Ingin Sehat dengan Menjaga Pola Makan? Cek Mitos dan Faktanya

Salah satu upaya menjaga pola hidup sehat adalah dengan menjaga pola makan.

oleh Kartika diperbarui 25 Jan 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi pola makan sehat. (Foto: Unsplash/Chris Ralston)

Liputan6.com, Jakarta - Menjaga kesehatan bisa dilakukan salah satunya dengan pilihan menu makanan. Pola makan sehat dilakukan dengan memilih nutrisi dari makanan yang dikonsumsi.

Makanan, selain menjadi sumber nutrisi dan energi bagi tubuh juga bisa memberikan banyak manfaat. Memilih menu makan sehat dapat meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan risiko penyakit kronis, melancarkan pencernaan, meningkatkan kekebalan tubuh hingga menjaga berat badan agar ideal.

Namun, dalam memilih makanan sehat Anda perlu mengecek mitos dan fakta seputar pola makan sehat. Adapun jenis makanan yang mendukung pola makan sehat ada beragam jenis. Mulai dari sayuran karena mengandung serat, vitamin, magnesium, kalsium, sat besi, dan lain-lain. Lalu buah-buahan yang kaya serat, vitamin, dan mineral serta antioksidan.

Ada pula makanan yang berprotein seperti daging, telur, kacang-kacangan dan biji-bijian, ikan, hingga susu, dan produk turunannya. Sebaliknya, untuk menjalani pola makan sehat sebaiknya hindari makanan dan minuman mengandung gula tinggi, makanan cepat saji, makanan ringan kemasan, dan sebagainya.

Selain itu, yang juga penting adalah memenuhi asupan air putih minimal 8 gelas setiap hari untuk menjaga cairan dalam tubuh. Disarankan pula untuk mengonsumsi makanan secara beragam dan dikombinasikan setiap harinya.

Selain agar tidak bosan, hal ini agar semua kebutuhan nutrisi dapat dipenuhi dari beragam jenis makanan. Konsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang secara rutin tentu akan berakibat positif bagi kesehatan tubuh.


Mitos dan Fakta Makanan Sehat

Dalam rangka Hari Gizi Nasional pada 25 Januari 2024, Tokopedia bersama dr. Putri Sakti Dwi Permanasari, Sp.GK pun mengupas mitos dan fakta seputar makan sehat dan bergizi serta penerapan pola hidup sehat.

1. Makan malam akan membuat berat badan naik

Makan malam akan membuat berat badan naik adalah mitos. “Faktanya, makan malam tidak akan membuat berat badan naik jika jumlah kalori yang dikonsumsi dalam sehari tetap sesuai kebutuhan kalori per orang dan membatasi konsumsi manis dan berlemak. Seseorang yang sedang menurunkan berat badan disarankan untuk makan malam 2-3 jam sebelum waktu tidur, untuk menghindari risiko asam lambung naik,” jelas dr. Putri bersama Tokopedia.

Dia menyarankan ketika lapar saat malam hari, untuk makan buah-buahan seperti blueberry yang mengandung banyak nutrisi yang baik untuk kesehatan tulang, seperti kalsium, zat besi, magnesium, hingga fosfor atau pisang yang merupakan sumber potasium, vitamin C hingga antioksidan. "Hindari camilan seperti makanan olahan atau yang digoreng dengan minyak berlebih,” saran dr. Putri.

2. Mindful eating lebih baik dibanding mengurangi porsi makan

Hal ini menjadi fakta karena mengurangi porsi makan berlebihan hingga menghindari makanan tertentu demi menurunkan berat badan justru tidak baik. dr Putri menyarankan lebih baik menerapkan mindful eating karena tidak ada makanan yang terlalu baik maupun jahat.

"Mindful didasarkan pada kesadaran penuh seseorang saat makan. Misalnya, memperhatikan apa saja yang dimakan, besarnya porsi makanan, mengetahui kapan saat lapar dan saat kenyang,” jelas dr. Putri.

Anjuran Kementerian Kesehatan RI membagi piring menjadi tiga bagian, yaitu ½ isi piring diisi oleh sayuran dan buah, ⅓ isi piring diisi oleh protein hewani (ikan, ayam, daging atau telur) sebanyak 75 gram dan protein nabati (tempe, tahu atau kacang-kacangan) sebanyak 100 gram, serta ⅔ atau 150 gram lainnya diisi oleh sumber karbohidrat seperti beras, kentang atau jagung.


Jangan Ikuti Tren

3. Ikuti pola makan sehat yang lagi trending di media sosial

Menurutnya, diet yang tepat adalah disesuaikan dengan kebutuhan tubuh, bukan berdasarkan testimonial atau yang sedang trending di media sosial. Sebelum menjalankan diet. "Dianjurkan untuk konsultasi ke dokter gizi atau ahli gizi terlebih dahulu,” jelas dr Putri bersama Tokopedia.

Pasalnya, dokter gizi atau ahli gizi dapat mengatur pola diet berdasarkan kondisi tubuh pasien agar kebutuhan makronutrien dan mikronutrien seperti vitamin mineralnya tetap bisa terpenuhi. "Mengingat diet tidak boleh trial and error. Selain menerapkan diet sehat yang telah dianjurkan oleh dokter gizi atau ahli gizi, penting sekali untuk melengkapi gaya hidup sehat dengan berolahraga,” tegas dr. Putri.

4. Olahraga tetap penting untuk mengurangi berat badan

Fakta lainnya, olahraga dapat mengurangi berat badan dan menjaga kesehatan tubuh dari penyakit. “Selain pola makan yang sehat dan bergizi, lakukan pula olahraga secara rutin, minimal 150 menit setiap minggu dengan intensitas sedang. World Health Organization (WHO) merekomendasikan berolahraga selama 150 menit tiap minggu olahraga untuk menguatkan massa otot,” ucap dr. Putri.

Dia menyarankan pilihlah jenis olahraga kardio intensitas sedang yang seimbang, seperti jalan cepat, renang, atau jogging. Untuk penguatan otot, lakukan olahraga seperti push up, plank, dan sit up.

5. Boleh makan apa saja saat ‘jendela makan’ ketika jalani intermittent fasting

Intermittent fasting menjadi salah satu metode yang tengah digandrugi untuk mengurangi berat badan. Faktanya, jendela makan saat intermittent fasting adalah waktu untuk memenuhi segala kebutuhan tubuh secara seimbang. Dr. Putri menegaskan ‘bukan berarti bisa makan apa saja’ tetapi pemenuhan asupan karbohidrat, protein dan lemak serta vitamin mineral dengan komposisi secara seimbang yang dibutuhkan oleh tubuh pada waktu ‘jendela makan’.

“Jangan lupa konsultasi dengan dokter gizi atau ahli gizi agar intermittent fasting bisa berjalan dengan optimal. Tujuan dari intermittent fasting adalah mengurangi massa lemak tubuh, bukan menurunkan berat badan saja. Jika massa otot ikut menurun, maka akan menyebabkan seseorang jadi mudah sakit, mudah lelah, rambut rontok, sehingga efek produktivitas menurun,” ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya