bahagia, anti-oksidan, dan anti-stres," bebernya.
Ia melanjutkan, "Penting untuk menyeimbangkan dampak positif dan negatif dari paparan sinar matahari."
Sementara itu, setelah fenomena pendinginan La Nina berakhir pada awal tahun 2023, WMO menyatakan, permulaan El Nino terjadi pada Juli 2023. "Dampak El Nino terhadap suhu global biasanya terjadi pada tahun setelah perkembangannya, dalam hal ini, pada 2024," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas, dikutip dari Euronews, 10 Januari 2024.
Potensi Gelombang Panas
Akibat suhu permukaan daratan dan laut yang mencapai rekor tertinggi sejak Juni 2023, tahun lalu jadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Namun demikian, tahun ini bisa jadi lebih panas lagi, Talaas memperingatkan. Ia menyebut, "Hal ini jelas disebabkan kontribusi meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca yang memerangkap panas dari aktivitas manusia."
Rekor sebelumnya terjadi pada 2016 sebagai hasil dari fenomena El Nino yang kuat, serta dampak perubahan iklim. WMO menyatakan bahwa tidak ada dua peristiwa El Nino yang sama dan hal ini bukanlah satu-satunya faktor yang mendorong pola iklim global dan regional.
Kombinasi yang jarang terjadi antara El Nino kuat di Samudra Pasifik dan perubahan suhu yang kuat di Samudra Hindia dapat meningkatkan panas dan kekeringan di Australia dan Asia Tenggara.
Dipol Samudera Hindia (IOD), kadang-kadang disebut sebagai adik dari El Nino, berada dalam fase positif dalam siklusnya yang ditandai dengan pergeseran suhu dingin di timur dan hangat di barat. Peristiwa iklim ini tidak jarang terjadi, namun kombinasi IOD positif kuat dan El Nino kuat merupakan hal yang jarang terjadi.
Keduanya terkait dengan kondisi lebih panas dan kering di Asia Tenggara dan sebagian besar Australia. Jika hal ini terjadi secara bersamaan, hal ini dapat menyebabkan cuaca sangat kering dan gelombang panas, yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan, di seluruh wilayah.
Advertisement